HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Minggu, 2024/04/18 11:55 WIB
Klarifikasi Idham Masse Soal Mobil Untuk Ibu Catherine Wilson Mau Ditarik Leasing
-
Minggu, 2024/04/18 11:48 WIB
Ogah Disebut Nganggur, Ferry Irawan Ngaku Ada Proyek Film dan Dicalonkan Jadi Bupati
-
Minggu, 2024/04/18 12:44 WIB
Valerie Thomas Ngaku Dibantu Ortu Berkarier, Tapi Tetap Ada Perjuangan Sendiri
-
Minggu, 2024/04/18 14:36 WIB
Ajak Kekasih Lebaran Bareng Keluarga, Wika Salim Bakal Nikah Tahun Ini?
-
Selasa, 2024/04/14 11:47 WIB
Sandra Dewi Hilang di Instagram, Keluarga Lakukan Hal Ini
-
Sabtu, 2024/04/17 14:39 WIB
Melody Prima Baru Ungkap Alasan Bercerai Setelah Setahun Berlalu
|
Thread Tools |
30th November 2015, 05:58 |
#11
|
|
Mania Member
|
Quote:
kenapa ya prikitiew ini punya bakat jadi detektif super sekali |
|
30th November 2015, 06:03 |
#12
|
Mania Member
|
Bab 4
Bukan Edo kalau tidak bisa tidak makan. Dia sengaja berpuasa semalaman hanya untuk memuai bersama rasa lapar. Lalu, nanti makan bersama Vanya. Cihuy, main sodok-sodokan. Kalau diasumsikan dengan benda-benda di angkasa. Edo itu seperti awan. Dia adalah tuan awan yang baik hati. Dia mendekati Vanya. "Sudah sehat, Vanya?" tanya Edo sambil menunjuk kening Vanya. Karena terkejut dengan tunjukan Edo, mulut Vanya terasa tersangkut. Tidak bisa bicara. Tetapi, sudut mulutnya memberitahu kalau dia baik-baik saja. Lagi-lagi Edo menebarkan pesonanya. Dengan gaya sok laki-laki becek, Edo mengajak Vanya makan bersama. Dan, tentu saja hal itu ditertawai teman-teman sekampus Vanya. Vanya tak menggubris. Tapi, akhirnya mengangguk dan mengajak Edo main ke rumahnya sehabis kuliah selesai. Sebagai media periklanan, Edo memberikan kartu namanya. Batu-batu kali saja tertawa. Apalagi ikan. Tanpa perlu mengucap salam, Edo langsung masuk ke rumah Vanya. Ibu Vanya bingung. "Anda siapa ya?" "Perkenalkan, saya teman dekat Vanya, pacaran." Merpati hampir saja pingsan mendengar hal itu, palagi Ibu Vanya "Kukuruyu!!!" Teriaknya. "OMG, kok bisa?" Edo membetulkan rambutnya, "Ceritanya panjang, Madam." Vanya memasuki rumah, terkejut melihat ibunya yang melongo. "Dia pacarmu?" tanya Ibu Vanya. Vanya tertawa. "Bukan, dia ini yang kemarin menolong Vanya." "Ooo..." kata Ibu Vanya sambil melirik limbah (Edo) di sampingnya. Sebuah sandal tiba-tiba mengenai kepala Edo. Edo terkejut dan merasakan sakit yang teramat sangat. Matanya menatap seorang lelaki seusianya yang melototi dirinya. "Lagi jualan sandal?" tanya Edo, sambil melirik ke kanan dan ke kiri. Dia tidak melihat ada kios sandal di sekitarnya. Hati Kakak Vanya melongos. Dia menarik kerah baju Edo. "Camkan baik-baik. Vanya anak tiri dalam keluarga ini. Kau tidak akan mendapatkan sepeser pun harta dari keluarga ini walaupun kau sudah menikahinya." "Anak lancang!" teriak Ibu Vanya. Kakak Vanya tak menggubris ibunya. sekonyong-konyong koder, dia meninggalkan ruang tamu dan masuk ke kamarnya. "Maaf, Mas Edo, dia memang suka jahil." Edo membersihkan kepalanya yang kotor. "Sandal dari kebon ya?" "Sandal itu terkadang dipakai tukang kebun untuk membersihkan taman." Lanjutan cerita/Bab 5 |
Last edited by vanpersie1290; 1st December 2015 at 06:12.. |
1st December 2015, 06:08 |
#13
|
Mania Member
|
Bab 5
Sandal butut yang dilempari Yuda, masih membekas di ingatan Edo. Karena bau cabai, makanya sulit dilupakan. "Saya tidak akan lupa penghinaan ini," kata Edo. "Sebagai orang liberal, saya menganut asas bebas aktif. Jadi, saya bebas untuk aktif dong." Edo memakan salak. "Negara ini akan lestari kalau orang-orang seperti Yuda ditumpulkan, tidak dipelihara terus." Edo menghela nafas. Ia sadar jodoh di tangan Tuhan. Dan, ia bisa saja kesandung, kalau Allah menghendaki dia kesandung. Edo membuka papan catur. Memikirkan strategi. Dalam lubuk hati terdalamnya, ia menginginkan Vanya. Tapi, jalan menuju ke sana penuh halangan. Tanpa sadar, Edo tertidur. Seperti lembu, ia mengorok kencang sekali. Dalam mimpinya, Edo bergegas menaiki pohon kelapa. Rupanya ada hantu bantal yang sedang mengejar Edo. Tiba-tiba mimpinya berubah. Kali ini dia sedang makan di warteg. Pakai lauk ikan teri. Wartegnya roboh. Nada terkejut terdengar dari dalam ruangan warteg. Di sana rupanya ada Vanya. Dengan modal bodi machonya, Edo menolong Vanya. "Vanya, kenapa kamu jualan di warteg?" tanya Edo. Nada tangisan Vanya meninggi. Ia berlari. Dan, Edo mengejar. Dalam jangka waktu singkat, Edo berhasil menyusul Vanya. "Warisanku diambil kakak." Edo naik pitam. Ia tidak menyangka si Yuda berani melakukan hal itu. "Vanya, tindakan kakakmu sudah keterlaluan." Sambil berdiri di lereng bukit, Edo bersumpah setia di hadapan Vanya. Vanya menatapnya dengan tatapan simpati. "Kesabaran itu ada batasnya, Vanya. Mari kita rebut harta mereka bersama-sama." Vanya mengangguk setuju. "Aku juga capek hidup miskin, mari kita rebut bersama. Lalu, kabur ke Paris." Edo terkejut, dia tidak menyangka Vanya bakal setuju. Vanya berbeda sekali dengan almarhumah istrinya yang memegang teguh imannya. "Vanya, namamu indah banget." Edo terbangun dari mimpinya. Lanjutan cerita/Bab 6 |
Last edited by vanpersie1290; 2nd December 2015 at 06:36.. |
2nd December 2015, 06:24 |
#14
|
Mania Member
|
Bab 6
Seperti biasa, Edo melihat mimpinya sama dengan kenyataan. Nyatanya Vanya ingin hidup sejahtera. Itulah mengapa Vanya belakangan ini terlihat galau. Wardani dan Vanya dua orang yang berbeda, meskipun fisik mereka nyaris sama. Edo menendang tong di depannya. Bukan karena lagi galau, tapi karena dia terjatuh gara-gara kesenggol tong itu. Edo berdebat dengan tong itu. "Jangan di tengah jalan dong. Di pinggir. Ngerti?" Sambil ngedumel Edo berjalan pergi. Hari ini ia akan main bersama Sasha. Enrique tadi menelepon, katanya Sasha tidak mau makan, kecuali bareng Edo. Edo sebenarnya agak terganggu dengan kelakuan Sasha. Tapi, sudahlah. Pangkalnya mungkin akan baik jika bermain dengan Sasha. Opini antara Edo dan Enrique agak menegang saat Edo bertanya kapan terakhir kali ziarah ke makam Wardani. Enrique pura-pura bercermin. Dia bukan tipe orang yang bergigi emas. Alias bukan orang yang suka jaim. Intinya, kalau dia tidak melihat manfaatnya dia tidak akan bergerak sedikit pun. Dada bidang Edo membuat Enrique agak iri. Dia sudah beberapa kali meluangkan waktu untuk berolahraga atau ikut gym. Tapi, selalu saja ada rasa malas ketika sudah jalan berminggu-minggu. Bagaikan seorang penambang Edo mengajak Sasha bermain cangkul-cangkulan. "Cangkul-cangkul-cangkul yang dalam, sampai botak tanahnya." Samudera Hindia tiba-tiba terkena tsunami, saking fals-nya suara Edo. Anak-anak cepat sekali menangkap pelajaran. Sasha langsung mengerti maksud Edo. Dengan unsur keberaniannya, Sasha mengajak Edo main perang-perangan. "Bukan perang, main cangkul-cangkulan." "Dor." Edo pura-pura kesakitan. Matanya tertutup. Melihat kenyataan itu, Sasha menutup kepalanya dengan topi koboy. Edo mengintip. Sasha mengeluarkan lagi pistolnya. "Dor." Tindakan bar-bar Sasha membuat Edo tidak berkutik. Dia pingsan, Sasha mengambil inisiatif, dia mengambil peralatan kosmetik. Merias wajah Edo. Lanjutan cerita/Bab 7 |
Last edited by vanpersie1290; 3rd December 2015 at 06:06.. |
3rd December 2015, 06:04 |
#15
|
Mania Member
|
Bab 7
Vanya mabuk. Kalau dihitung-hitung dia sudah menghabiskan satu botol wine yang sebelumnya tak pernah disentuh. Kecuali, setelah pembahasan masalah warisan dikemukakan. Sebelumnya, Vanya adalah gadis yang suka berlari. Bukan lari dari masalah, tapi lari jogging. Sambil bersiul-siul, dia biasanya suka menghitung jumlah dedaunan di taman rumahnya. Tapi, setelah beribu atau mungkin puluhan ribu kilometer, rasanya ia sudah tidak mood lagi untuk jogging. Rasa lesu menghinggapi dada Vanya. Kalau saja dulu ibunya tidak melahirkannya mungkin dia tidak akan menderita tinggal di dunia ini. Siapa ibu Vanya, dia tidak tahu. Ibunya menikah dengan siapa pun Vanya tidak tahu. Dia hanya ingat saat dia berumur 3 tahun dia menempati sebuah panti asuhan, dan diadopsi oleh keluarga besar Aristo. Ayam berkokok saat pagi tiba. Vanya yang sudah siap dengan pakaian sporty-nya mencoba lari dengan semangat. Berpuluh-puluh kali dia mencoba menikmati jogging-nya, tapi kondisinya sudah tidak seperti dulu. Dia hanya akan mendapatkan warisan sebuah toko kecil dan sebuah mobil yang mesinnya sudah butut. Kenapa keluarga kaya ini harus mengadopsinya, kalau akhirnya dia nantinya hanya akan menjadi orang menengah bawah. Ibu Vanya yang merasa dekat dengan Vanya sebenarnya kuatir dengan pembagian yang tidak seimbang ini. Tapi, ini salah satu cara mencegah perebutan warisan yang melibatkan keluarga besar Aristo. "Ini Ibu punya kartu kredit, selama ibu masih hidup, kamu bisa pakai, buat modal usaha," kata Ibu Aristo. Dengan warna muka pucat, Vanya mulai memproklamasikan dirinya sebagai gadis malang. Mulai terlihat sangat jelas tirai yang memisahkannya dengan keluarga Aristo. Tapi, tetap saja Vanya masih merasa nyaman tinggal di sana. Tapi, awan mendung akan semakin mendekatinya nanti. "Tidak ada yang menyayangiku kecuali Ibu." Kayu-kayu mengering dan tiba-tiba menjadi basah kembali karena air mata Vanya. Kulitnya yang putih tampak kusam. Karena acara kesedihannya belum selesai. Vanya tiba-tiba kesurupan. Dewa jahat memasuki tubuhnya. Dan, tampak sebuah cincin muncul di jemarinya. Bulan tertutup awan hitam. Tidak terdengar suara apapun dengan bahasa apapun. Termasuk bahasa lokal. Lanjutan cerita/Bab 8 |
Last edited by vanpersie1290; 4th December 2015 at 06:03.. |
4th December 2015, 05:59 |
#16
|
Mania Member
|
Bab 8
Vanya yang kesurupan naik ke mobilnya. Dia membeli kartu perdana, lalu menelepon Edo. Dengan mulut yang masih berbusa, karena lagi gosok gigi, Edo segera bergegas bertemu Vanya. Bagaikan hantu, Vanya rupanya sudah berada di depan apartemennya. Semua lampu tiba-tiba mati. Edo merasakan sesuatu yang aneh. Karena, Vanya tiba-tiba menggodanya. Dia yakin Vanya kesurupan. Edo menggertak. Vanya mengeluarkan taringnya. "Eh, setan kamar, keluar lho dari tubuh Vanya. Dia ini gadis lugu. Jangan diganggu dong." Si hantu tiba-tiba mengajak Edo bermain pijit-pijitan. Dengan lisannya yang cadel dia berkata, "Bang, mau dipijitin nggak?" Edo tidak merasa asing dengan hantu itu. "Wah. loe hantu pijit ya?" "Kok tahu?" "Tahu lah, kan ada filmnya, Pijit Ngesot." Hantu itu mendadak ngesot. Edo bagaikan kelinci berlari menuju lemarinya. Dia mengeluarkan keris peninggalan nenek moyangnya. Yang dinamakan keris Api. Al kisah keris itu dulunya lagi diasah sama kakek buyutnya. Pas diasah mengeluarkan banyak api. Makanya dinamakan keris Api. Dulu keris itu pernah masuk media cetak. Dijual dengan harga 1 M. Tapi, karena yang nelpon hanya dua orang, akhirnya nggak laku. Balik lagi ke masalah hantu. Hantu itu masih berkomunikasi dengan Edo. Tapi, Edo segera menerjangnya dengan kerisnya. Dia hampir lupa kalau Vanya bisa terluka. Untungnya, sekejap kemudian dia menyadarinya. Dia tidak jadi menusuk. Dia hanya menempelkan keris itu ke tubuh Vanya. Dan, mendadak hantunya menghilang. Vanya pingsan. Edo dengan sigap menopang tubuh Vanya. Tubuhnya yang langsing. Jumlah kalorinya yang tidak banyak sangat menggoda Edo. Apalagi mereka hanya berdua. Lewat tengah malam, Edo masih melakukannya. Posisi itu lama-lama membuat Vanya kesakitan. Dia menangis. Perbuatan menyimpang yang dilakukan Edo telah menyakiti hatinya. Edo berusaha menenangkannya. Dia menyatakan tidak tahan. Dan, dia akan bertanggung jawab. Tanpa mencaci Edo, Vanya megisyaratkan ingin pulang. Tapi, Edo menahannya. "Masih malam, besok pagi saja." Pertandingan bola pun berlanjut. Skor sementara pertandingan Brazil melawan Argentina adalah 4-0. Dan, pertandingan masih terus berlanjut. Hingga akhirnya keduanya merasa letih. Jalan pikiran keduanya tidak memikirkan hal ini selain ingin tidur. Seraya mengorok, Edo kembali bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat Enrique, Vanya dan keluarga besar Aristo sedang berkumpul. Mereka semua menandatangani berkas surat warisan. Dan, surat itu kemudian disimpan di brankas yang berada di kamar Bapak Aristo. Edo terbangun. Dia merasa jembatan mimpinya mulai mengarahkannya untuk merebut harta keluarga Aristo. Tanpa menghiraukan Vanya yang masih tertidur cantik, Edo segera berlari ke apartemen Enrique. Bagaikan pujangga ia membacakan puisi yang membuat Enrique hampir pingsan. Tapi, Enrique tersenyum saat Edo merencanakan kerja sama yang menarik. Lanjutan cerita/Bab 9 |
Last edited by vanpersie1290; 5th December 2015 at 06:26.. |
5th December 2015, 06:20 |
#17
|
Mania Member
|
Bab 9
Harga premium kebetulan lagi naik. Harga pelumas juga ikut naik. Gara-gara itu, ongkos angkot juga ikut naik. Vanya protes. "Saya juga ikutan naik, biaya maintenance mobilku juga naik." Edo dengan diplomasi tinggi, mencoba mengarahkan diskusi yang mulai melenceng ini. Dengan suara bergetar Edo berkata, "Oleh karena itu, kita harus berjuang mencari uang dengan banyak. Salah satunya dengan merubah surat warisan Ortu Vanya." Enrique terlihat berpikir. "Warisan itu baru dibagikan setelah Pak Aristo meninggal. Apa kita harus membunuhnya agar cepat?" Vanya menolak. "Saya tidak tega kalau sampai melakukan itu." "Bagaimana kalau kita curi saja tabungan Pak Aristo." Edo menengok ke Enrique. "Kau pasti tahu kan di mana dia menabung?" Dengan hati hangat Enrique mengangguk. Dia memang sempat melihat jumlah tabungan Pak Aristo yang berjumlah 150 Milyar saat pembahasan masalah warisan. Mata Edo hampir jatuh. Dia tidak menyangka jumlahnya sebanyak itu. "Tapi jika ketahuan kita bisa jadi tahanan di lembaga peradilan, apa kita siap?" tanya Enrique. Edo meneguk kopinya, "Bongkar kebiasaan lama. Saatnya kita harus siap mengambil resiko." Vanya teringat saat dia berada di panti. Saat itu ada temannya yang berasal dari Tegal memanggilnya. Mengatakan bahwa dirinya akan diasuh oleh keluarga kaya. Vanya merasa gembira. Dan, perasaan Vanya saat ini pun sama seperti saat itu. Walaupun sesat dan menyesatkan. Dengan lugas, Vanya mengatakan bahwa dia sangat siap untuk membantu mewujudkan misi ini. Bagaikan lebah madu, Edo terbang ke sana kemari. Ia mengatakan banyak hal. Walaupun itu malah membuat orang-orang di sekitar menjadi bingung. Pintu apartemen Edo terbuka. Edo merasa heran, padahal tadi dia sudah menutupnya dengan rapat. Dengan kecepatan motor balap, Edo mengecek ke samping kanan dan ke samping kiri. Dia sempat melihat orang mencurigakan di depannya. Orang itu bergegas pergi. Dengan muka ayam, Enrique mengagetkan Edo, "Ada apa?" Tangan kanan Edo reflek menyikut Enrique, "Sepertinya ada yang mengawasi kita." Enrique mulai ragu, dia takut ketahuan, "Apa kita batalkan saja rencana kita?" "Jangan." Edo menggenggam erat tangan Enrique. "Jangan takut, pendekar mimpi ada di depanmu. Insya Allah, kita akan selamat." "Minyak, minyak." Ejek Enrique sambil pergi meninggalkannya. Kontras dengan apa yang terjadi pada Enrique, Vanya terlihat semangat. Padahal, dapat uang juga belum. "Aku sering kena alergi." "Alergi apa?" "Kalau aku lagi senang ya begini," kata Vanya sambil berlari-lari. "Seperti orang disuap saja." Lanjutan cerita/Bab 10 |
Last edited by vanpersie1290; 6th December 2015 at 06:07.. |
6th December 2015, 06:02 |
#20
|
Mania Member
|
Bab 10
Sungguh-sungguh Edo membangun rencana matang untuk menerobos keamanan internet banking Bank Nyong-Nying, tempat Pak Aristo menabung. Usahanya tak sia-sia. Akhirnya dia berhasil mendapatkan seorang hacker handal. Tadinya dia memasang iklan massal di internet, termasuk nyepam di Forum Detik hingga seribu keping iklan. Dengan galak, sang hacker minta bayaran di muka. "Memangnya beli cat? Bayaran nanti dibagi sama rata, masing-masing dapat 25% dari 150 M." Si hacker setuju. Dengan menggunakan baju batik modern, si hacker duduk di depan laptopnya. Ia menutup mata. Lalu, mengetik. Lalu, pamit pulang sama Edo. "Kok cepat banget, sore juga belum? "Masing-masing sudah saya kirim 25%, silahkan cek di rekening masing-masing." Edo mengecek rekeningnya, "Kurang asem, cepat banget." Si hacker buru-buru balik kandang. Dia memang anti sekali membuang-buang waktu. Dengan tabungannya yang menambah hingga 37,5 M, Edo bisa langsung mengajak Vanya menikah. Orang-orang nggak bakal curiga deh. Apalagi orang luar. Edo buru-buru mengabari Vanya dan Enrique tentang kabar gembira ini. Dengan bahasa gaul Enrique mengucapkan terima kasih banyak, lalu buru-buru pergi. "Mau kemana lo?" "Singapura." Enrique menolak saat Edo mengajaknya untuk minum-minum dulu. Enrique rupanya ketakutan. Dia ingin buru-buru ke Singapura untuk melarikan diri. Selaput mata Edo mengecil. Dia melihat lagi orang yang kemarin terlihat mencurigakan. Dengan pikiran bening, dia sepertinya ingin meniru apa yang dilakukan Enrique. Edo buru-buru menelepon Vanya. "Kita harus cepat pergi!!!" Kuping Vanya tidak tahan mendengar teriakan Edo. Lebih tidak tahan lagi saat dia mendengar kabar ayahnya meninggal karena terkena penyakit jantung. Sang Ayah terkejut saat tabungannya hilang, lalu meninggal. Sang ibu terlihat menangisi jenazah sang ayah. Vanya yang sudah menggenggam kunci mobilnya menjadi ragu untuk pergi. Edo bergegas mengejar waktu. Ia kini telah berada di depan rumah keluarga Aristo. Tanpa pikir panjang ia segera masuk ke dalam. Ia berbisik di telinga Vanya untuk segera kabur dari sini. Vanya tersadar dari lamunannya. Kenangannya bersama keluarga ini sudah terlalu banyak. Ia rasanya tidak tega jika harus segera menutup hubungannya dengan keluarga ini. Bagaikan anjing jantan, Yuda menggong-gong. Menyuruh anak buahnya untuk segera menangkap Vanya dan Edo. Edo tidak kalah cepat. Dengan kecepatan cahaya, ia berkobar dan berlari membawa Vanya. Lanjutan cerita/Bab 11 |
Last edited by vanpersie1290; 7th December 2015 at 05:58.. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer