"Apa benar kamu udah putus sama Alex?," perempuan separuh baya itu bertanya pada anak perempuannya yang paling bungsu. Yang ditanya hanya cengengesan, tidak mengiyakan dan juga tidak menyanggah.
"Mama itu setiap arisan dan kumpul keluarga sudah bosan ditanyain kapan kamu nyusul kakak-kakakmu menikah," keluh perempuan itu sambil menghela napas.
"Jawab aja May..., ma. Maybe yes - maybe no," putri bungsunya menjawab masih sambil cengengesan dan buru-buru angkat kaki dari dapur sebelum ibunya sempat memberikan kuliah subuh.
***
Namanya Florentia Sasmitha, biasa dipanggil Flo. Usianya 34 tahun. Status : Lajang (single and available, pasca putus dengan Alex dua minggu lalu). Pekerjaan : guru TK di sebuah sekolah Internasional. (Btw, kok jadi kayak bikin daftar riwayat hidup / resume.)
Di mata sahabat-sahabatnya, Flo mendapat julukan Miss Gamo. Kependekan dari Miss Gamophobia. Julukan itu disematkan oleh sahabat-sahabatnya lantaran Flo mengakui sendiri bahwa ia mempunyai rasa takut menjalin hubungan komitmen seumur hidup, alias takut menikah. Kebalikan dari Flo, Windy dijuluki oleh sahabat-sahabatnya Miss Anup. Kependekan dari Miss Anuptophobia yaitu ketakutan akan status jomblo, tidak suka hidup menjomblo. Saking takutnya, mungkin bisa diilustrasikan jika dia putus sama pacarnya di tukang nasi goreng maka detik itu juga dia akan gelisah dengan status jomblonya dan saat membayar pesanannya dia tak akan sungkan menyelipkan nomor hapenya ke abang nasgor sambil nyanyi, "hey i just met you.. and this is crazy!! But here's my number, so call me maybe!!"
Jadi begini komposisinya.. Flo, Windy, Dione, Yuni, dan Emilia adalah lima orang yang bersahabat solid sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka bersahabat sejak masih sama-sama mengenakan miniset hello kitty sampai akhirnya sudah pada mekar sempurna dan mempunyai ukuran nomor pakaian dalam masing-masing. Ya ada yang ukuran 32, 34, 36, 38, 40.. Eh tunggu ini kita ngomongin ukuran BH atau ukuran sepatu??? Ya mereka bersahabat sejak dari mereka itu belom akil balik dan masih lugu tentang pembalut, sampai kini mereka menjadi expert di bidangnya.. bersayap dan tak bersayap, yang untuk siang dan untuk malam, ketebalan yang pas dan tidak mudah nyelip, serta mana yang tidak tembus ke samping; dari anak kemarin sore kini mereka sudah bertransformasi menjadi ahli di dunia perpembalutan.
Flo dan Windy belum menikah, Dione menikah dan status momongan masih ABTBJJ (Asyik Bikin nya Tapi Belom Jadi Juga), Yuni status menikah beranak dua, dan Emilia status menikah beranak satu dan sedang mengalami krisis rumah tangga.
"Lo kenapa sih putus sama si Alex? Salah apa tuh anak?," tanya Windy seraya menyantap roti bakar di hadapannya.
"Tiada yang salah, hanya aku manusia bodoh.. yang biarkan semua ini permainkanku berulang-ulang kali..," Flo malah menjawab Windy dengan lagu yang dipopulerkan oleh Ada Band.
"Sstt.. jangan kenceng-kenceng nyanyinya. Bikin malu aja lo, membuka tabir umur itu namanya. Nyanyi lagu yang kekinian napa.. Gak sekalian lo nyanyi lagu Om Pance Pondaag?"
"Tiap malam engkau kutinggal pergi. Bukan.. bukannya aku sengaja. Demi kau dan sibuah hati. Terpaksa aku harus begini..," Flo mengikuti saran Windy dan menyanyikan lirik lagu Om Pance Pondaag dengan penuh penghayatan. Makin sebal Windy dibuatnya.
