|
|
4th December 2009, 02:18
|
|
Banned
Join Date: Sep 2008
Location: ALEXIS lantai 7
Posts: 14,494
|
kulkas gue kosong....
pffffft
kekeke
|
|
|
4th December 2009, 10:39
|
|
Medal Winner
Join Date: Oct 2007
Location: tempat yg nyaman
dan aman banyak
makanan
Posts: 18,474
|
di jakarta sering terjadi banjir karena daerah resapan airnya beralih fungsi jd gedung bertingkat..
klo menurut gw sih kita yg tinggal di jakarta khususnya (yg cepet bener kena banjir klo ujan seharian ) mulai mencegah datangnya banjir dari lingkungan kita sendiri..ya mungkin bisa membersihkan saluran air, membersihkan kali2, dan jangan buang sampah di kali.
kata aki cumi kan "Sampah" sering dijadikan kambing hitam, setuju ga setuju klo air dari hulu sudah sampai di jakarta "sampah" sedikit banyak juga menjadi penyebab banjir di jakarta.
Liat deh di kali2 banyak banget sampah2 yg menghambat aliran air..jadi klo hujan deras kali2 itu cepet penuhnya ga dan jalannya air juga udh ga lancar makanya sampe luber(bahasa gw luber) kejalan2 masuk kerumah2
gitu aja sih pendapat gw...maaf deh klo kata2nya bikin binun namanya juga yellow
|
|
Hidup ini indah bila engkau selalu ada disisiku setiap waktu
|
4th December 2009, 10:48
|
|
Medal Winner
Join Date: Apr 2008
Location: ./
Posts: 27,110
|
selain biopori... ada tehnik lain yaitu sumur resapan
Quote:
SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH
PADA KAWASAN PERUMAHAN
Oleh:
Rachmat Mulyana
E-mail : rachmatm2003@yahoo.com
Banjir dan menurunnya permukaan air tanah banyak terjadi dibeberapa kawasan perumahan. Hal tersebut menjadi rutinitas yang terjadi setiap tahun pada musim hujan dan musim kemarau, yang menyebabkan kerugian material antara Rp. 3 juta sampai dengan 6 juta per rumah dan berdampak menurunnya harga rumah secara dratis. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan sumur resapan air atau pembangunan pompa pengendali banjir.
I. Pendahuluan
Saat ini cukup sulit rasanya menemukan kawasan perumahan, khususnya perumahan menengah ke bawah yang tidak hanya "berlabel bebas banjir" tapi benar-benar bebas dari banjir. Banjir yang semula musibah berubah menjadi hal yang biasa, karena kerapkali terjadi dan bahkan menjadi rutinitas yang terjadi setiap musim hujan pada suatu kawasan perumahan, seperti yang dialami beberapa kawasan perumahan di daerah Tangerang, Jakarta, dan Bekasi . Di Tangerang beberapa kawasan perumahan terendam air antara satu hingga tiga meter, Jakarta dan Bekasi banjir berkisar antara 20 cm sampai satu meter.
Penghuni kawasan perumahan yang dilanda banjir nampak pasrah menerima musibah ini, mereka kesulitan untuk pindah ke lokasi lain karena harga jual rumah turun drastis bahkan tidak ada yang berminat untuk membelinya, seperti di Perumahan Total Persada Tangerang harga rumah tipe 21 luas tanah 60 m2 yang telah direnovasi dengan biaya Rp. 25 juta akan dijual dengan harga yang sangat murah (Rp.10 juta) tidak ada yang berminat membelinya. Keadaan ini membuat mereka, banjir merupakan hal biasa dan mereka telah siap menerima kedatangannya setiap tahun.
Kawasan perumahan yang tergolong menengah ke bawah atau berlokasi dipinggiran kota, yang rata-rata masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih (tidak ada PDAM) biasanya tidak hanya dilanda banjir pada musim hujan tetapi juga dilanda kekeringan atau menurunnya permukaan air tanah dimusim kemarau.
Salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan perumahan adalah proses alih fungsi lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan ke perumahan akan dapat menimbullkan dampak negatif, apabila tidak diikuti oleh upaya-upaya menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan. Disisi lain dipicu oleh pengembangan fisik bangunan rumah yang terlalu pesat ke arah horisontal yang menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan memperbesar volume aliran air permukaan.
Solusi guna mengatasi banjir dan menurunnnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan dapat dilakukan dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh pihak pengembang perumahan (kontraktor/developer) dengan mengalokasikan lahan untuk pembuatan konstruksi sumur resapan air atau pompa pengendali banjir.
Tulisan ini merupakan sintesa dari berbagai kejadian banjir yang melanda kawasan perumahan dan pengetahuan tentang konstruksi sumur resapan air yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan harapan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pengembang perumahan dan Intansi yang terkait dalam mewujudkan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan.
II. Faktor Penyebab Banjir dan Menurunnya Permukaan Air Tanah
Berbagai aktivitas manusia dan derap pembangunan yang berkembang pesat akan mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan hutan menjadi lahan untuk perumahan, akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat peresapan air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan menurunnya permukaan air tanah.
Terjadinya banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1. Pengembangan rumah yang melewati batas Garis Sempadan Bangunan (GSB).
2. Sistem drainase yang tidak terencana dengan baik
3. Masih kurangnya kesadaran para penghuni kawasan permukiman terhadap pengelolaan sampah.
Pengembangan rumah merupakan suatu kebutuhan dari setiap penghuni kawasan perumahan sejalan penambahan jumlah anggota keluarga atau untuk kebutuhan lain. Proses pengembangan rumah-rumah pada suatu kawasan perumahan biasanya berkisar antara 5 sampai 15 tahun atau dapat lebih cepat tergantung dari lokasi perumahan dan fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang dimiliki perumahan tersebut. Pengembangan rumah atau penambahan jumlah ruangan terjadi dihampir semua lokasi perumahan, rumah-rumah dikembangkan kearah horisontal dengan pertimbangan biaya konstruksi akan lebih murah jika dibandingkan dengan pengembangan kearah vertikal. Hal ini berakibat garis sempadan bangunan antara 3 – 4 m dari tepi jalan (Saragih, 1997) yang semula diperlukan untuk area resapan air dan penghijauan atau taman menjadi tidak ada atau berubah menjadi kedap air, sehingga pada waktu musim hujan volume aliran air permukaan menjadi besar dan volume air yang meresap ke dalam tanah menjadi sangat sedikit, yang mengakibatkan genangan-genangan air bahkan banjir dan berkurangnya persediaan air tanah pada lokasi perumahan.
Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan jumlah volume air permukaan yang berasal dari rumah-rumah per-blok dengan kondisi rumah yang standar (rumah belum dikembangkan). Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumah-rumah, yang berakibat terjadinya genangan-genangan air bahkan banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya.
Pengelolaan sampah di kawasan perumahan biasanya dilakukan ada yang bekerjasama dengan dinas kebersihan Pemerintah Kota (Pemko) atau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan ada yang dikelola secara swadaya masyarakat. Pengelolaan secara swadaya masyarakat sering menimbulkan masalah karena menyangkut kesadaran dan partisipasi dari masing-masing individu. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan penyebab awal terjadinya penyempitan saluran drainase tidak dapat berfungsinya saluran drainase secara optimal, yang berakibat meluapnya air dan berubah menjadi genangan-genangan bahkan banjir.
III. Solusi Mengatasi Banjir dan Menurunnya Permukaan Air Tanah
Banjir dan menurunnya permukaan air tanah yang melanda beberapa kawasan perumahan telah berlangsung cukup lama dan bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan atau membangun pompa pengendali banjir.
3.1. Penerapan Konstruksi Sumur Resapan Air
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan : a) pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar, b) tidak memerlukan lahan yang luas, dan c) bentuk konstruksi SRA sederhana.
Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah (Dephut,1994). Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain : (1) mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, (3) mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, (4) mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (Dephut, 1995).
Gambar 1. Sumur Resapan Air Pada Pekarangan Rumah
Sumur resapan air ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi genangan air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah setempat dan melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang (Pasaribu, 1999). Oleh karena itu pembuatan sumur resapan perlu digalakkan terutama pada setiap pembangunan rumah tinggal.
a. Bentuk Dan Ukuran Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA)
Bentuk dan ukuran konstruksi SRA sesuai dengan SNI No. 03-2459-1991 yang dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil adalah berbentuk segi empat atau silinder dengan ukuran minimal diameter 0,8 meter dan maksimum 1,4 meter dengan kedalaman disesuaikan dengan tipe konstruksi SRA. Pemilihan bahan bangunan yang dipakai tergantung dari fungsinya, seperti plat beton bertulang tebal 10 cm dengan campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl untuk penutup sumur dan dinding bata merah dengan campuran spesi 1 Pc : 5 Psr tidak diplester, tebal ½ bata (Gambar 2).
DiISI PENUH
BATU KOSONG
CALTERNATIF PUING
BATA MERAH
sumber greenteam
|
emang seh sumur resapan bukan solusi terbaik.. tapi paling tidak kita bisa mengambil dua sisi baik sekaligus... yaitu menambah cadangan air tanah dan ikut menyumbang sedikit [walaupun hanya sekian persen] untuk mengurangi dampak dari bencana banjir
|
|
sumbangin dong kebutuhan apliaksi perkantoran anda di sini
|
4th December 2009, 10:54
|
|
Medal Winner
Join Date: Apr 2008
Location: ./
Posts: 27,110
|
resapan masif[situ] dan sumur injeksi...
menurut peneliti di lipi sumur resapan kurang efektif untuk mengatasi banjir...
tapi mungkin sumur resapan itu bisa mulai di kembagkan pada daerah2 yg belum sepadat jakarta dan kalau sebuah daerah mempunyai situ... hendak lah situ2 tersebut di jaga dan di rawat dengan karena fungsinya hampir sama dengan sumur resapan... namun situ lebih berskala besar...
Quote:
MENGATASI BANJIR : SUMUR RESAPAN TETAP DINILAI KURANG EFISIEN
Pembuatan sumur resapan sebagai jalan keluar untuk membebaskan Jakarta dari ancaman banjir di masa mendatang tetap kurang efisien. Kalaupun sumur resapan dibuat, diperkirakan tetap tidak mampu menampung limpasan air hujan yang diduga bakal terus meningkat akibat dampak pemanasan global.
Kondisi demikian disebabkan oleh porositas atau daya serap tanah Jakarta kurang memadai dan curah hujan pada masa puncak sangat tinggi, urai Wahjoe S Hantoro, peneliti utama Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Senin (19/2).
“Sejarah tanah Jakarta terbentuk dari delta 13 sungai yang ada hingga kini. Kondisi tanahnya berdaya serap rendah. Karena itu, hujan satu hari saja tanah di Jakarta sudah jenuh dan sulit meresapkan air ke dalam tanah lagi. Karena itu, saat curah hujan tinggi, adanya sumur resapan yang tidak terlalu dalam akan kurang efisien,” ujarnya.
Badan Meteorologi dan Geofisika mencatat, saat banjir 29 Januari-3 Februari 2007, ketinggian curah hujan 7.065 milimeter. Ini diasumsikan menggenangi areal 706,5 kilometer persegi setinggi satu meter (Kompas, 6/2).
Resapan Masif
Oleh karena itu, selain sumur resapan, tetap dibutuhkan resapan yang masif berupa situ-situ. Jika resapan masif itu menggunakan tandon air bawah tanah (deep tunnel) yang tertutup, suatu waktu pada musim kemarau air bisa dipanen,” kata Wahjoe.
Langkah yang juga efektif adalah membuat sumur injeksi hingga ke lapisan akuifer pada kedalaman 100 meter. Untuk tujuan konservasi dan mengatasi krisis air permukaan cekungan air tanah di kedalaman itu disuntikkan air bersih melalui sumur injeksi.
Sementara itu di sela pertemuan dengan Duta-duta Lingkungan, Minggu (18/2) malam, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengingatkan agar pengelolaan sumber daya air ditangani secara integral. Masyarakat harus menerapkan manajemen air hujan, termasuk dengan sumur resapan.
Ia berharap upaya ini bersambut di daerah dalam bentuk peraturan daerah yang mewajibkan pemohon izin mendirikan bangunan membuat sumur resapan di halamannya. (NAW/NAR)
Sumber : Kompas (20 Februari 2007)
sumber lipi
|
|
|
sumbangin dong kebutuhan apliaksi perkantoran anda di sini
|
4th December 2009, 11:02
|
|
Medal Winner
Join Date: Apr 2008
Location: ./
Posts: 27,110
|
mungkin agak basi bagi jakarta.. tapi mungkin berguna bagi daerah lain :D
bagian satu
Quote:
Pengembangan Teknologi Dam Parit untuk Penanggulangan Banjir dan Kekeringan
Tahun Penelitian 2005
Banjir dan kekeringan disebabkan oleh faktor distribusi curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Walaupun jumlah curah hujan relatif tetap namun mengalami penurunan periode distribusinya. Periode musim kemarau meningkat durasinya, sementara musim hujan terjadi dalam periode singkat, sehingga curah hujan hanya sebagian kecil saja yang dapat ditampung oleh tanah melalui infiltrasi dan intersepsi sebagai cadangan air dan sebagian besar ditransfer menjadi aliran permukaan.
Keadaan ini akan menimbulkan dampak kekeringan di musim kemarau, sedangkan di musim hujan terjadi erosi dan banjir dengan besaran yang terus meningkat. Pengembangan teknologi dam parit dirancang untuk memanen hujan dan aliran permukaan dari daerah tangkapan air kemudian sebagian dialirkan ke areal pertanian (target irigasi). Dam parit yang dibangun pada alur sungai dapat menambah kapasitas tampung sungai, memperlambat laju aliran, meresapkan air ke dalam tanah (recharging). Teknologi ini dianggap efektif karena secara teknis dapat menampung volume air dalam jumlah relatif besar dan mengairi areal yang relatif luas karena dapat dibangun berseri (cascade series). Penelitian sebelumnya tentang pengembangan dam parit di kawasan Sub DAS Ciliwung (Jawa Barat), Sub DAS Kali Garang (Jawa Tengah), dan Sub DAS Opak-Oyo (DIY) secara nyata mampu mengurangi debit puncak dan waktu respon di musim hujan, meningkatkan luas areal serapan dan peningkatan cadangan air tanah serta aliran dasar sungai untuk peningkatan pengembangan pertanian. Untuk keperluan tersebut penelitian ‘Pengembangan Teknologi Dam Parit untuk Penanggulangan Banjir dan Kekeringan’ perlu dilakukan pada berbagai lokasi dengan kondisi yang berbeda agar dapat diketahui keunggulan manfaat teknologi dam parit dalam peningkatan produktivitas lahan dan pengendalian banjir pada berbagai karakteristik DAS.
Pada tahun 2005 penelitian dilaksanakan di kawasan Sub DAS Cipamingkis, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, dan Sub DAS Ciangsana, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Informasi karakteristik DAS (topografi, tanah, penggunaan lahan, curah hujan, penguapan, jaringan hidrologi dsb.) digunakan sebagai dasar dalam menentukan potensi air permukaan yang dapat dipanen. Informasi tentang penggunaan lahan dan pola tanam untuk menentukan jumlah kebutuhan air melalui analisis kebutuhan air tanaman (neraca air) dan pembuatan jaringan irigasinya. Metodologi penelitian disusun seperti berikut: (1) Karakterisasi wilayah untuk menentukan lereng dan bentuk wilayah daerah peneitian. Dengan mengetahui keadaan topografinya dapat diketahui batas DAS (daerah tangkapan air dan target irigasi) serta jaringan hidrologi, (2) Karakterisasi tanah dilakukan dengan pengamatan morfologi tanah dilapang dan analisis sifat fisika tanah di boratorium, (3) Penggunaan lahan (luas, jenis dan sebaran penggunaan lahan) dan pola tanam dilakukan melalui pengamatan lapang dan wawancara dengan petani, (4) Analisis kebutuhan air dilakukan dengan metode analisis neraca air tanaman di daerah target irigasi, (5) Penentuan Jumlah, Posisi, dan dimensi Dam Parit ditentukan dengan memperhitungkan potensi air yang dapat dipanen, bentuk dan posisi badan jalur sungai serta kebutuhan air untuk tanaman, (5) Pembangunan Dam Parit dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia (batu, pasir, tanah) dan sumberdaya manusia yang ada di daerah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor memiliki bentuk wilayah melandai 8-15%, sebagian lainnya pada tebing sungai mempunyai lereng yang terjal (15-30%), sedangkan daerah penelitian di desa Sukamulya, kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut merupakan wilayah berbukit, lereng dominan 15 – 30% sebagian lainnya dengan lereng 30-45% terdapat di bagian lereng bukit sedangkan tebing bukit batu dengan lereng > 45% terdapat di lereng bukit Angsana.
Tanah di daerah Sukamakmur mempunyai solum sedang, warna coklat kekuningan, tekstur lempung berliat sampai liat, sudah mengalami perkembangan struktur, reaksi tanah masam. Sebagian lainnya mempunyai solum sedang, warna coklat kekuningan, tekstur liat, lapisan bawah terdapat bidang kilir pada permukaan stuktur, reaksi tanah agak masam, termasuk dalam subgroup Typic Dystrudepts dan Vertic Dystrudepts (Soil Taxonomy, USDA, 1998). Sedangkan tanah di wilayah sub DAS Ciangsana, Garut, berkembang dari bahan induk batuan volkan bersusun andesitis, berdasarkan karakteristiknya dapat dibedakan ke dalam 3 subgroup tanah. Bukit batu lereng > 30% menempati wilayah sebelah kanan termasuk Rock Oute. Tanah dengan lereng agak terjal 15-30 % penggunaan lahan kebun campuran, solum tanah sedang, tekstur lempung liat berpasir (Typic Dystrudepts). Tanah ini mempunyai infiltrasi sedang, permeabilitas sedang, tidak mudah longsor. Sedangkan lainnya tanah dengan lereng melandai, berteras, sawah, solum sedang drainase agak terhambat ( Aquic Dystrudepts).
Penggunaan lahan di daerah target irigasi Sub DAS Cipamingkis, Bogor berupa kebun campuran dengan kombinasi berbagai jenis tanaman keras dan tanaman semusim, sedangkan di daerah target irigasi Sub DAS Ciangsana, Garut berupa sawah; kebun campuran yang terdiri dari jenis tanaman pohon (mahoni, rambutan, kelapa, dan tanaman kayu lainnya) dan dibawahnya ditanami tanaman semusim seperti ubikayu, jagung, ubi rambat, dan jahe gajah; dan pemukiman.
Di daerah penelitian Sub DAS Cipamingkis, Bogor diketahui luas daerah tangkapan air (DTA) adalah seluas 2,121 ha dengan jumlah curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2794.9 mm, potensi air yang dapat dipanen dari curah hujan adalah sebesar 31,330.83 m3. Sedangkan sub DAS Ciangsana, Pakenjeng, Garut mempunyai DTA seluas 15,4 ha, jumlah curah hujan tahunan 2. 583 mm, potensi air yang dapat dipanen sebesar 400.378 m3/tahun. Berdasarkan kondisi lingkungan (topografi, bentuk jalur sungai dan debit air), telah dibangun dam parit dengan kapasitas 144 m di sub DAS Cipamingkis kecamatan Sukamakmur, dan 124 m di sub DAS Ciangsana, kecamatan Pakenjeng.
Pengaruh pembangunan dam parit dalam mengurangi resiko banjir dapat dilihat dengan meningkatnya waktu respon DAS melalui analisis debit. Sedangkan untuk mengurangi resiko kekeringan, dam parit dapat menampung air di musim hujan dan dapat didistribusikan di musim kemarau.
Gambar Konstruksi Dam Parit di sub DAS Cipamingkis kecamatan Sukamakmur, kabupaten Bogor (a), dan di sub DAS Ciangsana kecamatan Pakenjeng, kabupaten Garut (b).
Gambar Hubungan antara curah hujan dan debit Sub DAS Cipamingkis, Bogor (a), dan Sub DAS Ciangasana, Garut (b)
Berdasarkan Gambar konstruksi dam parit diketahui bahwa debit sungai dan intensitas curah hujan tertinggi yang berpotensi menyebabkan terjadinya banjir di sub DAS Cipamingkis terjadi pada bulan Januari s/d Pebruari, sedangkan di Sub DAS Ciangsana pada bulan Januari. Pembangunan dam parit di Sub DAS Cipamingkis, Bogor dan Sub DAS Ciangsana, Garut dapat mengurangi volume aliran permukaan berturut-turut sebesar 14,6 % dan 20,8 % dibandingkan sebelum pembangunan dam parit.
Fungsi dam parit dalam mengurangi kekeringan dapat diketahui melalui analisis aliran permukaan yang dapat dipanen dengan kebutuhan air di daerah target irigasi. Berdasarkan Gambar Hubungan antara curah hujan dan debit Sub DAS Cipamingkis dapat diketahui bahwa kebutuhan air di Sub DAS Cipamingkis tidak dapat dipenuhi oleh debit aliran permukaan yang dapat dipanen, sehingga menyebabkan terjadinya cekaman air bagi tanaman yang terjadi selama kurang lebih 56 hari yaitu berlangsung dari tgl 24 Juli s/d 17 September. Selama periode tersebut, air yang ditampung dalam dam parit diperlukan untuk keperluan irigasi bagi tanaman maupun keperluan ternak. Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketersediaan air di dalam dam parit 144 m3 dan aliran dasar sebesar 0,5 l/ detik atau 43,2 m3/hari, diketahui bahwa kebutuhan air sebesar 15.001 m3, sedangkan persediaan hanya 2.901 m3 atau 19,3 % dari kebutuhan, sehingga terjadi kekurangan sebesar 12.100 m3. Sedangkan berdasarkan analisis kebutuhan dan ketersediaan air di Sub DAS Ciangsana, dengan kapasitas dam parit 124 m3 dan aliran dasar sebesar 5,1 l/detik atau 440,6 m3/hari, diketahui bahwa kebutuhan air sebesar 15.917 m3 sedangkan persediaan mencapai 20.889 m3 sehingga terjadi surplus sebesar 4.972 m3 atau 31,2 % dari kebutuhan. Perhitungan ini adalah untuk pola tanam padi – palawija - bera sebagaimana keadaan sebelum ada dam parit. Dengan kelebihan tersebut maka kelebihan air akibat pembangunan dam parit dapat merubah pola tanam menjadi padi – padi – palawija atau padi – palawija – palawija, atau dengan perkataan lain pembangunan dam parit dapat meningkatkan IP dari 200 % menjadi 300% pada lahan seluas 5,0 ha.
|
|
|
sumbangin dong kebutuhan apliaksi perkantoran anda di sini
|
4th December 2009, 11:06
|
|
Medal Winner
Join Date: Apr 2008
Location: ./
Posts: 27,110
|
bagian dua
Quote:
Gambar Hubungan antara debit aliran permukaan dan kebutuhan air selama 1 tahun untuk daerah target Sub DAS Cipamingkis, Bogor (a) dan Sub DAS Ciangsana, Garut (b)
[IMG]http://balitklimat.litbang.deptan.go.id/images/stories/dam_par07.gif[/MG]
Gambar Simulasi potensi hasil tanaman sub DAS Cipamingkis, Bogor, dan Sub DAS Ciangsana, Garut.
Berdasarkan simulasi neraca air Simulasi potensi hasil tanaman sub DAS Cipamingkis, Bogor, dan Sub DAS Ciangsana, diketahui bahwa di sub DAS Cipamingkis periode defisit terjadi bulan April sampai dengan Agustus. Dengan demikian pemberian irigasi suplementer harus dilakukan mulai Bulan Juli sampai dengan Agustus sebanyak 4 mm/hari atau setara dengan 40 m3/hari/ha selama 45 hari berturut-turut. Untuk luas areal target 4,95 ha diperlukan air sebanyak 198 m3/hari. Debit harian aliran dasar pada anak sungai yang menjadi sumber air bagi dam parit hanya 43,2 m3/hari, sehingga hanya cukup untuk memenuhi irigasi tambahan seluas 1 ha. Di wilayah Sub DAS Ciangsana Garut kekurangan air untuk tanaman terjadi mulai bulan April sampai dengan bulan Juli. Dengan demikian pemberian irigasi suplementer harus diberikan mulai Bulan Juni sampai dengan September rata-rata 2 mm/hari. Periode tersebut dipilih karena bertepatan dengan fase pembungaan untuk tanaman yang ditanam pada bulan April dan juga pada saat tanam untuk tanaman yang ditanam di bulan Agustus/September. Kebutuhan air sebanyak 2 mm atau setara 20 m3/hari/ha dan untuk keperluan domestik penduduk sebanyak 64 m3, sedangkan volume debit aliran dasar di Sub DAS ini adalah sebesar 440 m3, maka sisa debit dapat dipergunakan untuk mengairi areal pertanian seluas 18,8 ha. Dalam prakteknya pemberian irigasi dilakukan tergantung curah hujan aktual yang terjadi di lokasi.
Terakhir Diperbaharui ( Jumat, 09 Februari 2007 )
sumber balitklimat
|
|
|
sumbangin dong kebutuhan apliaksi perkantoran anda di sini
|
4th December 2009, 11:07
|
|
Medal Winner
Join Date: Apr 2008
Location: ./
Posts: 27,110
|
sebelum nya terimah kasih atas partisipasi nya
yah semua aspek bisa menjadi ataupun menyumbang bajir...
tapi yg terjadi di jakarta mungkin yg di akibatkan oleh ulah manusia sendiri...
|
|
sumbangin dong kebutuhan apliaksi perkantoran anda di sini
|
4th December 2009, 11:53
|
|
Mania Member
Join Date: Oct 2008
Location: bush bush
bushssssset
www.gwbushjr.com
Posts: 3,129
|
Kurangi pemukiman horisontal, perbanyak pemukiman/perkantoran/gedung bertingkat.
Bikin waduk, danau, selain bisa jadi tempat wisata bisa digunakan untuk rumah terapung.
|
|
|
4th December 2009, 11:57
|
|
Medal Winner
Join Date: Apr 2008
Location: ./
Posts: 27,110
|
Quote:
Originally Posted by bushetdah
Kurangi pemukiman horisontal, perbanyak pemukiman/perkantoran/gedung bertingkat.
Bikin waduk, danau, selain bisa jadi tempat wisata bisa digunakan untuk rumah terapung.
|
tapi mungkin yg harus belajar kembali adalah dinas tata kota...
karena di belanda yg terkenal denga kerajaan di bawah air... bisa anteng tuh
yah mungkin ini ada hubungan juga dengan trid korupsi yg mendarah daging
|
|
sumbangin dong kebutuhan apliaksi perkantoran anda di sini
|
4th December 2009, 12:08
|
|
Mania Member
Join Date: Oct 2008
Location: bush bush
bushssssset
www.gwbushjr.com
Posts: 3,129
|
Quote:
Originally Posted by cumi_kuadrat
tapi mungkin yg harus belajar kembali adalah dinas tata kota...
karena di belanda yg terkenal denga kerajaan di bawah air... bisa anteng tuh
yah mungkin ini ada hubungan juga dengan trid korupsi yg mendarah daging
|
Dinas tata kota kalo tidak ada pemikiran revolusioner (plus pemimpin yg kreatif, bertangan dingin, bertekad baja) ane kira tetap gini gini aja untuk kota-kota besar seperti : Jakarta, Surabaya, Bandung.
banyak penerima penghargaan penyelamat, pelestari lingkungan adalah orang yg sederhana, berpendidikan tingkat rendah, TAPI mempunya tekat baja, keberanian serta kreatif.
apalagi "budaya" korupsi menggurita di lingkungan birokrat.
|
|
|
detikNews
........
|