Memulai belajar bernyanyi sejak usia 3 tahun, membuat Andini Aisyah Hariadi, atau yang kerap disapa Andien, menghasilkan kualitas suara yang mengagumkan. Keseriusannya menjadi seorang penyanyi juga sudah terlihat sejak dirinya duduk di bangku sekolah dasar, dengan mengikuti berbagai festival nyanyi, di lingkup tempat tinggalnya, di kawasan Cilandak Jakarta Selatan. Salah satu anak asuh almarhum Elfa Secioria ini, adalah satu dari sekian banyak penyanyi yang berkiblat pada musik jazz, ketika muncul di permukaan dunia tarik suara profesional. Musik jazz sendiri telah melewati sejarah yang cukup panjang. Berawal dari New Orleans, jazz teah menjadi sebuah industri musik yang mapan, dan memiliki penggemar yang fanatik. Di Indonesia sendiri, opini tentang musik jazz ini kebanyakan mengarah kepada musik jazz adalah musik yang berat, musiknya kaum elite dan mapan. Apalagi, saat ini musik kita bisa dibilang masih didominasi oleh musik Melayu, yang dalam beberapa tahun terakhir seolah menjadi mainstream bagi musisi-musisi terutama band-band yang bermunculan.
Dalam sebuah kesempatan, KapanLagi.com berhasil mengajak Andien untuk berbincang-bincang mengenai seperti apa Andien melihat dan menyajikan musik yang berkualitas kepada para pecinta musik, tanpa harus mengesampingkan sisi idealis yang memang sangat kental dengan jalur musik jazz, yang telah ditekuninya selama kurang lebih 11 tahun. Saat ditemui KapanLagi.com beberapa waktu lalu, Andien tengah dalam persiapan tampil di sebuah mini konser yang diselenggarakan oleh almamaternya, dan di sela-sela waktu kosong, Andien dengan senang ia menyempatkan diri untuk meladeni pertanyaan-pertanyaan dari kami, dan dengan semangat ia menjawab dengan antusias. Sepertinya Andien menyukai topik ini. Raut wajahnya terlihat sangat serius ketika membahas soal musik. Namun sepertinya ia merasa terusik dengan pertanyaan terakhir yang terlontar, yang terlihat dari wajahnya yang tiba-tiba berubah.
Berikut petikan wawancara dengan Andien, yang ditemui di Al Izhar Pondok Labu, beberapa waktu lalu.
Lagi sibuk apa?
Kemarin aku baru menyelesaikan Java Jazz, sekarang lagi banyak nyanyi-nyanyi, makanya agak kesulitan juga nyari waktu luang, off air banyak, on air juga banyak.
Kalau bicara musik, Melayu masih dominan saat ini, apa pendapat kamu?
Aku sih melihatnya nggak mutlak seperti itu. Menurut aku musik memang makin beragam, jadi kalau orang yang melihat musik Melayu total, ya dia berarti hanya melihat dari satu sisi aja. Yang jelas, perkembangan tekhnologi yang semakin maju juga membuat musik juga jadi tambah mudah, terus medianya juga banyak. Sarana dan prasarana juga semakin banyak, sebagai wadah untuk bermusik. Jadi menurut aku semua musik bebas berekspresi kok.
Sebagai penyanyi aliran jazz, setuju nggak kalau jazz disebut musik yang egois?
Wah, gimana ya,menurut aku balik lagi sih tergantung individunya. Tapi memang harus berangkat dari niat si musisi untuk terjun ke dunia musik tuh apa tujuannya. Bisa dibilang kalau jazz kan minoritas ya, dan kebanyakan memang musisi jazz mau memainkan musik jazz, memang karena mereka suka, sementara kalau contohnya musik pop yang berasal dari kata populer, mereka sudah pasti ketika terjun ke industri, tujuannya adalah memanjakan kuping pendengar, namanya juga pop. Melayu juga kalo pure, siapa yang mau denger hari gini? Makanya digabungin sama pop, jadi pop Melayu. Jazz pun begitu, contohnya kayak lagu-lagunya Incognito juga pasti memperhitungkan selera pendengar. Tapi memang kalau jazz yang kontemporer, biasanya memang ingin mengeluarkan ego mereka ke dalam musik.
Kalau di album kamu sendiri gimana musiknya?
Kalau aku dari dulu prinsipnya Yin dan Yang. Di dalam album aku tuh selalu ada lagu yang untuk jualan, tapi ada juga lagu yang idealis banget. Dan lagu yang untuk jualan pun, aku sendiri masih tetep bertanggung jawab terhadap aku sendiri, nggak mungkin juga aku nyanyiin lagu jualan yang aku nggak suka, karena aku nggak akan pernah maksain diri.
Melihatnya bagaimana antara lagu untuk jualan dan lagu yang idealis?
Sebenarnya hal itu kita nggak akan pernah tau. Jadi dari sekian banyak lagu yang udah aku produce di dalam album aku, pastinya nanti recording company aku yang akan milih sendiri mana yang paling komersil. Karena selera kan juga bergantung pada apa yang kita denger setiap hari. Kadang kalau dengerin jazz tiap hari, akhirnya lagu yang sebenarnya sulit, bisa dibilang terlalu jualan. Makanya memang itu biasanya dinilai sama recording label, yang memang kupingnya fleksibel untuk semua lagu yang sedang hits.
Andien
Kamu pribadi, mambuka diri nggak dengan semua musik?
Aku sangat membuka diri, karena selain solo karir, aku juga punya grup musik yang idealis namanya Chamber Jazz, sama Iwan Hasan, Merry Kasiman, dan Enggar Widodo. Di situ aku eksplor banget sama tim aku, dan Chamber Jazz ini aku punya musik sendiri juga yang beda banget deh. Aku juga baru bikin duet sama Pasha Ungu, kolaborasi dengan musik pop. Tapi aku juga di lagu itu nyanyinya dengan gaya aku sendiri, dan aku memang seneng banget bikin kolaborasi-kolaborasi, dan aku suka banget nyanyiin lagu-lagu klasik.
Sebagai penyanyi, tentunya kamu punya prediksi terhadap industri musik kita. Gimana?
Menurut aku membahagiakan banget ya untuk saat ini, karena aku melihatnya sekarang semua orang sepertinya sudah sangat open ya, apalagi terhadap musik jazz, dengan adanya banyak festival-festival musik yang diadakan, baik festival besar maupun yang kecil di daerah-daerah, itu kan bukti bahwa memang orang masih concern terhadap skill dan kualitas musik yang ada. Dan bagusnya lagi sekarang juga banyak terjadi kolaborasi-kolaborasi antara jazz dengan RnB, Hiphop, bahkan tradisonal.
Menurut kamu, bagaimana cara yang aman agar bisa stabil di industri musik Indonesia?
Satu-satunya cara yang paling aman adalah dengan benar-benar mencintai musik itu sepenuh hati menurut aku. Kita nggak boleh terlalu egois dengan mengikuti maunya kita, tapi kita juga nggak boleh terlalu mengikuti maunya pendengar, dan yang jelas sebenarnya dengan kita benar-benar cinta terhadap musik, kita tahu kok harus menentukan langkah kemana. Aku aja berpikir dengan 11 tahun aku bernyanyi, ternyata memang nggak mudah untuk bisa bertahan. Kebanyakan penyanyi-penyanyi yang mengawali karir bareng sama aku, udah nggak tau menghilang kemana. Ini karena aku selalu sincere sama musik aku, terus setiap nyanyi juga selalu sincere, bukan terserah penonton atau pendengar suka apa nggak, terserah mereka. Karena, kalo ngikutin penonton nggak akan ada habisnya, karena mereka selalu berubah terus. Tapi kalo kita juga terlalu kaku, jadinya akan ditolak. Jangankan penonton yang nolak, industri rekaman pun dijamin nggak akan ada yang mau kerjasama. Jadi harus fleksibel, sincere, dan cinta banget terhadap musik.
Untuk ke depannya, ada planning apa?
Aku sih belum terlalu banyak planning mau ngapain ya. Tapi aku masih kepikiran pengen banget untuk konser, tour dan segala macamnya. Cuma belum tahu kapan.
Lalu, sudah ada rencana menikah?
Aaahh, belum tau ah, aku nggak mau ngebahas yang begituan, enakan ngomongin musik. Ya, nanti aja kalau sudah waktunya.