"Nyanyi sekali lagi, gue sirem es teh nih..," ancam Windy.
Yang diancam cuma cengengesan.
"Ya makanya begitulah kenapa gue takut menjomblo. Para jomblo itu suka korslet mendadak kayak elo sekarang nih... Angot.. Orang tuh kalo abis putus mestinya galau. Bukan nyanyi-nyanyi cengengesan kayak pengamen ngarep saweran."
"Lah, emang status elo sekarang apa, Ndy??," Flo berhenti nyanyi dan memasang tampang serius menanyakan status sahabatnya yang baru putus minggu lalu.
Yang ditanya kali ini balik cengengesan sambil nyanyi lagu "Terlatih Patah Hati."
"Apa kita perlu di ruwat ya?," Windy memasang wajah prihatin terhadap kehidupan asmara keduanya yang berkisar di siklus pacaran-putus-pacaran-putus-.
"Kalo gue sih menganalogikan pacaran seperti sendal jepit!! Mau bermerk murah maupun mahal, havaianas ataupun swallow.. ya soal putus mah cuma masalah waktu," jawab Flo enteng seolah tanpa beban.
Windy bergidik ngeri mendengar analogi sahabatnya, namun dalam hati ada sedikit kelegaan. Paling gak dia ada teman senasib dalam hal per-belum menikah-an.
Sejak kabar kandas hubungan dirinya dan Alex tersebar luas, Flo merasa seperti seorang seleb yang diburu oleh host infotainment sejenis "Kupas Tuntas Setajam Badik" dan dia menjadi narasumber yang lari-lari menghindari pertanyaan sambil menutup muka menuju tukang bajaj langganan yang sudah setia menunggu di pengkolan.
Mendadak ibunya, kakak-kakaknya dan sahabat-sahabatnya tertarik dengan kisah percintaannya yang suram. Bagaikan tenaga detektif swasta handal, mereka mulai men-stalk akun sosmed milik Flo.
Ketika Flo post listening to "I kissed a Girl" nya Katy Perry di akun Path, pulangnya ia ditegur oleh ibu nya.
"Flo, kamu bukan penyuka Lontong-Gehu-Bakwan-Tempe, kan?," ibunya sungkan mengeluarkan akronim yang masih terdengar tabu di telinga sehingga bertanya melalui kode.
Flo memasang tampang tidak mengerti arah pertanyaan ibunya.
Spoiler
Ya lebih kurang seperti ini ekspresinya..
"Itu lho...," ibunya masih ragu-ragu untuk menyebut akronim tersebut.
Sambil lirik kiri-kanan seolah tembok punya telinga dan mempunyai kemampuan menguping, ibunya menurunkan volume suaranya sehingga nyaris berbisik, "Kamu bukan El-Ji-Bi-Ti kan?"
"Hah....?? Ya enggak lah ma.. Kok mama mikir gitu sih?"
"Ya gakpapa sih. Mama cuma nanya aja. Lain kali kalo dengar lagu di Path jangan yang judulnya aneh-aneh. Nanti bisa menimbulkan salah tafsir, karena kata kakakmu biasanya listening to di path itu, 1% dengerin lagu dan 99% curhat."
***
Lain Flo, lain pula halnya dengan Windy. Kalau Flo belom ingin bercerita perihal penyebab putusnya dengan Alex dan kehidupan asmaranya yang pelik, Windy justru dengan semangat bercerita dan meminta pendapat sahabat-sahabatnya untuk memberi masukan, dan kalau bisa bukan cuma saran dan kritik membangun tapi juga memberikan jodoh yang siap diajak membangun. Membangun rumah tangga, tentunya.
Setelah berjam-jam mendengarkan curahan hati dan kronologi lengkap mulai dari berkenalan hingga putusnya Windy dan Reza, maka Yuyun (Yuni), Emil (Emilia), Dio (Dione) dan Flo, sepakat bahwa penyebab putusnya Windy-Reza adalah karena Windy terburu-buru ingin menseriuskan hubungannya ke jenjang yang lebih tinggi (baca: perkawinan). Padahal Windy dan Reza baru 3 bulan resmi berpacaran.
"Ojo kesusu toh, Ndy. Kalem sedikit," Flo mempraktekkan satu-satunya vocabulary boso Jowo yang ia tahu.
"Ya kita biasa juga gak langsung ke susu.. tapi pemanasan dulu.."
"wakakakakaka.. dasar mesum lo. Maksud gue jangan buru-buru. Woles aja, gitu. Woles-woles asal kelakon."
"Lo berdua itu sesama jomblo tapi sangat bertolak belakang," Dio mulai sok ber-analisis.
"Yang satu terlalu lay back.. santai kayak di pantai yang kebablasan.. yang satu lagi terlalu bernafsu pengen cepet-cepet janur kuning melengkung.. Elo berdua harus sering-sering interaksi bersama.. biar yang satu belajar relax, yang satu lagi nyerap termotivasi untuk nikah nya.."
"Ya elo sebagai sahabat jangan cuma sepik-sepik bijak ala ibu peri.. Kenalin donk gue sama temen-temen laki lo yang bisa gue prospek," jawab Windy senewen dengan analisa Dio.
"Emang menikah itu is a mandatory ya? Bukan optional, gitu?," tanya Flo santai.
Keempat sahabatnya mendelik ke arah Flo dan kompak menyebut julukan Flo, Miss Gamo!!!
Dio yang tak tahan mendengar rengekan Windy untuk mengenalkannya pada teman-teman suaminya, akhirnya sepakat untuk mengenalkan Windy dan Flo ke sahabat-sahabat suaminya yang masih lajang, dengan satu syarat utama, "behave pelissss....."
Menurut Dio, ini merupakan sebuah proyek beresiko tinggi lantaran mempertaruhkan nama baiknya di mata sahabat-sahabat suaminya. Flo dan Windy sebenarnya masih bisa lah di kategorikan high quality jomblo, wajahnya masih ada manis-manisnya gitu kalo lagi senyum dan ramah (walau kadang bisa mirip juga sama macan mau beranak kalo keduanya lagi PMS, Premenstrual Syndrome). Keduanya cukup cerdas, supel dan mandiri. Hanya saja yang satu kayak sapi mau digiring ke pejagalan dan yang satu kayak kodok lompat-lompat kegirangan di musim hujan, jika topik obrolan sudah menyerempet ke jenjang hubungan yang lebih serius.
Dio sebenarnya enggan banget terlibat sebagai Mak Comblang dalam kisah asmara Flo dan Windy. Dio pesimis terhadap ROI (baca: Return of Investment) dari proyek ini. Namun bagaimanapun juga, setelah menimbang hubungan persahabatan mereka yang telah terbina sejak mereka masih sama-sama memakai miniset hello kitty dan buta soal perpembalutan, maka trenyuhlah Dio dan bertekad untuk merealisasikan proyek perjodohan ini (walau kemungkinan besar proyek ini tidak akan berbuah manis.)
"Jadi begini...," Dio mengetik visi, misi, pandangan, dan kata sambutan di group Whatsapp yang beranggotakan kelima sahabat tersebut. Maklum, Dio memang tipe yang pay attention to details dan penuh perencanaan, tak heran kalau proposal proyek perjodohan ini digarap layaknya proposal proyek bernilai jutaan dollar.
Dio menguraikan panjang kali lebar rencana perjodohan yang dijadwalkan akan berlangsung Sabtu ini di lokasi sebuah tempat Futsal. Dio bahkan mengirimkan foto-foto para target, lengkap dengan mini profilnya (nama, umur, pekerjaan, lama menjomblo dan alamat akun sosmednya).
Sudah bisa ditebak, Windy sangat terlihat antusias dan langsung meluncur ke akun sosmed yang dibeberkan Dio. Katanya sih, untuk mengenal profil target lebih dekat dan persiapan mencari bahan obrolan Sabtu nanti.
"Floooo..... Kayaknya gue tertarik sama Ricky... Pelisss, jangan bilang elo juga tertarik sama dia...," Windy dengan tangkas langsung memilih target dan mengumumkannya di group.
Flo melihat 3 foto target yang dikirim oleh Dio dan manggut-manggut sendiri sambil mengetik balasan di group whatsapp.
"Iye... He's yours. He's so you banget yaaa.. chubby dan tipe rapih jali dan trendy ala laki-laki metroseksual," Flo yang sudah tahu persis tipe cowok kesukaan Windy siap mengalah. Lagipula, Flo memang tidak tertarik dengan cowok pesolek yang sangat mementingkan penampilan luar.
Penting sekali untuk dicatat bahwa dalam hubungan persahabatan antar perempuan, peraturan tak tertulis yang harus dijunjung tinggi adalah: "Dilarang keras jatuh cinta, naksir, demen, nge-fans, tertarik secara fisik, berminat secara materi, dll dst dsb, terhadap satu target yang sama." Jadi demi menghindari persahabatan bubar-jalan, walaupun baru tahap mau mengejar, tetap harus jelas mana yang menjadi target A dan mana yang menjadi target B. Demikianlah saran untuk menghindari fenomena SMS (Sahabat Makan Sahabat) yang dianjurkan oleh buku "Sepak Terjang Persahabatan Kaum Venus".
"Eh btw, Leon manis juga ya. Gue suka," ketik Flo lagi.
"Ciyeee... Selera lo masih yang tampang bad boy ya. Ya udah karena udah pada milih target nanti gue sampe-in ke laki gue untuk nahan mereka pulang sehabis futsal," pungkas Dio.
Windy yang sudah melakukan thorough research tentang targetnya, Ricky, mengenakan jersey Manchester United (tim fave Ricky) dipadu dengan celana jeans hitam. Rambut hitamnya yang ikal dan panjang sebahu dibiarkan tergerai. Pulasan make up tipis menghiasi wajahnya yang manis.
Flo bersiul dan menggoda penampilan sahabatnya, "Ciyeeee... Presenter bola dari mana nih.. Kece badai.. Btw, seumur-umur kita sahabatan, gue baru tau kalo lo demen bola sampe punya kaosnya segala.."
"Diem luh!!! Jangan nge-cengin gue.. ini kaos gue baru beli kemaren di pinggiran kaki lima.. Keliatan KW-nya gak sih??"
Flo dan Dio ngakak berbarengan.
"Futsal itu olahraga apaan sih? Apa bedanya dengan sepak bola dan sepak takraw?," tanya Flo yang buta dunia persepakbolaan dengan polos.
"Apa??? Elo gak tau apa itu Futsal??," Windy bertanya balik dengan ekspresi terkejut. Padahal dia sendiri baru tau semalam, itu pun hasil nge-google.
Flo hanya acuh dan mengangkat bahu.
"yang gue tahu ya pokoknya berhubungan dengan tendang-menendang bola, gitu doang."
"Ya udah sih, toh kita kagak bakal ulangan teori Pendidikan Jasmani. Persetan dengan apa itu futsal dan bagaimana aturan mainnya.. yang penting elo berdua disana nanti pada behave yeh. Windy jangan lupa sedia tisue buat ngelap iler lo kalo mendadak mupeng.. dan elo Flo, jangan cengengesan mulu kayak penderita cacingan yang lagi kumat!!," demikian Dio mewanti-wanti sebelum mereka bertiga meninggalkan rumah Dio dan meluncur ke TKP.
"Oh ya, Flo.. Satu lagi.. Jangan dikit-dikit nyanyi.. Kita bukan lagi mau audisi Indodol..," pungkas Dio sambil menyalakan mesin mobilnya.
"Gimana penampilan gue??? Udah OK apa belom?," tanya Windy sesaat sebelum mereka bertiga turun dari mobil.
Flo dan Dio serempak memuji penampilan Windy yang memang terlihat manis siang itu.
Windy menyemprotkan penyegar mulut dan kemudian melenggang dengan elok bagaikan model catwalk.
Sementara itu Flo melihat kelakuan sahabatnya malah sibuk mengingat-ingat apakah pagi tadi sarapan nasi uduknya mengandung pete, ekstra bawang-bawangan, atau apalah-apalah yang meninggalkan bau mulut tak sedap.
"Inget pesen gue yeh.. Ini nama baik gue nih yang dipertaruhkan," sekali lagi Dio mewanti-wanti kedua sahabatnya.
***
Flo diam-diam kagum dengan kemampuan Windy dalam berkamuflase. Walau tampak dalam, Flo dan Dio tahu pasti kalau si Windy ini belingsatan dan akan setengah mati berusaha menarik perhatian Ricky, namun tampak luar Windy tidak menunjukkan sikap over acting sama sekali.
Windy menjabat satu persatu tangan para kumbang yang disodorkan kepadanya sambil dengan tegas menyebut namanya, "Windy."
Namun ketika giliran Ricky yang mengulurkan tangannya, Windy menjabatnya sedikit lebih lama dan saat menyebutkan namanya, suaranya sedikit diperlembut.
"Anjrit...," batin Flo geli saat memergoki adegan tersebut.
Flo sendiri tak kalah percaya diri saat menyebutkan nama dan mengulurkan tangan untuk memperkenalkan dirinya.
"Leon," laki-laki itu menyebut namanya seraya menjabat tangan Flo hangat.
Iya, gue udah tau, batin Flo. Ternyata aslinya elo lebih keren daripada di foto ya, Flo menambahkan. Masih dalam hati saja tentunya.
Pasca permainan futsal, para lelaki yang tadi tergabung dalam tim Robby (suami Dio) maupun tim lawan, satu-satu berpamitan pulang. Rata-rata mereka sudah berkeluarga dan ada acara lanjutan masing-masing, atau minimal sudah berpacar dan ditunggu oleh pacarnya baik yang setia menemani di lapangan futsal maupun menunggu dirumahnya masing-masing. Biasanya sih, yang berminat ngintilin sampe ke lapangan futsal itu mereka yang baru-baru jadian.. Masih hot-hot nya dan tak terpisahkan, gitu lho. Yang tersisa tinggallah laki-laki jomblo yang kalau pun hilang 1x24 jam kagak bakal ada yang nyariin, termasuk dua diantaranya adalah Ricky dan Leon.
"Eh kita pada mau makan siang di Central Park nih.. Elo pada mau ikut gak?," tanya Robby pada Leon dan Ricky sesuai dengan pesan Dione sebelum ia berangkat Futsal tadi.
"Ingat ya beb, pokoknya kamu harus bisa bujukin Leon dan Ricky untuk makan siang bareng Flo dan Windy," begitu Dio mewanti-wanti suaminya.
Ricky yang sepertinya sudah termakan umpan Windy dan terpesona pada daya pikatnya, langsung mengiyakan ajakan tersebut.
"Gile lu, Ndro. Nafsu amat nge-iya-in nya..," batin Dio.
Sementara Leon sok belaga acuh-acuh butuh.
"Hmm, sebenernya sih gue agak sibuk hari ini.. tapi boleh deh.. gue juga udah lapar..," jawab Leon sambil mencuri pandang ke arah Flo.
"Cih... Gaya lo, tong.. Pura-pura sibuk. Jomblo aja belagu," batin Dio lagi.
Serba salah memang menghadapi perempuan. Kalau terlalu bersemangat dan bernafsu dalam merespon sinyal-sinyal PDKT di cap sebagai jomblo yang haus kasih sayang, sementara kalau sedikit jual mahal dianggapnya jomblo kebanyakan gaya.
Dio merasa sedikit lega, paling tidak pada tahap awal ini, kelihatannya segala sesuatunya berjalan sesuai rencana.
Definisi hukum gravitasi (Isaac) Newton dalam bidang fisika adalah gaya tarik untuk saling mendekat satu sama lain. Menurut ilmu fisika tiap benda dengan massa m1 selalu mempunyai gaya tarik menarik dengan benda lain (dengan massa m2 ).
Nah, hukum tarik-menarik ini sepertinya juga terjadi secara alami di kalangan kaum jomblo yang sedang berusaha keras mengentaskan status jomblonya. Jomblo lelaki (j1) akan selalu menimbulkan gaya tarik-menarik dengan jomblo perempuan (j2) yang direfleksikan melalui kode-kode yang rumitnya melebihi kode Leonardo Davinci.
Ketiga pasang muda-mudi (yang umurnya sudah tidak terlalu muda lagi) itu tahu-tahu sudah duduk berhadap-hadapan mengelilingi meja berbentuk persegi panjang di sebuah restoran yang menjual menu western.
Dio duduk di posisi paling kiri berhadapan dengan Robby, suaminya. Di sebelahnya, posisi tengah, duduk manis Windy berhadapan dengan Ricky. Dan di paling kanan, Flo duduk berhadapan dengan Leon. Tanpa komando dan pengarah gaya, para jomblo seolah sudah menandai targetnya dan paham harus duduk di posisi mana.
Windy tampak khusuk membaca menu, ia sedang menimbang-nimbang menu apa yang paling mudah disantap dengan gaya elegan. Menu ber-saus merah seperti Spaghetti Bolognaise sudah tentu masuk daftar hitam. Windy bergidik ngeri membayangkan tampil di depan target dengan saos merah belepotan di sekitar bibirnya. Ia ingin memesan steak namun takut kelak ada serat daging menyelip di geliginya dan membuat dia geregetan sendiri antara ingin mencungkilnya saat itu juga dan menahan hasratnya demi tampil anggun. Menu snack seperti deep fried chicken wings juga dihindarinya. Tau kan, susah makan sayap ayam pakai garpu dan pisau. Bawaannya pengen nyomot pake tangan, nyam nyam nyam. Sungguh tidak elegan, batinnya. Akhirnya Windy memutuskan untuk memesan menu Chicken Cordon Bleu.
Sambil menunggu pesanan, Ricky mencoba mencairkan suasana dan memulai percakapan ringan.
"Kamu penggemar Manchester United juga ya?," tanya Ricky berasumsi melihat jersey yang dikenakan Windy.
Makkk.. mati gue.. Mana gue tau siapa aja nama-nama pemain MU.., batin Windy.
"Ngg...," Windy tampak berpikir keras.
"Kalo pemain fave kamu siapa?," Windy balik bertanya karena tidak bisa memikirkan satu pun nama pemain tim MU.
Ricky menyebutkan salah satu nama pesepak bola tim MU dan kemudian dengan cerdiknya Windy menimpali, "Ah ya.., sama dong. Dia juga pemain fave saya."
Kemudian Windy buru-buru mengalihkan pembicaraan ke topik lain dan menyudahi topik seputar bola. Heran deh sama para lelaki. Apa sih istimewanya olahraga mengejar-ngejar benda bulat bernama bola yang diperebutkan hanya untuk ditendang dan dioper kesana kemari. Bagaimana menurut kalian rasanya menjadi bola yang dikejar-kejar namun ketika sudah didapatkan malah ditendang jauh-jauh. Bola pasti merasa seperti korban PHP, bukan? Dikejar hanya untuk dicampakkan. Kejam. Keji. Jika boleh mengutip lirik lagu Afgan, "Terlalu sadis caramu!!!"
Dio dan Robby selaku ketua dan wakil ketua tim panitia perjodohan ini juga berusaha sebisa mungkin mencairkan suasana dengan melemparkan topik-topik obrolan ringan.
Begitulah terjadi gaya tarik-menarik yang begitu kuat antara sesama jomblo, tahu-tahu selepas menyantap hidangan makan siang Ricky sudah menunjuk dirinya sendiri untuk mengantar Windy pulang dengan alasan searah.
Bisa aja luh bro.. Jelas-jelas arah yang disebut si Windy bertolak belakang dengan arah tujuan lo. Dasar tukang modus, batin Robby.
"Jadi gimana nih Flo..? Elo jadi pesan Uber atau gue anterin aja?," pancing Dio dengan harapan umpannya disambar Leon.
"Gue gak enak ngerepotin lo.. Gue pesen Uber aja deh..," Flo mulai mengeluarkan jurus basa-basi-busuk. Padahal biasanya mah enak-enak aja rasanya merepotkan sahabat sendiri. Hey, that's what (best)friends are for, right? Untuk saling merepotkan satu sama lain.
Flo mengeluarkan handphone nya dan bersiap memesan Uber.
"Kalau kamu gak keberatan naik motor, bisa sih saya anterin pulang," akhirnya Leon membuka suara juga.
Nah gitu kek dari tadi, batin Dio girang karena itu berarti dialog pura-pura mau nganter dan pura-pura mau pesan Uber yang dilakoni Dio dan Flo dapat disudahi.
"Gak ngerepotin nih? Katanya kamu hari ini agak sibuk?," Flo pura-pura sungkan, padahal sih dalam hati membatin, malah enak siapa tau bisa pelukan, eh pegangan, eh.. Maksudnya malah enak naik motor bisa menerabas kemacetan. Biarkanlah jomblo ngarep dan berimajinasi yang indah-indah.
***
"Makasih yah udah anterin saya pulang. Kamu mau mampir?," tanya Flo basa-basi sambil mengembalikan helm yang dipakainya.
Dalam hati Flo terus berkomat-kamit berharap Leon menolak untuk mampir. Lagian kan katanya dia hari ini agak sibuk, mau ngapain mampir-mampir segala.
"Boleh deh, mampir sebentar," di luar dugaan, si jomblo yang kebanyakan gaya kali ini tak menyia-nyiakan tawaran tuan rumah.
Aduhhh.. Kenapa dia mau.. Gue kan cuma basa-basi. Masak dia gak tau sih itu kan part of courtesy aja, Flo dalam hati kelimpungan sendiri tak menyangka Leon mengiyakan tawarannya.
Masalahnya begini, Flo sudah bisa membayangkan reaksi ibunya jika melihat Flo membawa pulang teman laki-laki ke rumah. Ibunya yang sudah tak sabar ingin Flo segera menikah akan langsung berasumsi Flo membawa pulang calon mantu. Ngeri, kan?
***
Flo mempersilakan Leon duduk di ruang tamu dan kemudian pamit ke dapur untuk menyiapkan minuman.
Tak lama kemudian Flo muncul kembali sambil membawa baki berisi dua cangkir teh manis hangat.
"Silakan diminum teh nya," Flo membuka percakapan.
"Iya. Makasih ya udah dibuatin minuman."
Kemudian keduanya hening, tidak tahu harus berbicara apa.
Krik.. krik.. krik.. awkward.
"Tik-tok-tik-tok," saking senyapnya suara detak jam dinding di ruang tamu terdengar jelas.
Flo kuatir kalau mendadak jam dinding itu baterainya habis, maka celaka lah ia.. Bisa-bisa suara debar jantungnya terdengar jelas oleh Leon.
Flo bernyanyi dalam hati, "Jam dinding pun tertawa, karena ku hanya diam dan membisu. Ingin ku maki diriku sendiri, yang tak berkutik di depanmu!!!" -Pelangi Di Matamu (Jamrud).
Cih, gaya lu kek ABG jatuh cinta pertama kali aja, maki Flo pada dirinya sendiri. Eh tunggu, siapa bilang gue jatuh cinta. Cuma tertarik sedikit aja kok, Flo membela dirinya sendiri dalam hati.
Keheningan di ruang tamu tiba-tiba buyar oleh suara selot pintu pagar yang dibuka dari celah luar oleh ibunya Flo yang baru saja pulang.
"Eh ada tamu toh," sapa ibu Flo ramah saat melewati ruang tamu.
Ibunya menatap Flo dengan senyum penuh arti dan menaik-naikkan alisnya. Flo yang memang tidak peka pada bahasa kode tidak tahu harus mengartikan gestur ibunya barusan sebagai olokan "Ciyeee... ciyeee.." atau bentuk pertanyaan "ini calon mantu mama, nih?" Atau mungkin juga ibunya hanya lagi pingin menaik-naikkan alis saja.
Setelah dengan sopan menyapa ibunya Flo dan memperkenalkan diri, tak lama Leon pamit pulang.