HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Minggu, 2024/04/18 11:55 WIB
Klarifikasi Idham Masse Soal Mobil Untuk Ibu Catherine Wilson Mau Ditarik Leasing
-
Minggu, 2024/04/18 11:48 WIB
Ogah Disebut Nganggur, Ferry Irawan Ngaku Ada Proyek Film dan Dicalonkan Jadi Bupati
-
Sabtu, 2024/04/17 14:39 WIB
Melody Prima Baru Ungkap Alasan Bercerai Setelah Setahun Berlalu
-
Selasa, 2024/04/14 11:47 WIB
Sandra Dewi Hilang di Instagram, Keluarga Lakukan Hal Ini
-
Jumat, 2024/04/16 14:20 WIB
Olivia Nathania, Anak Nia Daniaty Bebas dari Penjara Kasus CPNS Bodong
-
Selasa, 2024/04/14 11:42 WIB
Soal Kabar Adopsi Bayi Perempuan, Ini Kata Raffi Ahmad
|
Thread Tools |
31st October 2013, 12:47 |
#1
|
Banned
|
Karya Sastra Cerpen - Menghirup Udara 1
Udara sangat sejuk di taman Blodog. Mentari sedang berjalan ke ujung Barat kehidupan. Tarian daun-daun bambu yang lebat dan indah; siulan-siulan hadir di saat semilir angin membelai daun-daun bambu; membuat suasana semakin akrab dengan keindahan cinta yang tengah aku jalin bersama Olivia. Dalam taman ini, aku menemukan energi baru untuk menempuh hidup baru. Itulah kisah yang pernah aku lewati bersama Olivia di taman ini.
“Sayang, alam tercipta dari ide yang maha dahsyat!” kata Olivia “Dan ide itu berkeliaran dimana-mana,” kataku. “Betul sekali, Yang. Orang-orang sibuk mencari ide, lalu mengatakan, ‘Sulit mendapatkan dan mengembangkan ide’.” “Biarkan saja mereka begitu. Bagiku obrolan ini pun tengah memunculkan ide sendiri.” “Apa itu, Say?” “Obrolan ide, Yang.” “Apa itu ide? Sederhana banget.” “Nah, itulah mengapa orang tak mampu mendapat dan mengembangan ide, salah satunya menutup pikiran mereka sendiri.” Olivia tak berhasil menangkap ide. Padahal ia yang memulai dalam pembahasan ide. Aku hanya tertawa kecil melihatnya tersipu malu akibat tak bisa menangkap ide. “Ide ibarat udara, hirup sajalah semaumu,” kataku sembari mencium rambutnya. Bisakah Mas keluar dari masalah Mas sendiri dengan ide Mas? Hirup sajalah udara, maka Mas akan mendapatkan solusi.” Lalu Olivia tersenyum tipis ke arah mukaku. “Kau menantangku, Cantik. Aku sakit bila jauh darimu dan menyakitimu bila terus mendekati sampai sedekat pelukan.” “Tapi Mas sangat pemberani. Mengatakan kelemahan Mas di awal perkenalan.” Memang aku sengaja mengatakan hal yang sangat pribadi ke seorang yang aku cintai. Baru kali ini aku mengatakan hal yang sebenarnya tentang keadaanku. Memang aku baru pertama mendekati seorang wanita yang aku cintai. Dan aku katakan keadaan yang sebenarnya pada Olivia biar sejak awal ia menolakku atau menerimaku apa adanya. “Aku berani bicara pun saat kau jelaskan tentang lelaki yang hampir mirip dengan keadaanku.” “Dan aku menerima hadir lelaki itu sembari berusaha menyembuhkan ketidakberdayaannya. Dengan begitu, aku pun menerima hadir Mas.” “Begitulah” kataku sembari sedikit melenguh. Olivia mengatakan dengan penuh pujian untukku dan lelaki itu. Aku dan lelaki itu di anggap pemberani. Betapa banyak lelaki lemah kelaki-lakiannya tapi sok perkasa di depan kekasihnya. Setelah terjadi pernikahan, tentu terlihat kelemahannya. Wanita mana yang tak kuasa menahan sedih bila kenyataan suaminya lemah tak berdaya? Dan lelaki mana yang tidak malu bila tak mampu menafkahi istrinya? Tapi aku dan lelaki itu sangat terbuka tentang kelemahan dirinya sebelum terjadi keterbukaan yang sesungguhnya–setelah pernikahan. ...Walau aku sangat menerima hadir mantan pacarku. Apapun keadaannya. Tapi, ia menyerah sama keadaannya. Ia tak tega. Aku salut sama lelaki yang seperti itu.” “Keterbukaan?” “Ya. Seperti Mas. Dan aku sangat mencintai Mas. Aku tak mau Mas menyerah. Mas harus tetap berobat.” Aku tak tersinggung Olivia menyuruhku agar tetap berusaha menjadi lelaki perkasa. Memang seharusnya begitu: Olivia mendorongku untuk menjadi yang lebih baik. Bukan malah menjauhiku. Aku pun harus menerima suruhannya. Bukan karena ia tak mencintaiku apa adanya. Tapi karena ia cinta, maka ia berusaha agar aku menjadi yang lebih baik. Aku tatap langit biru. Langit sepertinya memberikan segudang ketenangan. Aku hirup udara saat daun-daun bambu menari-nari bersama irama khasnya. Aku pejamkan mata seakan di ruang hati ada secerah solusi. Aku buka mata kembali dan menatap paras putih berseri. Aku merasakan kecantikan hati Olivia lewat tatapan matanya yang melankolis. Dan Olivia tetap memandangku. “Bila kesembuhan tak kunjung datang sampai kita menikah, apakah aku hanya memberimu cinta? Sedangkan cinta tak cukup sebagai nafkah batin.” “Aku ingin hidup bersama Mas. Mas jangan bicara begitu. Mas pasti bisa!” Olivia menatap erat di hadapan mataku. Tak lama kemudian ia meneteskan air mata. Entah apa yang ia pikirkan sampai akhirnya kesedihan hadir di tengah pembahasan masalahku. Aku usap air matanya. Aku tak bicara apa-apa. Seolah-olah aku mengeti apa yang sedang ia pikirkan. Tapi aku memahami bagaimana batin Olivia yang telah mengadapi lelaki lemah sampai dua kali. Sudah semakin sore.” “Ia Mas.” “Aku janji Oliv. Akan terus mewujudkan cita-cita dari hubungan kita. Bertahun-tahun aku pesimis sampai akhirnya menemukan dirimu yang membuatku optimis,” aku menguatkan batin Olivia. Ia pun memelukku erat. Aku hidupkan kesadaranku kembali. Melihat taman Blodog yang asri ini. Aku baca kembali SMS dari Olivia. “Mas. Buruan datang. Aku ingin ada Mas di saat lelaki pilihan orang tua datang. Aku mau dipinang.” Aku sangat pesimis. Aku tak tahu, menemui Olivia adalah solusi terbaik atau tidak. Ada SMS ke dua dari Olivia. Aku baca SMS yang kedua walau aku cukup terpukul membaca SMS yang pertama. “Maafkan aku Mas, aku lupa cerita tentang kondisi Mas ke orang tua. Akhirnya ia dengan paksa memilih lelaki lain. Padahal Mas sedang berjuang dengan penyakit Mas.” “Ya Tuhan! Kau ceroboh!” Aku menghirup udara dalam-dalam. Aku ingin ada pencerahan ide walau sedikit untuk mendapatkan kembali Olivia. Hubungan jarak jauh membutku tak bisa berbuat apa-apa. Di tambah dengan cerita Olivia pada orang tuanya tentang kondisiku yang lemah. Aku SMS Olivia. “Olivia. Apakah kau bisa menolak pinangan itu?” Udara sangat sejuk di taman Blodog. Mentari sedang berjalan ke ujung Barat kehidupan. Tarian daun-daun bambu yang lebat dan indah; siulan-siulan hadir di saat semilir angin membelai daun-daun bambu; membuat suasana semakin akrab dengan keindahan cinta yang tengah aku jalin bersama Olivia. Dalam taman ini, aku menemukan energi baru untuk menempuh hidup baru. Itulah kisah yang pernah aku lewati bersama Olivia di taman ini. “Sayang, alam tercipta dari ide yang maha dahsyat!” kata Olivia “Dan ide itu berkeliaran dimana-mana,” kataku. “Betul sekali, Yang. Orang-orang sibuk mencari ide, lalu mengatakan, ‘Sulit mendapatkan dan mengembangkan ide’.” “Biarkan saja mereka begitu. Bagiku obrolan ini pun tengah memunculkan ide sendiri.” “Apa itu, Say?” “Obrolan ide, Yang.” “Apa itu ide? Sederhana banget.” “Nah, itulah mengapa orang tak mampu mendapat dan mengembangan ide, salah satunya menutup pikiran mereka sendiri.” Olivia tak berhasil menangkap ide. Padahal ia yang memulai dalam pembahasan ide. Aku hanya tertawa kecil melihatnya tersipu malu akibat tak bisa menangkap ide. “Ide ibarat udara, hirup sajalah semaumu,” kataku sembari mencium rambutnya. Bisakah Mas keluar dari masalah Mas sendiri dengan ide Mas? Hirup sajalah udara, maka Mas akan mendapatkan solusi.” Lalu Olivia tersenyum tipis ke arah mukaku. “Kau menantangku, Cantik. Aku sakit bila jauh darimu dan menyakitimu bila terus mendekati sampai sedekat pelukan.” “Tapi Mas sangat pemberani. Mengatakan kelemahan Mas di awal perkenalan.” Memang aku sengaja mengatakan hal yang sangat pribadi ke seorang yang aku cintai. Baru kali ini aku mengatakan hal yang sebenarnya tentang keadaanku. Memang aku baru pertama mendekati seorang wanita yang aku cintai. Dan aku katakan keadaan yang sebenarnya pada Olivia biar sejak awal ia menolakku atau menerimaku apa adanya. “Aku berani bicara pun saat kau jelaskan tentang lelaki yang hampir mirip dengan keadaanku.” “Dan aku menerima hadir lelaki itu sembari berusaha menyembuhkan ketidakberdayaannya. Dengan begitu, aku pun menerima hadir Mas.” “Begitulah” kataku sembari sedikit melenguh. KARYA SASTRA CERPEN "MENGHIRUP UDARA" BERSAMBUNG DI SINI |
Last edited by elbuyz; 31st October 2013 at 12:49.. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer