HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Rabu, 2024/04/20 08:59 WIB
Sah! Putri DA Resmi Menikah dengan Anak Bos Batu Bara
-
Minggu, 2024/04/18 11:55 WIB
Klarifikasi Idham Masse Soal Mobil Untuk Ibu Catherine Wilson Mau Ditarik Leasing
-
Minggu, 2024/04/18 11:48 WIB
Ogah Disebut Nganggur, Ferry Irawan Ngaku Ada Proyek Film dan Dicalonkan Jadi Bupati
-
Sabtu, 2024/04/17 14:39 WIB
Melody Prima Baru Ungkap Alasan Bercerai Setelah Setahun Berlalu
-
Selasa, 2024/04/14 11:47 WIB
Sandra Dewi Hilang di Instagram, Keluarga Lakukan Hal Ini
-
Jumat, 2024/04/16 14:20 WIB
Olivia Nathania, Anak Nia Daniaty Bebas dari Penjara Kasus CPNS Bodong
|
Thread Tools |
18th May 2014, 23:48 |
#1481
|
Mania Member
|
Bambang kanestren (bag. 2) ditayangkan tvri 4 januari 1990 malam
PAGELARAN wayang golek berhadiah dengan lakon “Bambang Kanestren” bagian kedua, saat itu akan ditayangkan TVRI Stasiun Bandung pada tanggal 4 Januari 1990, mulai pukul 21.30 selama 55 menit. Menurut kepala sub-seksi budaya dan drama TVRI Stasiun Bandung, Drs. Asmoeny Isnoor, penayangan wayang golek yang merupakan hasil kerjasama antara TVRI Stasiun Bandung dengan harian umum Pikiran Rakyat Bandung itu, pada pagelaran kali ini (saat itu) akan menceritakan Adipati Karna, Dewi Surti Kanti dan anaknya, raden Wersasena sedang bersantai di istana kerajaannya, negara Awangga. Suasana santai itu, tiba-tiba dikejutkan oleh cahaya “beureum” yang kemudian berubah wujud menjadi Patih Pragota, Mahapatih dari Kerajaan Mandura.
Patih Pragota tersebut kemudian menceritakan kepada Adipati Karna, ia diutus Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandora meminjam senjata Konta untuk menumpas pemberontakan di negaranya. Tanpa curiga, Adipati Awangga yang menyerahkan senjata Konta, yang mahasakti itu. Karena Patih Pragota itu kakaknya. Namun, setelah senjata tersebut diserahkan dan Patih Pragota pergi, Raja Awangga curiga karena kepergian Patih Pragota tersebut tanpa pamit, tidak seperti biasanya. Karena itu, putra Dewi Kunti dari hasil perkawinan Betara Surya itu segera pergi ke Kerajaan Mandura untuk melihat kejadian sesungguhnya. Dari kisah “Bambang Kenestren” baik bagian kesatu maupun kedua yang dibawakan dalang Cecep Supriyadi, para pemirsa yang berminat mengikuti sayembara harus menebak siapa Cahaya Beureum dan Bambang Kanestren. Tebakan harus diisi pada kupon yang dimuat di harian umum Pikiran Rakyat, ditempelkan pada kartu pos dan dialamatkan ke TVRI Stasiun Bandung. Bagi yang berhasil menebak dan terpilih dalam undian, saat itu akan memperoleh hadiah berupa sepeda motor Honda Bebek untuk juara I, televisi berwarna juara II, dan kompor gas untuk juara III yang disediakan perusahaan kopi cap Kapal Api. Dok. Pikiran Rakyat, 4 Januari 1990, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:49 |
#1482
|
Mania Member
|
Tvri bandung melewati usianya yang ketiga tahun (1987-1990): "yang muda, yang terus m
TANGGAL 11 Maret 1990 merupakan suatu hari yang sangat bersejarah bagi TVRI Bandung. Tepatnya tiga tahun yang sebelumnya (1987), Menteri Penerangan RI H. Harmoko meresmikan TVRI Stasiun Bandung yang berlokasi di kawasan Cibaduyut. Di kala itu, TVRI Bandung beroperasi dengan peralatan dan fasilitas yang terbatas. Rencana siarannya saja masih 30 menit setiap harinya dengan sasaran khalayak di wilayah timur dan provinsi Jawa Barat.
TVRI Bandung yang kehadirannya memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat Jawa Barat ini mengalami perkembangan setahap demi setahap. Proses pengembangan TVRI Bandung semacam ini dikenal dengan sebutan ‘multiyears project’. Dalam usianya yang saat itu tiga tahun, TVRI Bandung berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada segenap masyarakat Jawa Barat, ini tentunya dimaksudkan agar TVRI Bandung dapat semakin dirasakan kehadirannya oleh masyarakat Jabar secara keseluruhan. Untuk tahap pertama ini, TVRI Bandung mengembangkan jangkauan siarannya ke arah wilayah barat dari provinsi Jawa Barat. Sebuah stasiun pemancar telah berhasil dibangun di daerah Panyandakan, Cimahi. Tak cuma itu, stasiun pemancar ini juga dilengkapi dengan peralatan baru dan modern yang merupakan bantuan dari kerajaan Inggris sekitar Rp 33 milyar. Dengan selesainya pemasangan peralatan tersebut pada bulan Juni 1990, maka direncanakan sudah dapat dioperasikan bersamaan dengan HUT TVRI ke-28 tanggal 24 Agustus 1990. Dalam kesempatan HUT ketiga TVRI Bandung ini, selain ditandai dengan adanya perlombaan lari marathon 10 km, juga diadakan acara peresmian pemakaian gedung serbaguna, gedung studio rekaman, dan peletakan batu pertama pembangunan mesjid di dalam kompleks stasiun TVRI Bandung. Wakil Gubernur Jabar, Drs. H. Karna Suwanda (saat itu) mengharapkan TVRI Bandung untuk selalu meningkatkan kemampuan mengintegrasikan diri dalam semua aktivitas pembangunan, baik di bidang pemerintahan maupun di bidang sosial. Hal ini memang tidak ringan. Selain harus diimbangi dengan visi dan kemampuan serta keterampilan teknis yang tinggi. Juga diperlukan adanya biaya yang cukup besar. Laju perkembangan TVRI Stasiun Bandung menurut Karna Suwanda, menunjukkan adanya peningkatan. Dicontohkannya, wujud kemajuan tersebut antara lain berupa pembangunan gedung serbaguna tahap pertama yang bernilai Rp 150 juta, dan pembangunan studio rekaman di atas tanah seluas 800 meter persegi yang dibiayai dana APBN tahun 1989/1990 sebesar Rp 384 juta dengan peralatannya bantuan dari kerajaan Inggris. Dikemukakannya, di bidang operasional TVRI Bandung juga menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. TVRI Bandung selain sudah dapat diterima oleh masyarakat Jabar, terutama Jabar bagian timur, juga dapat diterima oleh masyarakat Jawa Tengah yang berada di perbatasan Jabar. “Untuk meningkatkan kegiatan operasionalnya, maka pihak Pemda Jabar dalam tahun ini (1990) memberikan bantuan dua kendaraan kepada TVRI Bandung,” kata Karna Suwanda. Sementara itu, direktur TVRI Pusat, Drs. Ishadi SK, M.Sc dalam sambutannya mengemukakan, TVRI Bandung tergolong sebagai stasiun daerah yang prestasinya cukup tinggi bila dibandingkan dengan stasiun daerah lainnya di Indonesia. Prestasi yang dimaksudkannya itu antara lain adanya kegiatan pekan sinetron dan parade artis yang telah diadakan oleh pihak TVRI Bandung beberapa waktu sebelum itu. Ishadi menilai, adanya kerjasama antara pihak Pemda Jabar dengan TVRI Bandung merupakan suatu hal yang sangat penting. Keterlibatan pihak Pemda Jabar semacam ini cukup punya arti penting dan sangat bermanfaat. Diharapkannya, agar pihak TVRI Bandung dapat memanfaatkan berbagai peralatan yang telah dimilikinya semaksimal mungkin. Kepala TVRI Stasiun Bandung, Drs. Gunawan Subagio menjelaskan, dengan hadirnya peralatan dari kerajaan Inggris tersebut, terpaksalah ruangan kerjanya pindah ke gedung serbaguna. Diharapkannya, seluruh peralatan dari kerajaan Inggris ini dapat segera selesai terpasang dalam waktu dekat. Dengan begitu, TVRI Stasiun Bandung kelak patut dianggap sebagai yang paling modern di Indonesia. Di sela-sela acara HUT TVRI Bandung yang ketiga tahun tersebut, diadakan pula penyerahan program penghargaan dan hadiah kepada tokoh Jawa Barat, yakni R. Ading Affandi dan Adang S. Masing-masing dinilai sebagai anggota masyarakat yang telah banyak mengabdi bagi perkembangan kehidupan masyarakat Jawa Barat khususnya, dan bangsa Indonesia umumnya. Raden Ading Affandi yang terkenal dengan sebutan RAF merupakan salah seorang anggota DPRD dan seniman/budayawan Jawa Barat. Sedangkan Adang S adalah seorang seniman/budayawan yang belakangan itu menjabat sebagai kepala pembinaan Caraka Sundanologi. Dok. Pikiran Rakyat, 12 Maret 1990, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:50 |
#1483
|
Mania Member
|
Banyak yang spontan gembira, pelajaran bahasa arab akan ditayangkan tvri
TATKALA Menteri Penerangan dan Ketua MUI sepakat bahwa “dalam waktu dekat” setelah itu, TVRI akan menyelenggarakan siaran pelajaran bahasa Arab, banyak yang spontan merasa gembira. Suara-suara di masyarakat memang sudah agak lama mengambang, karena harapan mereka agar pelajaran bahasa Arab disiarkan juga di TVRI seperti terngiang begitu saja ditelan angin. Kalau April 1990, dalam suasana bulan puasa pula, tiba-tiba saja Menpen Harmoko mengemukakan bahwa acara siaran seperti itu memang akan muncul di layar TVRI, maka pada tempatnyalah disambut dengan cukup hangat.
Ada beberapa alasan, mengapa permintaan akan adanya siaran bahasa Arab di TVRI muncul sejak lama. Pertama, bahasa Arab adalah “bahasa resmi” agama Islam dan agama Islam dianut oleh mayoritas orang Indonesia, maka sepantasnyalah kalau bahasa Arab yang diajarkan secara meluas di masyarakat. Kedua, kenyataan yang sebaliknya yang ada di masyarakat kita belakangan, yakni makin terlupakannya bahasa Arab. Bahasa ini belakangan menjadi eksklusif bagi kalangan pesantren. Perkembangan Islam dalam kurun beberapa dekade terakhir (waktu itu) di Indonesia, memang menunjukkan pasang naik yang mempesonakan. Pasang naik ini terutama tampak sangat menonjol di kalangan terpelajar, yang notabene umumnya kurang memahami bahasa Arab. Mereka sebagian besar mempelajari Islam dari buku-buku terjemahan, baik terjemahan Indonesia maupun terjemahan asing. Literatur mengenai Islam yang ditulis dalam bahasa asing (Inggris terutama), belakangan sangat banyak tersebar. Dan tampaknya, media inilah yang lebih efektif mampu memenuhi hasrat ingin tahu masyarakat. Dengan kata lain, peranan bahasa Arab yang pernah sangat menentukan dalam penyebaran agama Islam (termasuk di Indonesia), terasa makin surut dan makin terdesak. Dan lucunya, dalam dekade terakhir saat itu, rasanya makin banyak saja tulisan tentang Islam yang disalin ke dalam bahasa Indonesia bersumber dari karya yang ditulis dalam bahasa asing non-Arab. Karya-karya dalam bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, umumnya berupa karya-karya klasik. Di samping itu, keluhan terhadap pengajaran bahasa Arab yang selama itu terengar di masyarakat adalah mengenai metodenya yang terkesan tidak begitu efektif. Dibanding dengan metode pengajaran bahasa Inggris, misalnya yang tak henti-hentinya dimodifikasi dan diperbaiki, metode pengajaran bahasa Arab masih tetap tradisional. Hal seperti itulah yang antara lain menjadi penghalang para peminat bahasa Arab untuk mempelajari bahasa tersebut. Niatnya cukup bersemangat, tapi karena sarananya tidak menunjang, maka niat itu pun akhirnya harus surut ke belakang. Kalau kemungkinan untuk mempelajari bahasa asing (terutama Inggris dan Jepang) ditawarkan dengan cara serta kemungkinan yang semudah-mudahnya, tidak demikian halnya dengan sarana serta kesempatan untuk mempelajari bahasa Arab. Beberapa lembaga yang menawarkan fasilitas pengajaran bahasa asing lainnya, selalu angkat bahu kalau ditanyakan tentang fasilitas yang sama untuk mempelajari bahasa Arab. Kendala seperti itu sudah lama tidak terpecahkan, atau dibiarkan tidak terpecahkan. Melihat kenyataan seperti itu, maka wajarlah kalau kesediaan TVRI Pusat untuk mengadakan siaran pelajaran bahasa Arab kita sambut dengan perasaan senang. Tapi bagaimanapun, harus kita ingat, itu harus kita terima sebagai langkah pertama. Paling tidak, kita akan diingatkan kembali bahwa bahasa Arab itu sebenarnya telah begitu akrab dengan hidup keseharian kita. Malah jauh lebih akrab ketimbang bahasa asing lainnya. Karena telah diingatkan kembali, mudah-mudahan saja timbul minat yang lebih serius terhadapnya. Masalah lainnya yang juga perlu kita pikirkan sejak dini adalah tersedianya publikasi yang memadai dalam bahasa Arab tersebut di pasaran bebas. Menggebunya minat masyarakat kita terhadap bahasa Inggris (termasuk anak-anak) telah merangsang para penerbit untuk menyediakan sejumlah bacaan dalam bahasa tersebut dengan berbagai variasinya yang sangat menarik. Sebab, memang hanya dengan tersedianya kesempatan yang seluas-luasnya itulah, sasaran akan bisa dicapai dengan sebaik-baiknya. Kesadaran akan pentingnya penciptaan pasar yang seperti itu, selama itu agaknya belum dimiliki oleh para penerbit yang mengkhususkan menerbitkan buku-buku keislaman. Mereka baru terpesona oleh pangsa pasar buku-buku Islam tok, dan belum menganggap penitng dibinanya sarana-sarana penunjangnya, seperti sarana untuk membina kemampuan pengetahuan bahasa Arab di para pembacanya. Saat itu, diharapkan mudah-mudahan saja masalah ini akan mendorong makin cepat terpecahkannya stagnasi minat masyarakat terhadap bahasa Arab yang terasa selama itu. Sebab, kalaupun acara pelajaran bahasa Arab ditayangkan di TVRI, kalau sarana pendukungnya tidak tersedia, manfaatnya tentu tidak akan seberapa. Dok. Pikiran Rakyat, 8 April 1990, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:50 |
#1484
|
Mania Member
|
Paket lebaran 1990 di tvri, irama patria & titian muhibah
DALAM menyambut Lebaran 1990, tiga kelompok seni dari Bandung, saat itu akan hadir di tengah-tengah kita lewat layar televisi. Kelompok kesenian tersebut: Patria, Lingga Binangkit, dan Jugala, saat itu akan bersama-sama memeriahkan acara yang hanya berlangsung setahun sekali itu, lewat siaran TVRI Pusat.
Grup Patria, kelompok kesenian bernafaskan Islam pimpinan RAF (Rahmatullah Ading Affandie), saat itu akan hadir ikut operet Hari Lebaran Hari Bahagia. Ditayangkan dalam paket Ketupat Lebaran, 25 April 1990 pukul 21.50 WIB, sedangkan Lingga Binangkit dan Jugala Grup, saat itu akan sama-sama tampil dalam pemutaran Titian Muhibah, 27 April 1990, dengan waktu yang sama. Hari Lebaran Hari Bahagia, karya RAF, dengan sutradara Aat Suratin itu, didukung oleh 100 orang pemain dengan bintang tamu Trie Utami, Endang S Taurina, Rieke Adriati, Aom Kusman, Emma Rama Furry, Rini Hassan, dan artis-artis Kota Kembang lainnya. Garapan ini hasil kerjasama produksi TVRI Pusat dengan TVRI Stasiun Bandung, dengan pengarah acara Tarigan. Namanya juga operet sebuah pergelaran drama yang ditata melalui gerak, lagu, dan musik. Jika sudah terjebak pada “pengertian” ini, maka kebanyakan para penggarapnya pun tak begitu mengindahkan tataan lainnya atau katakanlah, tak ada nilai lebih. Maka, demi kian pulalah yang berlangsung di pentas-pentas operet tanah air kita. Sejak TVRI Pusat menghadirkan operet Papiko-nya Titiek Puspa, yang berlangsung terus menerus sehingga terasa begitu monoton. Tak ada kreasi lain, gerakannya dari itu ke itu. Lagu-lagunya pun sewarna dengan lagu-lagu terdahulu. Demikian juga yang terjadi dengan para pengikut “Papiko”. Operet yang digarap kelompok lain selain Papiko itu, memang punya ciri tersendiri, yang sama sekali lain dengan warna pergelaran “Papiko” sebelumnya. Kelemahannya, apa ayng digarap mereka tak jauh berbeda dengan garapan sebelumnya. Patria mencoba menggarap operet yang pada intinya hampir sama dengan garapan mereka di tahun 1989 lalu, “Keheningan Selepas Ramadhan”. Saat itu, saksikan saja, wujudnya tampak begitu-begitu saja. Musik dan lagu yang tetap digarap Harry Roesli, warnanya senantiasa tak beranjak dari garapan terdahulu. Penampilan jangan ditanya lagi, mereka layaknya seperti penyanyi-penyanyi Aneka Ria Safari, yang senantiasa diiringi para ‘dancer’ di latar belakang. Pengambilan kamera pun untuk ‘scene’ pertama, bagai tak beranjak jauh, mula-mula kamera ‘zoom in’ pada tumpukan bingkisan Lebaran di meja, lalu beralih pada beberapa orang pemain yang langsung berdialog sambil dinyanyikan. Namanya juga operet, pasti dialog yang terlontar bakal dinyanyikan dengan gerakan yang klise. Saat itu ditanyakan, mungkinkah untuk masa mendatang, teknik Selekta Pop dengan ‘setting’ dan permainan kameranya bisa diterapkan dalam acara untuk Lebaran? Menurut sutradara Aat Suratin, paket Lebaran kali ini menekankan perbedaan yang mendasar antara kehidupan di pedesaan dengan di kota. “Misalnya saja, dalam tradisi memberi bingkisan Lebaran,” ujar Aat. “Di kota, pemberian itu lebih didasarkan pada urusan perniagaan dengan perhitungan untung rugi. Pengusaha misalnya, memberi sesuatu kepada pejabat yang sebetulnya sudah nyaris tak membutuhkan paket-paket semacam itu. Sedang di pedesaan, tradisi ‘setting’ mengirim bermula dan bermuara pada kebersamaan. Siapapun saling memberi dengan tulu. Sehingga terkadang tradisi saling kirim ini menimbulkan situasi yang dianggap lucu. Misalnya saja, saking bingungnya antara yang datang dari si A, kembali dikirimkan pada si A lagi. Dalam kisah tersebut, menurut Aat, semua kejadian itu disaksikan dan dialami oleh Dewi (diperankan Trie Utami). Ia dalam cerita itu, sebetulnya orang kota yang sedang berlebaran di desa. Di sisi Dewi melihat, bahwa perbedaan desa dan kota itu memang ada. Hanya, tinggal kita menghayatinya dari sisi yang mana. Bukan sekali itu, RAF (Rahmatullah Ading Affandie) berobsesi tentang tradisi mengirim (mawakeun, bahasa Sunda). Lebaran tahun 1989 lalu pun, RAF berobsesi tentang hal yang sama. Jelaslah, saat itu RAF ingin menampilkan tradisi kirim-mengirim dalam bentuk suasana dan situasi yang lain. tak berbeda jauh dengan karya operetnya terdahulu di TVRI Pusat “Keheningan Selepas Ramadhan”, yang diputar dalam kesempatan yang sama, yaitu saat menjelang Lebaran. Dulu, RAF dengan kelompok Patria-nya hanya berorientasi pada Lebaran di pedesaan saja. Tahun 1990, obyek pariwisata lain. masyarakat kota yang juga menganut tradisi semacam itu pun dalam bentuk yang lain, tak luput dari garapan RAF. Kejelian peristiwa ini digali pula oleh Erni dan Dadan selaku penata gerak, serta Harry Roesli dan Ery RAF sebagai penata lagu/musik. “Proses pemantapannya juga hanya berlangsung dalam sepuluh kali latihan,” kata RAF, ketika ditemui di tengah kesibukan syutingnya di Jl. Tubagus Ismail, Bandung. “Sungguh ini kerja dadakan. Karena TVRI Pusat memintanya pas pada hari kedua di bulan puasa. Sedangkan Akang belum punya apa-apa pada waktu itu. Belum punya gagasan. Yah, daripada tidak ada sama sekali, lebih baik dikerjakan saja meskipun mendadak juga,” tambahnya. Sejak dulu (tahun 70-an), Patria memang sudah jadi “langganan” TVRI Pusat. Sebagai kelompok kesenian yang bernafaskan agama Islam, Patria senantiasa mengisi acara-acara yang berhubungan dengan hari-hari besar agama Islam di TVRI Pusat. Hal itu berlangsung sejak tahun 1973, dan baru dipercaya menggarap paket Lebaran pada Lebaran tahun 1989 lalu, dengan garapan operet “Keheningan Selepas Ramadhan”, masih karya RAF dan sutradara Aat Suratin. Titian Muhibah Masih dalam suasana Lebaran, dua grup seni lainnya dari Bandung, Lingga Binangkit dan Jagala, saat itu akan turut memeriahkan paket Titian Muhibah. Penayangan acara ini tak lepas dari hasil kerjasama Indonesia-Malaysia (TVRI-RTM) dalam mengisi kegiatan di hari raya Idul Fitri. Ketika ditemui di tempat syutingnya di gedung YPK, Jl. Naripan Bandung, Gugum Gumbira (pimpinan Jugala Grup) mengatakan, seni tari yang digarapnya tak lepas dari masalah agama Islam dalam budaya sendiri, juga agama dalam Ramadhan. Muslimin katanya, merasa berat dalam menghadapi sekaligus melaksanakan kewajibannya berpuasa. “Nah ini cerita saat-saat menjelang selesainya bulan puasa, menghadapi kemenangan setelah mengalahkan tantangan dan godaan,” ujar Gugum Gumbira. “Ada budaya di kita, bahwa dalam menghadapi Lebaran, semuanya harus ada. Di samping itu, pakaian juga mesti serba baru. Tapi hal lain yang menarik perhatian saya, yaitu budaya silang rantang, saling berkirim-kiriman dari handai taulan ke handai taulan, atau dari anak ke orangtua.” Apabila menghadapi takbiran, ujar Gugum, semuanya akan syukuran. Dan dalam syukuran itu, kita pun dituntut untuk bersalaman dengan orangtua dan para kerabat, saling memaafkan segala dosa. Ada pula yang menarik Gugum dari peristiwa itu, yaitu budaya tabuh bedug, yang katanya bisa disebut sebagai kreativitas. Itu yang ersirat dari garapan Jugala itu, di mana penata tari oleh Taufik. Irama religius tampil lewat pengajian dan takbir yang disuarakan oleh Drs. Badru Zaini sebagai pendukung saritilawah. Menurut Gugum, tak kurang dari 40 orang pemain ikut memeriahkan garapna yang hanya memerlukan masa putar sembilan menit ini. Sembilan menit memang waktu yang tergolong sedikit untuk sebuah tontonan. Tapi toh, tontonan itu bukan melulu penampilan juga. Titian Muhibah yang diarahkan oleh pengarah acara Djuha Irawadi ini, saat itu akan dimeriahkan oleh kelompok Lingga Binangkit (seperti disebutkan semula), Cantora Paramita, Andi Meriem Matalatta, Elly Jayusman, Benyamin S, Titiek Sandhora, Rafika Duri, dan Lili Marlene. Bukan suatu kesombongan bila kemudian dalam kesenian kita disebut sebagai tim kesenian yang berpotensi. Setidaknya lewat ucapan walikota H. Ateng Wahyudi yang ketika itu ikut menyaksikan syuting Jugala Grup, ditemani Gugum Gumbira. Hal yang sama pun dikemukakan oleh Djuha Irawadi, bahwasanya tim kesenian Bandung (Patria, Jugala, dan Lingga Binangkit), sangat berpotensi, berpengalaman banyak, serta memiliki personil yang baik. “Atas dasar itulah, kami memilih mereka yang sebagian besar terdiri dari artis Kota Kembang ini,” ujar Djuha Irawadi di tengah kesibukannya mengatur personil. Dok. Pikiran Rakyat, 22 April 1990, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:53 |
#1485
|
Mania Member
|
Menpen harmoko hari senin (23/4/90), resmikan relay tvri di kecamatan bayah
MENTERI Penerangan H. Harmoko dan rombongan mulai Senin (23/4/90) menurut rencana (saat itu) akan melakukan kunjungan selama dua hari di kabupaten Lebak, kabupaten sebelah selatan provinsi Jawa Barat sampai dengan Selasa (24/4/90).
Wartawan Pikiran Rakyat di Rangkasbitung, Minggu (22/4/90) memperoleh keterangan, kunjungan dimulai sekitar pukul 16.30 di Rampung Tenju Laut, desa Darmasari kecamatan Bayah, meresmikan stasiun pemancar relay (SPR) TVRI. Buka puasa dan sholat maghrib dilaksanakan di SPR TVRI Bayah, sholat isya dan tarawih saat itu akan dilaksanakan di mesjid Jami kecamatan Malingping, sedangkan istirahat dan bermalam di Penelopo, Kewedanaan Cilangkahan, Malingping. Keesokan harinya, Selasa (24/4/90), setelah memberikan kuliah di mesjid Jami kecamatan Malingping sekitar pukul 09.00 menuju ke pantai Binuangeun kecamatan Malingping untuk temu wicara dengan para petani anggota KUD dan nelayan Banten Selatan. Sekitar pukul 11.00 meninggalkan kecamatan Malingping menuju ke kecamatan Banjarsari, meninjau salah satu pondok pesantren di wilayah itu dan bakal lokasi mesjid bantuan YAMP yang kemudian dialnjutkan dengan silaturahmi dan temu wicara. Pukul 14.00, Menteri Harmoko dan rombongan meninggalkan kecamatan Banjarsari kabupaten Dati II Lebak, kembali ke Jakarta. Dok. Pikiran Rakyat, 23 April 1990, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:54 |
#1486
|
Mania Member
|
Tvri bandung diterima di sukabumi
MASYARAKAT kotamadya dan kabupaten Sukabumi, sejak hari Selasa (8/5/90) sampai Kamis (10/5/90) lalu dilanjutkan dengan serangkaian acara yang lain dari acara yang biasa ditayangkan TVRI Pusat. Setelah diamati, ternyata siaran tersebut ditayangkan TVRI Stasiun Bandung. Sebagian masyarakat Sukabumi menyambut gembira. Hadirnya TVRI Stasiun Bandung umumnya dinantikan masyarakat. Sehingga selama beberapa hari itu, kepenasaran masyarakat Sukabumi sudah terobati.
Namun sebagian lainnya menyayangkan kualitas penyiaran yang kurang sempurna, baik acara-acara yang disajikan, penyiar, maupun daya tangkap di pesawat televisi yang tampak sedikit buram. “Mungkin, karena kami sudah lama terbiasa menyaksikan tayangan pusat, jadi agak sedikit berbeda ketika melihat tayangan acara stasiun Bandung,” ujar salah seorang penduduk di Sriwijaya. Kakandeppen kabupaten Sukabumi, Herman Budi Santoso, SH menyebut kemungkinan hadirnya TVRI Stasiun Bandung itu sebagai uji coba penayangan menjelang bulan Juni 1990. Tentang kualitas, diakuinya belum sempurna, namun kehadirannya yang dinanti-nanti masyarakat, saat itu diharapkan mampu mengobati kerinduan masyarakat Sukabumi. Dok. Pikiran Rakyat, 11 Mei 1990, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:55 |
#1487
|
Mania Member
|
Masyarakat banten selatan hanya tiga hari nikmati tvri
SIARAN TVRI hanya bisa dinikmati selama tiga hari saja oleh masyarakat Banten Selatan (kabupaten Lebak) meliputi Cikotok, Bayah, Panggarangan, dan Malingping, dua hari setelah Menpen Harmoko meresmikan satuan transmisi TVRI Bayah yang terletak di Bukit Kampung Tenjolaut, Desa Darmasari kecamatan Bayah, bulan Ramadhan 1990 yang lalu, peralatan di stasiun itu rusak. Alhasil, gambar televisi pun menghilang di udara di kawasan Bayah dan sekitarnya.
Ketika Menpen Harmoko meresmikan satuan transmisi itu bersama Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Suryatna Sobrata pada Senin (23/4/90) yang lalu, masyarakat Banten Selatan teramat gembira. “Sejak republik ini diproklamasikan, baru kali ini kami bisa menikmati siaran TV,” tutur salah seorang warga ketika itu. Saking gembiranya, masyarakat yang punya duit, segera pula pada berangkat ke Sukabumi, Pandeglang, atau ke Rangkasbitung untuk membeli TV. Meskipun wilayah mereka banyak yang belum terjangkau listrik, namun luapan kegembiraan itu disambut dengan “ramai-ramai membeli televisi”. Akan tetapi, apa hendak dikata, tiga hari setelah Menpen Harmoko meresmikan stasiun transmisi yang khusus, untuk masyarakat Banten Selatan itu, dan siaran TV memang hari itu juga diterima dengan baik di sana – maka belakangan itu masyarakat Banten Selatan cemberut lagi. “Senin, 23 April (1990) diresmikan, Rabu, 25 April (1990) sekitar pukul 17.00, gambar TV hilang. Kami kecewa sekali,” kata penduduk yang lain kepada PR. Sekwilda kabupaten Lebak, Drs. H. Unang A Sanusi ketika dihubungi PR, Minggu (13/5/90) lalu membenarkan bahwa satuan transmisi Bayah itu mengalami gangguan. “Sabr saja, teknisi TVRI akan segera memperbaikinya,” kata Unang. Dok. Pikiran Rakyat, 14 Mei 1990, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:55 |
#1488
|
Mania Member
|
Tv swasta akan hadir di bandung
MENTERI Penerangan Harmoko menyatakan, di kota Bandung pada tahun 1990, saat itu akan dibangun jaringan siaran televisi swasta agar masyarakat Bandung memiliki banyak pilihan. Menpen Harmoko mengemukakan hal itu Senin 921/5/90) kepada wartawan, seusai meresmikan beroperasinya satuan transmisi TVRI di Cisarua, kabupaten Bandung.
“Pokoknya, tahun ini juga (1990), pembangunan stasiun televisi swasta di kota Bandung akan dilaksanakan,” ungkap Menteri Harmoko tanpa merinci kepastian waktu pembangunan stasiun televisi yang dimaksud (RCTI/Rajawali Citra Televisi Indonesia Bandung). Menjawab pertanyaan wartawan, Menteri Harmoko menyatakan kehadiran televisi swasta tidak akan menjadi pesaing TVRI Stasiun Bandung. Bahkan memiliki keuntungan, yaitu masyarakat memiliki banyak pilihan dan variasi. Di daerah penghasil sayur mayur wilayah kota kecamatan Cisarua, kabupaten Bandung, bupati Bandung, HD Cherman Effendi, Gubernur Jabar, HRM Yogie SM, Mendagri Rudini, serta para pejabat dan masyarakat menghadiri peresmian dioperasikannya satuan transmisi TVRI Panyandaan. Satuan transmisi itu dibangun di atas tanah seluas 2.500 m2 dengan dana sebesar Rp 491,9 juta. Dana sebesar itu berasal dari APBN berupa DIP tahun anggaran 1988/1989 dengan DIP 1989/1990 sebesar Rp 237.961.000,00 serta bantuan lunak dari pemerintah kerajaan Inggris sebesar Rp 245 juta. Jumlah itu belum termasuk dana yang berasal dari APBD Pemda Tingkat I Jawa Barat untuk penyediaan lahan jalan dan pengaspalan serta pemasangan aliran listrik. Menpen Harmoko mengemukakan, peresmian stasiun transmisi ini memiliki kaitan dengan strategi TVRI sebagai salah satu media elektronik penyampai informasi pembangunan. Menurut Menteri Harmoko, televisi untuk saat itu masih merupakan primadona yang andal sebagai penyampai informasi, disusul kemudian oleh radio dan media cetak. Namun pembangunannya memerlukan dana dan anggaran cukup besar, sehingga dari penduduk Indonesia yang mencapai jumlah sekitar 180 juta, baru sekitar 60% yang telah menikmati siaran televisi. “Oleh sebab itu, pembangunan stasiun televisi tidak hanya mengandalkan dana yang diberikan pemerintah pusat sebagaimana ada peran serta pemerintahan seperti yang dilakukan Pemda Jabar,” ungkap Menteri Harmoko seraya menyebut adanya dukungan Mendagri Rudini terhadap peran pemerintah daerah bagi pengembangan dan pembangunan TVRI di daerah-daerah. Menpen Harmoko menyebut TVRI Stasiun Bandung merupakan stasiun daerah yang memiliki peralatan canggih dibanding TVRI Stasiun Yogyakarta dan Surabaya. Namun dalam pengelolaannya, stasiun Bandung masih kalah. Karenanya, TVRI Bandung harus mampu meningkatkan program-programnya, untuk mendukung strategi pembangunan yang dikembangkan sesuai dengan aspirasi masyarakat Jawa Barat. Permasalahan dan tantangan Pada kesempatan itu Mendagri Rudini mengungkapkan kehadirannya bersama-sama Menpen Harmoko mengandung makna, agar kerjasama dan koordinasi sesama pejabat tetap dikembangkan. “Tidak hanya pada tingkat menteri, tetapi harus sampai ke tingkat jajaran di daerah. Bahkan sampai lurah,” kata Mendagri Rudini. Dikemukakan Mendagri Rudini, hendaknya terus kembangkan dan daya gunakan dan bila perlu ciptakan media koordinasi baik eksternal maupun internal. Vertikal, horizontal, maupun diagonal. “Karena tugas-tugas pemerintahan akan berhasil dengan kualitas yang lebih baik, apabila dilaksanakan secara terkoordinasi, terpadu, dan terencana sejalan dengan akan semakin kompleksnya permasalahan dan tantangan di masa mendatang,” demikian Mendagri Rudini. Sementara itu, Gubernur Jabar, HRM Yogie SM, menyebutkan dengan beroperasinya stasiun transmisi TVRI di Panyandaan, Pemda Jabar dan Pemda Tingkat II se-Jabar serta masyarakatnya sangat berkepntingan. Karena terdapat beberapa ciri dan situasi Jawa Barat yang dapat terliput melalui stasiunt ransmisi ini, khususnya mengenai kegiatan pembangunan di desa-desa selain akan mampu meningkatkan arus informasi dan komunikasi antar warga masyarakat Jawa Barat. Dok. Pikiran Rakyat, 22 Mei 1990, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:58 |
#1489
|
Mania Member
|
Rcti bukan saingan tvri, 25% keuntungan untuk yayasan tvri
RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), penyelenggara SST (saluran siaran terbatas), bukan pesaing TVRI, melainkan mitra yang akan saling melengkapi dalam program siaran untuk memenuhi kehendak masyarakat yang semakin meningkat. Keberadaan RCTI dalam jangka panjang, saat itu akan mendukung dan memantapkan keberadaan TVRI. Dan sesuai naskah kerjasama, pada gilirannya PT RCTI saat itu akan menyerahkan 25% keuntungannya kepada Yayasan TVRI.
Demikian Direktur Televisi Drs. Ishadi SK, M.Sc kepada Kompas, sesaat setelah upacara peletakan batu pertama pembangunan studio TV swasta, RCTI di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (23/6/88) siang. Peletakan batu pertama fondasi dilakukan Gubernur DKI, Wiyogo Atmodarminto, menandai pembangunan awal studio televisi swasta pertama di Indonesia itu. Hadir antara lain Bambang Trihatmodjo, pimpinan grup Bimantara, Dirjen Pariwisata Joop Ave, dan ketua BKPM Sanjoto Sastrowardojo. Sambutan Wiyogo dan Ishadi yang mewakili Dirjen RTF Alex Leo saling mendukung. Gubernur Wiyogo mengatakan, siaran yang disajikan TVRI selama itu masih belum memenuhi sepenuhnya selera masyarakat. Ishadi juga sependapat. Dikatakan direktur TVRI, Ishadi, pihak TVRI sendiri mengakui selama itu tidak lagi mampu menampung beban siaran dan keinginan masyarakat yang semakin meningkat seiring pesatnya roda pembangunan dan semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat. Juga ditambah kemajuan teknologi komunikasi yang sukar sekali dibendung. “Dengan demikian, kehadiran siaran televisi yang dikelola swasta ini diharapkan dapat membantu upaya TVRI meningkatkan mutu siarannya,” kata Wiyogo. 25% Menurut manajer humas RCTI, Zsa Zsa Quamilla Yusaryahya, tujuan utama RCTI adalah menyodorkan acara yang dapat memberikan nilai tambah bagi kehidupan masyarakat luas. Dan meskipun sebagian besar acara yang ditayangkan adalah hiburan, tetapi tetap mengandung unsur pendidikan dan penerangan. Ditambahkan juga, RCTI (saat itu) juga akan menyediakan waktu bagi iklan-iklan pelayanan masyarakat yang ditayangkan gratis. Berbeda dengan TVRI, televisi swasta pertama yang menelan investasi sekitar 80 juta dollar AS itu, saat itu akan menyiarkan iklan dengan ratio siaran maksimum 15% dari seluruh jam siaran. Sesuai naskah kerjasama antara Yayasan TVRI dan PT RCTI, antara lain diatur soal pembagian keuntungan. Tapi pada prinsipnya, sesuai kesepakatan, pihak swasta menggunakan pendapatan yang ada untuk mengembalikan modal awal terlebih dahulu. Baru kemudian, diadakan pembagian keuntungan dengan TVRI. Mengenai hal ini, direktur TVRI yang juga ketua Yayasan TVRI, Drs. Ishadi kepada Kompas, mengatakan pada tahun pertama Yayasan TVRI hanya mendapat bagian yang kecil saja dari RCTI, itu pun kalau RCTI untung. “Setelah tercapai titik impas yang diperkirakan sekitar tiga tahun (1988-1991) itu, bagian yang diterima Yayasan TVRI, juga semakin besar, progresif, sesuai kenaikan pendapatan RCTI,” kata Ishadi. Bagian keuntungan yang diterima Yayasan TVRI, seperti dijelaskannya, (saat itu) akan mencapai 25%. TVRI memang terengah-engah mengejar biaya produksi yang cukup tinggi. “Per jam bisa mencapai Rp 20 juta,” kata Ishadi. Dan ini hanya dibiayai iuran televisi yang saat itu baru mencapai 40% itu. “Sebenarnya, kalau 75% saja dari pemilik televisi membayar iuran, biaya itu sudah bisa ditutup,” ungkapnya. Beberapa sumber Karena keterbatasan dana, TVRI sulit mengembangkan program siaran sesuai kebutuhan yang semakin meningkat dari pemirsanya. Pihak RCTI nampaknya mampu mengantisipasi kebutuhan konsumen dengan mengetengahkan program siaran setara dengan iuran yang dikeluarkan para pelanggan, yakni Rp 30.000/bulan itu. Selain itu, mereka juga menjual peralatan untuk menangkap siaran RCTI bagi pelanggan, yakni decoder, antena dan biaya pemasangannya yang sekitar Rp 120.000. Pendapatan RCTI dari iklan, menurut Zsa Zsa, (saat itu) diharapkan akan mencapai dua per tiga dari seluruh pendapatan. Target pelanggan tiga tahun pertama (saat itu) diharapkan mencapai sekitar 400.000 untuk seluruh Jabotabek. Para pelanggan untuk lima bulan masa siaran percobaan, yakni Oktober 1988-Maret 1989, tidak dikenakan iuran pelanggan. Para pemasang iklan juga mendapatkan kesempatan gratis selama lima bulan itu. Jam siaran selama masa percobaan itu adalah dua sampai tiga jam sehari. Dan setelah itu, saat itu akan meningkat menjadi 10 jam pada hari biasa, 13 jam pada hari Sabtu, dan 16 jam pada hari libur. Maksimum jam siaran adalah 18 jam. Studionya terletak di atas tanah seluas 10,4 hektar. Berlokasi di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Untuk tahap pertama yang digarap lima hektar dengan menara setinggi 130 meter dan antena 15 meter. Siarannya ditransmisikan melalui udara, menggunakan UHF (ultra high frequency) dengan daya pancar 45 kW. Penerimaan siarannya dijamin baik sampai jarak 51,5 km dari menara. Dok. Kompas, 24 Juni 1988, dengan sedikit perubahan |
18th May 2014, 23:59 |
#1490
|
Mania Member
|
Karena masih siaran percobaan, jadwal acara rcti bandung di koran sering tidak sesuai
PEMIRSA RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) kecewa, karena kerap terkecoh jadwal yang dirilis koran, nyatanya tidak sesuai dengan penayangannya. Beberapa pemirsa yang sempat menelepon PR/Pikiran Rakyat (karena harian ini memuat jadwal tayangan televisi), merujuk contoh tidak disiarkannya pertandingan sepakbola antara Nottingham Forest lawan Tottenham Hotspur, yang sedianya akan disiarkan RCTI Bandung secara langsung, Sabtu (18/5/91), pekan sebelumnya, dan acara Perjalanan Siliwangi yang tidak disiarkan sesuai jadwal di koran, Senin malam, 20 Mei 1991 pukul 20.00.
Kekecewaan penonton juga ditujukan karena tidak tepatnya janji RCTI mengenai tepatnya penayangan film. Pihak RCTI Bandung, dulu menjanjikan bahwa film seri yang telah diputar di RCTI Jakarta langsung bisa dinikmati pada hari berikutnya di Bandung. Akan tetapi tidak begitu kenyataannya. Salah satu contoh, setelah film Knight Rider yang menceriterakan mobil KITT kehilangan raga (di RCTI Jakarta), nyatanya di RCTI Bandung diputar lain. Kepala humas RCTI Bandung, Drs. Bobby Sael mengatakan bahwa acara-acara tersebut dibuat oleh RCTI Jakarta jauh sebelum RCTI Bandung mengudara. “Mengingat RCTI Bandung masih dalam taraf percobaan, sehingga ada beberapa acara yang telah ditayangkan di RCTI Jakarta, kemudian ditayangkan lagi di RCTI Bandung,” katanya. Tentang film seri, diakui Bobby karena RCTI Bandung penayangannya masih bergantung pada RCTI Jakarta. Jadi, bila ada acara yang tiba-tiba batal ditayangkan atau tak sesuai dengan jadwal yang telah dirilis di koran, harap penonton maklum, karena ada ketentuan bahwa RCTI Jakarta maupun Bandung harus merelay acara istimewa yang bersifat nasional. “Misalnya, ketika acara Siliwangi yang seharusnya ditayangkan RCTI Bandung, Senin pekan lalu (20/5/91) pukul 20.00, diundurkan keesokan harinya, karena saat itu kami harus merelay acara Hari Kebangkitan Nasional dari TVRI Pusat,” kata Bobby. Mengenai perubahan jadwal sehubungan akan habisnya masa siaran percobaan akhir bulan Mei 1991, Bobby mengatakan masih menunggu kabar dari RCTI Jakarta. “Tapi, saya yakin sebelum tanggal 31 Mei (1991), jadwal itu telah ada dan mungkin saja masa siaran akan diperpanjang,” katanya (waktu itu). Dok. Pikiran Rakyat, 26 Mei 1991, dengan sedikit perubahan |
detikHot
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer