HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/04/17 15:35 WIB
Media Asing Soroti Ledakan Turis: Tak Seperti Bali yang Dulu
-
Sabtu, 2024/04/17 15:40 WIB
Kota Wisata Sekelas Dubai Dilanda Banjir Bandang, Kok Bisa?
-
Sabtu, 2024/04/17 15:25 WIB
Sederet Tokoh Ajukan Amicus Curiae ke MK Terkait Pilpres 2024
-
Jumat, 2024/04/16 14:03 WIB
Megawati Kirim Amicus Curiae ke MK: Habis Gelap Terbitlah Terang
-
Minggu, 2024/04/18 16:29 WIB
Bahlil: Jangan Samakan Jokowi-Megawati dengan Pikiran Hasto PDIP
-
Minggu, 2024/04/18 16:32 WIB
Bikin Mual, Pria Ini Makan Nasi dengan Kuah Cappuccino
|
Thread Tools |
21st June 2019, 22:19 |
#31
|
|
Mania Member
|
Quote:
Salah satunya adalah membantu teman2nya jika kesulitan memahami materi pelajaran. Setau saya, kurikulum pasca-KBK mencoba memberikan peran lebih kepada para siswa. Membentuk kelompok2 untuk memaparkan sekilas materi yang akan diajarkan. Dulu sih waktu SMA saya pernah seperti ini. Kelompok2 ini harus presentasi tentang materi pelajaran hari itu. Malah seingat saya pernah bukan per kelompok, tapi per orang. Mau gak mau kan kita harus belajar dulu. Itu contohnya. Saya malah pernah waktu SMP, sebangku 2 orang, selama 1 semester ranking 1 harus duduk dengan rangking terakhir, ranking 2 harus duduk dengan ranking di atas yang terakhir, and so on. Awalnya saya pikir ini guru kurang kerjaan. Tapi setelah dewasa saya baru paham maknanya. Dia ingin agar gap ranking ini bisa diatasi dengan saling berbagi, sharing, belajar bersama. |
|
22nd June 2019, 14:04 |
#32
|
|
Mania Member
|
Quote:
anak sekolah bukan jadi guru mas... mereka sekolah untuk menimba ilmu. dan maaf mereka yg pinter itu juga emosinya bisa labil. mereka mengajar temen temenya yg kurang pinter? malah yg terjadi berantem karena daya tangkap berbeda. apakah anda malah menyuruh mereka memberi contekan? dalam forum diskusi juga sama, kelompok yg pinter akan lancar karena mereka saling tahu ilmunya, bila dicampur malah anak yg kurang pinter malah akan diam dan bengong selama diskusi karena mereka tidak tahu apa yg dibicarakan. ini kenyataan bukan utopia yg kamu idealistiskan. makanya anak pinter dan kurang pinter itu harus dipisah bukan disatukan agar mereka dapat berkembang, bukan saling menghambat satu sama lain. ini adalah dunia bukan utopia dimana semua orang punya kemampuan yang sama. bila semua orang menjadi insinyur maka bangun rumah tidak akan terjadi, harus ada tukang, buruh, pembantu, mandor, teknisi, sopir,dll itulah dunia sudah ada kelasnya masing masing dan maaf, takdirnya. agar dunia bisa terus berputar. biji talenta orang berbeda beda bila orang yg talentanya dikit disiram terus, maka bukannya talenta itu akan tumbuh berkembang tapi malah layu dan mati. |
|
22nd June 2019, 14:33 |
#33
|
||||
Mania Member
|
Quote:
Saya gak bilang memberi contekan loh. Itu saya sudah kasih contohnya. Siswa dibagi ke kelompok2 yang tiap minggu harus mempresentasikan materi sebelum dijelaskan lebih lanjut oleh guru. Itu kan contoh saling berbagi ilmu, baik untuk satu kelompok itu sendiri saat mempersiapkan materi presentasi, atau dengan teman2 lain yang mendengarkannya. Soal emosi labil ya harus diajarkan lah supaya dia bisa mengendalikan emosinya. Jangan lagi sekolah hanya fokus ke nilai2. Soal mental dan perilaku juga harus jadi prioritas. Quote:
Quote:
Sekali lagi, bibit eksklusifitas berasal dari sekolah. Anda tau kenapa di Malaysia orang Melayu, Cina, di India kurang berbaur? Salah satunya karena sekolah mereka dipisah. Ada sekolah Melayu, Cina dan India. Quote:
Dan semua manusia punya kesempatan yang sama baik itu untuk menjadi tukang ataupun menjadi insinyur. Walaupun dia jadi tukang, buruh, supir tapi setidaknya dia berpendidikan dan gak gampang "ditokohi" kata orang Medan. Maka jika anak2 yang pintar dan kurang pintar ini berbaur, mereka tidak perlu malu punya teman yang jadi buruh. |
||||
23rd June 2019, 09:14 |
#34
|
|
Mania Member
|
Quote:
2. eklusiveme memang mungkin terjadi, tapi pertanyaannya apakah dicampur juga tidak akan menimbulkan eklusiv? nyatanya tetap ada genk/ kelompok disekolah yg dicampur. dan anak sekolah A tetap tidak bergaul dengan sekolah B. jadi apa bedanya? justru dengan dicampur malah akan memberikan tekanan pada minoritas di sekolah tersebut. 3. Takdir tetap ada, karena tuhan tidak memberikan jumlah dan jenis talenta yg sama. bila seorang punya talenta sebagai tukang, dia memaksa sebagai insinyur maka hasilnya akan mengecewakan. tapi bila dia mendalami talentanya sebagai tukang bahkan menjadi tukang yang ahli dia akan sukses bahkan mungkin mendapatkan penghasilan yg jauh lebih besar dari sang insinyur itu sendiri. 4.perkawanan memang perlu, tapi dalam batas tertentu apalagi dalam pekerjaan. seorang pemimpin yg baik harus tahu hal ini, ini berpengaruh terhadap kewibawaan dan koncoisme yg dapat mengangu pekerjaan. |
|
23rd June 2019, 23:49 |
#35
|
||||
Mania Member
|
Quote:
Kalau anak tidak sabar ya guru harus mendidik dia menjadi orang yang sabar. Bukan demi memuaskan anak yang tidak sabar, pendidikan harus dipisah antara yang pintar dan yang kurang. Anak yang pintar harus diajar untuk solider, memahami dan peduli bahwa dia punya teman yang kecepatan menangkap pelajaran tidak sebaik dia. Quote:
Siswa harus diajarkan untuk berbaur dengan semua orang tanpa pandang bulu. Dimulai dengan pertukaran tempat duduk tiap minggu, atau paling tidak tiap bulan. Lalu dengan membagi para murid ke kelompok2 belajar atau tugas. Kelompok ditentukan oleh guru, tidak boleh ditentukan murid. Kita tidak boleh menyerah pada keadaan. Harus berjuang untuk mengubah itu. Quote:
Tidak ada "takdir" dalam agama Katolik. Manusia punya kehendak bebas sehingga dia bisa mengubah nasibnya sendiri. Semua yang terjadi pada kita selalu ada andil manusia di dalamnya. Mungkinkah seorang tukang menjadi insinyur? Mungkin saja! Jika kemudian tukang ini masuk fakultas teknik di tingkat universitas, maka dia bisa jadi insinyur. Dia bisa mempelajari hal2 yang berkaitan dengan pembangunan, sehingga dia tidak hanya menjadi tukang saja. Tapi jika dia memilih untuk ingin menjadi tukang, ya silakan. Tidak ada paksaan bagi dia untuk jadi insinyur. Talenta (bakat) itu tidak timbul begitu saja, tapi diasah. Dan tolong jangan menyamakan "talenta" (bakat) dengan "talenta" yang diceritakan dalam perumpamaan Yesus. Beda pengertiannya. "Talenta" yang diumpamakan oleh Yesus adalah segala pemberian Tuhan, baik itu jasmani atau rohani. Quote:
Kalau kita membatasi perkawanan, bagaimana kita mau mengajak orang jahat untuk bertobat? Apa yang anda paparkan di thread ini menggambarkan bahwa anda adalah orang yang pasrah pada keadaan. Sementara saya percaya bahwa dengan saya diutus oleh Tuhan melalui imam/uskup setelah selesai misa, maka saya diberi tugas untuk berusaha mewujudkan keadaan yang ideal di bumi ini, mulai dari hal yang kecil. Inklusif, bergaul tanpa pandang bulu. Tidak membedakan orang, baik atau buruk, pintar atau bodoh, kaya atau miskin, Katolik atau non-Katolik. |
||||
|
24th June 2019, 07:15 |
#36
|
|
Mania Member
|
Quote:
3. ada, anda lupa dengan pengajaran kita? bahkan di kitab suci tertulis dengan jelas bahwa yesus sendiri takut akan takdirnya di taman getsemani, tapi dia taat pada allah. takdir ada tapi dapat dirubah atau dibelokkan kalau kita mau berusaha karena allah memberikan akal budi pada manusia. entah itu akan menjerumuskan manusia itu sendiri hingga jauh dari allah. karena allah tahu apa yg baik bagi manusia. 4. kok beda talenta yg dimaksud? talenta disini sama aja dengan bakat. memang seseorang bisa menjadi yg diluar bakatnya, misal tukang menjadi manager atau insinyur yg anda sebut, tapi hasil yg didapat tidak akan sebaik kalau dia menjadi tukang. jadi untuk apa mendapatkan manager yg buruk dan kehilangan tukang yg pintar? sebagai manager atau insinyur mungkin dia akan lebih tertekan dan tersiksa daripada dia menjadi tukang. sayangnya di indonesia ini jalur sebagai tenaga ahli tidak ada yg ada jalur managerial. 5. berkawan memang boleh dan baik, tapi harus tetap menjaga batas batas tertentu, kecuali anda bukan atasan dan bawahan maka sangat dianjurkan dan baik adanya.tapi kalau dalam pekerjaan terlalu dekat akan merusak pekerjaan anda... ini anda akan alami sendiri bila anda berada pada level managerial. bawahan anda akan "nglunjak" bila terlalu berkawan dengan anda. kayaknya kita terlalu oot ama thread ini. kita sudahi ya pembahasan kita... |
|
Last edited by dwi2124; 24th June 2019 at 07:21.. |
24th June 2019, 09:37 |
#37
|
Mania Member
|
sekolah favorit biasanya di rapornya punya KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) diatas 8, kalau niat pemerintah mau meniadakan sekolah favorit, mestinya KKM diseragamkan saja misal KKM menjadi 3.... kasihan anak yang pas2an anunya "tanda petik" kalau harus mengejar KKM 8 koma sekian
|
24th June 2019, 10:11 |
#38
|
|
Groupie Member
|
Quote:
Dan nantinya pas ujian akhir juga mereka sudah mempersiapkan sendiri. Makanya nilai rata2 ya tinggi krn memang inputnya sudah anak2 pintar. Sementara itu, guru2 sekolah non-vaporit juga gak termotivasi utk membikin anak didiknya mengejar kepintaran anak2 di sekolah vaporit...apanya yg mau dikejar kalo inputnya memang anak2 bodoh? Ya udh pokoknya asal lulus saja. Suasana belajar juga gak maksimal karena anak2 itu sama2 bodohnya sehingga tdk terbangun diskusi yang solutif...tugas2 sekolah dikerjakan hanya utk menggugurkan pedoman2 bahan ajar...soal nilai malahan kadang dikatrol agar kliatan tinggi..jd kalo nilai tertingginya adalah 6 maka diberi bonus 3 poin sehingga menjadi 9 dan demikian juga nilai2 yg dibawahnya Sekarang? Guru2 dituntut kerja keras lagi dalam mengajar karena harus ngurusin anak2 yang bodoh agar tdk terlalu jauh selisihnya utk rata2 kelas. Guru2 musti putar otak agar terjadi keseimbangan dalam kelas. Sistem zonasi memang bikin repot guru2 sekolah vaporit...apalagi nanti bakalan ada mutasi2 berkala...gimana coba kalo dipindahin ke sekolahan yang jauh dari rumah? Kan tambah repot lagi. |
|
24th June 2019, 10:16 |
#39
|
|||
Mania Member
|
Quote:
Quote:
Quote:
|
|||
24th June 2019, 11:31 |
#40
|
|
Groupie Member
|
Quote:
Payah : Input bagus - proses bagus - output jelek Wajar: Input jelek - proses jelek - output jelek input bagus - proses bagus - output bagus Keren : input gak bagus - proses bagus - output bagus |
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer