Harga Minyak Mentah Dunia Capai Posisi Terbaik Dua Pekan
Spoiler
TOKYO - Harga minyak dunia memperpanjang tren kenaikan untuk mencapai posisi terbaik dalam hampir dua pekan di perdagangan awal pekan, Senin (19/2/2018). Raihan positif harga minyak didukung oleh pasar saham Asia yang bergabung dengan pemulihan global di pasar ekuitas serta mencuatnya kekhawatiran akan ketegangan di Timur Tengah.
Seperti dilansir Reuters, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada akhir pekan kemarin bahwa Israel akan bertindak untuk melawan Iran, setelah insiden perbatasan di Suriah. Di sisi lain tercatat harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 74 sen atau 1,2% menjadi USD62,42 per barel pada pukul 0217 GMT.
Sebelumnya minyak AS sempat menyentuh level tertinggi sejak 7 Februari. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent juga mengalami lonjakan mencapai sebesar 46 sen atau setara dengan 0,7% menjadi USD65,30, setelah naik lebih dari 3% pekan lalu. "Momentum kenaikan terjadi sejak WTI mencapai titik terendah minggu lalu sebesar USD58 terus berlanjut," kata CEO Emori Capital Management Tetsu Emori di Tokyo.
Ia menambahkan minyak dunia mendapatkan sedikit dukungan dari kenaikan di pasar ekuitas Asia, namun mendapat tekanan dari kenaikan jumlah rig AS dan sedikit pemulihan dalam dolar Amerika Serikat (USD). Perdagangan diperkirakan akan sedikit melambat dari biasanya seiring liburnya pasar sagam di Amerika Serikat, China dan India.
Jumlah rig minyak A.S., sebuah indikator produksi masa depan, naik menjadi 798 atau tertinggi sejak April 2015, menurut laporan mingguan dari unit Baker Hughes General Electric. Hal ini menandai untuk pertama kalinya sejak Juni bahwa pengebor menambahkan rig selama empat minggu beruntun dan angka tersebut membaik dengan 597 rig yang aktif.
Seperti diketahui produksi minyak mentah Amerika Serikat sendiri telah melemahkan upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa produsen lainnya termasuk Rusia untuk mengekang produksi sebesar 1,8 juta barel per hari (bpd) sampai akhir 2018.
Emas pada perdagangan hari kemarin masih bergerak dalam volume transaksi yang tidak terlalu besar, pergerakan cenderung flat dan masih berkisar dalam pergerakan H1, dalam fase ekuilibrium ini banyak trader yang menunggu breakout, ane juga menunggu dengan trading menggunakan akun mikro broker firewoodfx
Reseller produk pakaian anak brand Ammar Kids.
WA 085780124424
Harga Minyak Mentah Dunia Mixed Saat Pasokan Kanada Terganggu
Spoiler
SINGAPURA - Pasar minyak terbelah dengan minyak mentah Amerika Serikat (AS) didorong penurunan arus produksi dari Kanada saat harga Brent yang menjadi patokan internasional sedikit mereda. Tercatat harga minyak berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada level USD62,16 per barel atau naik 48 sen yang setara dengan 0,8% dari sesi terakhir.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (20/2/2018) para pelaku pasar menerangkan penyebab WTI lebih tinggi, lantaran berkurangnya pasokan dari jalur pipa Keystone Kanada. Dimana telah beroperasi dengan kapasitas lebih tendah sejak akhir tahun lalu akibat kebocoran, untuk memotong pasokan Kanada ke Amerika Serikat.
Di luar Amerika Utara, minyak mentah Brent turun saat bursa utama Asia terbebani dan dolar masih berada dalam tren penguatan. Hal tersebut berpotensi menghambat permintaan, lantaran membuat bahan bakar menjadi lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain di dalam negeri.
Harga minyak mentah Brent berada di level USD65,23 per barel atau mengalami penurunan mencapai sebesar 44 sen atau 0,7% dibandingkan sesi penutupan terakhir. Meski demikian pasar minyak dunia tetap mendapatkan dukungan dari upaya pembatasan pasokan yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) yang dimulai sejak tahun lalu dalam upaya menjaga kestabilan pasokan global.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan pada awal pekan kemarin, bahwa organisasi mencatat 133% kepatuhan terhadap target pengurangan produksi yang disepakati pada bulan Januari. Lebih lanjut Barkindo menerangkan kepatuhan tahun lalu hanya mencapai 107%.
Sementara permintaan minyak global untuk tahun 2018 diperkirakan tumbuh 1,6 juta barel per hari. "OPEC dan Rusia terus mendukung pemotongan produksi yang akan berakhir pada akhir tahun ini, dan mereka memastikan pasar bahwa akan ada peningkatan produksi yang tertata begitu pemotongan berangkir," kata Analis Investasi William O'Loughlin di Rivkin Securities Australia.
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Rabu (21/2/2018) dibuka variatif yang cenderung mencoba pulih. Pergerakan mendatar mata uang Garuda untuk mengiringi USD yang menjaga tren penguatan.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini ini dibuka pada level Rp13.582/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah masih tak berdaya di zona merah dibandingkan posisi perdagangan sebelumnya Rp13.573/USD.
Posisi rupiah menurut data Bloomberg, pada sesi pembukaan berada di level Rp13.578/USD atau sedikit membaik dibandingkan posisi akhir perdagangan kemarin Rp13.613/USD. Pagi ini tercatat rupiah bergerak pada kisaran harian Rp13.573-Rp13.593/USD.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah di awal perdagangan naik tipis ke posisi Rp13.610/USD atau lebih baik dari posisi penutupan sebelumnya Rp13.613/USD. Pergerakan harian rupiah ada di level Rp13.568-Rp13.610/USD.
Menurut data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah pagi terlihat meleset menuju level Rp13.573/USD. Posisi tersebut menunjukkan rupiah semakin perkasa dibandingkan kemarin yang berakhir pada level Rp13.613/USD.
Di sisi lain seperti dilansir Reuters hari ini, dolar menguat setelah sempat terjungkal seiring fokus investor kepada The Fed. USD terus menjaga tren penguatan terhadap beberapa mata uang utama, setelah bangkit dari posisi terendah tiga tahun.
Indeks USD bertahan di level 89.686 atau bertambah 1,6% dari posisi terendah tiga tahun di hari Jumat yang bertengger pada level 88.251. Terhadap yen, greenback naik tipis sebesar 0,1% menjadi 107,41 setelah menjauh dari level terburuk 15 bulan di 105,545 pada akhir pekan kemarin.
Terhadap yen, dolar mungkin akan berkonsolidasi setelah aksi jual baru-baru ini dan mungkin memiliki beberapa ruang untuk kembali lebih tinggi dalam waktu dekat, seperti disampaikan analis keuangan Horchani. Sementara euro bertahan stabil di posisi 1,2340 saat melawan mata uang Negeri Paman Sam setelah mundur dari level tertinggi tiga tahun di 1,2556.
Rupiah Diperkirakan Menyusut Saat USD Terus Melaju
Spoiler
JAKARTA - Pergerakan rupiah kali ini kembali berada di bawah target support Rp13.615/USD yang mengindikasikan masih besarnya tekanan jual terhadap rupiah. Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada memperkirakan, kondisi ini disebabkan pergerakan dolar Amerika Serikat (USD) yang kembali terapresiasi seiring meningkatnya imbal hasil obligasi AS.
"Diperkirakan laju rupiah masih berpotensi melanjutkan pelemahannya seiring belum adanya sentimen positif maupun perlawanan untuk menahan pelemahan rupiah lebih lanjut," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/2/2018).
Diperkirakan Reza, rupiah akan bergerak dengan kisaran di level support Rp13.625/USD dan resisten Rp13.605/USD. Sementara, pergerakan rupiah kemarin tampaknya tidak kunjung membaik di tengah masih minimnya sentimen positif dari dalam negeri.
Adanya pernyataan positif dari Gubernur BI Agus Martowardojo terkait kebijakan makroprudensial yang di tahun ini akan menjadi tumpuan untuk memulihkan penyaluran kredit perbankan yang dalam beberapa periode terus melemah di bawah 10%, tampaknya kurang cukup kuat mengangkat rupiah.
"Bahkan tambahan pernyataan positif dari Kemenkeu, di mana APBN di bulan Januari 2018 menunjukan perbaikan, juga tidak cukup memberikan imbas positif pada rupiah. Masih adanya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed membuat laju USD kembali terapresiasi dibandingkan mata uang lainnya," pungkasnya.
Stok AS Berkurang, Harga Minyak Dunia Malah Menyusut
Spoiler
SINGAPURA - Harga minyak dunia turun pada perdagangan hari ini menjelang akhir pekan, justru ketika persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) mulai berkurang. Kejatuhan minyak mentah dunia lebih disebabkan oleh kokohnya USD untuk memperpanjang tren penguatan.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (22/2/2018) harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di level USD61,12 per barel pada pukul 01.02 GMT atau turun 56 sen yang setara 0,9% dari sesi perdagangan terakhir. Sedangkan kontrak minyak mentah berjangka Brent juga menyusut 50 sen atau 0,8% dari penutupan terakhir menjadi USD64,92 per barel.
Dolar naik ke posisi puncak lebih dari satu minggu terhadap beberapa mata uang utama lainnya. Indeks USD memperpanjang pemulihannya dari pekan lalu, karena risalah rapat Federal Reserve pada bulan Januari menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan percaya diri akan perlu mempertahankan tingkat suku bunga.
"Dolar menguat terus untuk menggagalkan sentimen investor meski data persediaan bullish," kata Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di pialang berjangka OANDA.
Lantaran perdagangan minyak dilakukan dengan menggunakan mata uang dolar, kenaikan greenback membuat impor bahan bakar untuk negara-negara yang menggunakan mata uang lain di dalam negeri menjadi lebih mahal, yang berpotensi membatasi permintaan. Sementara di luar perkiraan saat USD menanjak, penurunan justru terjadi pada persediaan minyak mentah A.S.
American Petroleum Institute pada hari Rabu, melaporkan penurunan persediaan minyak mentah AS yang tidak terduga sebesar 907.000 barel menjadi 420,3 juta barel. "Perbaikan infrastruktur yakni pipa ke pantai Teluk dan penurunan pasokan melalui pipa Keystone Trans Canada, menyeret kejatuhan persediaan," papar Innes.