HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/04/23 14:49 WIB
PAN Siapkan Eko Patrio-Zita Anjani Pilkada Jakarta, Desy Ratnasari di Jabar
-
Sabtu, 2024/04/23 14:37 WIB
Ini Tampang Azizatus yang Ngeprank Rumah Dirampok gegara Takut Ditagih Utang
-
Sabtu, 2024/04/23 13:58 WIB
Ahmad Syaikhu: Saatnya Anies Dukung Kader PKS Maju di DKI
-
Sabtu, 2024/04/23 16:21 WIB
Cara Cek Ijazah Asli Secara Online
-
Sabtu, 2024/04/23 16:25 WIB
Tanda-tanda Ijazah Asli vs. Palsu
-
Kamis, 2024/04/21 10:11 WIB
Cak Imin Balas Wasekjen PBNU soal Bela Gus Ipul: Nggak Nanggepi Pengangguran
|
Thread Tools |
15th April 2011, 19:40 |
#42
|
Mania Member
|
......dan akhirnya ID TS jadi arwah beneran sesudah dibanned momod
|
"You may think that your only choices are to swallow your anger or throw it in someone’s face. But there is a third option, you can just let it go. " |
16th April 2011, 12:38 |
#44
|
|
Registered Member
|
Quote:
Jangan pernah berkata tidak pada Cendana. Barangkali itulah mantra bisnis paling ampuh zaman itu. Apa pun yang berasal dari Cendana, jangan kata perintah atau permintaan, bahkan kerlingan hasrat pun, semuanya berlaku bak takdir: haram ditolak, tak boleh ditampik. Selain dahsyat bagai takdir, Cendana jugalah kunci ajaib, rapal yang bisa membuka semua pintu aturan di Indonesia. Legal, tidak legal, tidak begitu penting. Semua bisa diatur. Siapa boleh mengimpor mobil tanpa pajak jika bukan Tommy Soeharto. Siapa yang bisa punya satelit selain perusahaan milik Bambang Trihatmodjo. Siapa boleh membangun tol kecuali Siti Hardijanti Rukmana. Pendek kata, wewenang dan lingkup bisnis perusahaan anak-anak Cendana tak ubahnya dengan perusahaan negara. Yang berbeda hanya ini: perusahaan negara dimiliki rakyat, perusahaan Cendana dikuasai anak-anak Soeharto. Dengan kesaktian seperti itu, tak mengherankan jika keluarga ini merambah hampir semua sektor usaha: properti, telekomunikasi, perbankan, perhotelan, otomotif, listrik, minyak, kimia, hiburan, jalan tol, hingga taman buah ratusan hektare. Kian hari kelompok usaha ini semakin gendut, bukan hanya karena pelbagai izin istimewa, tapi juga karena bank-bank (terutama bank pemerintah) begitu bermurah hati memberikan kredit, tak peduli sebesar apa pun risikonya. Saat itu, Bank Indonesia bahkan tak perlu memasukkan pinjaman bagi perusahaan Cendana dalam perhitungan risiko kredit karena dijamin tak akan bangkrut, seperti perusahaan negara. Kini, lima tahun setelah jutaan fasilitas itu lenyap, anak-anak Cendana harus bertarung dengan kekuatannya sendiri. Tapi, sebelum itu, ada soal penting yang harus mereka selesaikan pertama kali: melunasi utang kepada bank-bank pemerintah yang jumlahnya menggunung. Daftar kredit macet di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) penuh dengan nama perusahaan yang dimiliki anak-anak Soeharto. Sampai saat ini Tommy Soeharto dengan PT Timor Putra Nasional dan Siti Hardijanti Rukmana dengan beberapa perusahaan pengelola jalan tol dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) masih berkutat dengan pelbagai pinjaman yang tak terbayar. Dari "Gang Cendana" ini, baru Bambang Trihatmodjo dengan kelompok usaha Bimantara yang boleh dibilang relatif bersih dari pinjaman ke BPPN. Namun, begitu Soeharto jatuh, nama Tutut seperti menjadi virus. Apalagi karena sejumlah perusahaan milik Tutut ini terlilit utang segunung. Selain Citra Marga yang menanggung beban pinjaman hampir Rp 800 miliar, ada juga Televisi Pendidikan Indonesia, yang harus membayar ratusan miliar kepada PT Indosat. Sebagai pemilik Bank Yama, putri sulung Soeharto ini juga masih harus melunasi Rp 200 miliar pinjaman kepada pemerintah. TEMPO Dilihat dari fakta yang ada jelas sekali bahwa Tutut tidak piawai dalam mengelola bisnis, dan tentu saja yang paling diuntungkan adalah orang2 dibalik tutut yang mengelola bisnisnya tersebut dan merekalah yang paling merasa dirugikan. Maka tidak heran ketika Hary Tanoe ingin meminta langsung bertemu dan berbicara dengan tutut, wanita ini takut menemui Hary. Maju terus mas Hary, walaupun hukum kita masih compang camping, tentunya anda lebih tahu dari saya bagaimana cara bermain di dalam hukum ala indonesia, bukan? |
|
|
16th April 2011, 12:51 |
#45
|
Registered Member
|
Tokoh sekaliber Lee Kuan Yew (mantan perdana menteri yang kini menjadi menteri senior Singapura), juga pernah 'cerewet' soal anak-anak Soeharto ini. Dalam buku riwayat hidupnya yang berjudul "From Third World to First: The Singapore Story", Lee Kuan Yew berkomentar soal anak-anak Soeharto ini, utamanya di bidang bisnis. Lee pernah menasihati anak-anak mantan Presiden Soeharto agar mereka jangan menyalahgunakan posisi mereka guna memperoleh keuntungan keuangan dan bisnis. "Kelakuan anak-anak ini akhirnya ikut menyumbang kejatuhan ayah mereka," ujar Lee.
Detik News |
|
16th April 2011, 13:35 |
#47
|
|
Registered Member
|
Quote:
ketakutan itu bisa kelihatan di artikel Viva. VIVAnews - Pemilik PT Media Nusantara Citra, Hary Tanoesoedibjo, ingin bertemu langsung dengan Siti Hardijanti Rukmana (mbak Tutut) untuk penyelesaian kasus kepemilikan saham stasiun televisi TPI. Hary tidak ingin penyelesaian kasus TPI hanya diwakili oleh perwakilan mbak Tutut. "Kami ingin segera ada penyelesaian. Tapi kami ingin Mbak Tutut yang muncul, selama ini yang datang selalu orang-orangnya yang tidak memiliki kekuasaan memutuskan," kata Hary. Dia menambahkan, "Kuncinya kami harus duduk bersama dengan Mbak Tutut. Beliau yang dulu menandatangani semua dokumen ini dan memiliki kekuasaan untuk memutuskan. Jika tidak percuma saja," kata Hary saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis 1 Juli 2010. "Silakan saja jika Mbak Tutut dalam pertemuan itu didampingi lawyer, konsultan keuangan atau apapun yang diperlukan. Kami siap." Kalau tutut memang merasa benar mestinya dia berani dong nemuin Hary, apa lagi Hary mempersilahkan wanita ini didampingi pengacaranya, jadi aneh kan kalau merasa benar tapi gak mau nemuin. Kalau menurut saya mendingan kasus ini dibuka lebar didepan umum dan dinaikkan kepengadilan yang lebih tinggi dengan menghadirkan masing2 pihak jadi kita bisa lihat nanti apa komentar tutut langsung, tapi ingat ya jangan pake hihihi....hihihi.... saya suka takut kalau denger ketawanya tutut....bulu ketiak saya suka pada merinding... |
|
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer