HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Rabu, 2024/03/28 12:03 WIB
Harvey Moeis Suami Sandra Dewi Tersangka Korupsi Timah, Pakai Rompi Pink
-
Rabu, 2024/03/28 12:33 WIB
Penampilan Ammar Zoni Berjenggot Saat Tiba di Kejari Jakarta Barat
-
Rabu, 2024/03/28 12:52 WIB
Lolly Pulang ke Indonesia, Nikita Mirzani: Dia Dideportasi dari Inggris
-
Senin, 2024/03/27 13:00 WIB
Klarifikasi Pihak Teuku Ryan soal Minta Nafkah Anak pada Ria Ricis
-
Rabu, 2024/03/28 16:10 WIB
Momen Langka, 3 Anak Michael Jackson Berpose Bersama di Karpet Merah
-
Rabu, 2024/03/28 16:36 WIB
Celine Evangelista Makin Serius Dalami Islam
|
Thread Tools |
18th April 2020, 17:23 |
#4531
|
Mania Member
|
ANEKA: DIBENTUK KOMISI SIARAN, UNTUK DETEKSI SCTV
UNTUK mendeteksi penyelenggaraan siaran televisi swasta di Surabaya (SCTV = Surabaya Centra Televisi), - waktu itu - akan dibentuk komisi siaran yang antara lain beranggotakan staf Kanwil Deppen Jatim dan TVRI sendiri. "Komisi itu yang akan memberikan saran tentang materi siaran yang selayaknya diselenggarakan televisi swasta," kata Kakanwil Deppen Jatim, Drs. Atjik Sudiono, 15 Maret 1990.
Keterangan itu disampaikan Atjik ketika dimintai tanggapan atas pernyataan anggota Komisi IX DPR RI, Eddy Sud ketika bersama-sama anggota Komisi IX lainnya melakukan kunjungan kerja ke Jatim. Eddy Sud meminta agar Pemda Jatim bersama-sama dengan lembaga kontrol lainnya mengawasi materi siaran televisi swasta di Surabaya itu. "Jangan sampai mengudaranya TV swasta di Surabaya (SCTV) itu hanya semata-mata menyiarkan budaya impor," katanya kepada wartawan, 15 Maret 1990 siang di Grahadi Surabaya. Eddy Sud mengatakan itu dengan mengambil pijakan dari penyelenggaraan siaran TV swasta yang telah ada selama itu. Yakni siarannya yang dianggap cenderung menampilkan budaya dan kesenian impor. Sehingga kesan yang timbul kalau melihat siaran TV swasta Indonesia, seperti melihat siaran TV di Chicago. Menurut Atjik, selain komisi siaran itu, Pemda Jatim tentu (saat itu) tidak akan tinggal diam kalau siaran yang ditampilkan TV swasta itu dianggap kurang bisa mewakili keinginan masyarakat maupun pemerintah daerah. Ditanya sampai berapa jauh kewenangan komisi siaran itu terhadap penyelenggaraan siaran TV swasta, Atjik mengatakan selain mengacu pada tugas dan wewenang komisi serupa yang ada di Jakarta, juga (saat itu) akan disesuaikan dengan kondisi daerah Jatim sendiri. Direktur SCTV, DR. Ir. Agus Muljanto yang ditemui Jawa Pos secara terpisah, menganggap kekhawatiran Eddy Sud itu agak berlebihan. "Tentu kita tidak bisa melepaskan diri dari keinginan masyarakat maupun Pemda Jatim, berkaitan dengan penyelenggaraan SCTV nanti," katanya (waktu itu). Sebagaimana yang dikemukakan Kakanwil Deppen, Agus mengatakan bahwa untuk perencanaan siaran, SCTV tidak mungkin melepaskan diri dari komisi siaran yang telah dibentuk itu. "Siaran-siaran yang kami tampilkan tentu sudah mendapat persetujuan dari komisi. Termasuk bentuk-bentuk siaran langsung, sudah ada pembagian kerja dengan TVRI, mana yang menjadi jatah TVRI dan mana jatah TV swasta," kata dia. Untuk penyelenggaraan siaran, SCTV dalam tahap awal (waktu itu) akan melakukan kerjasama dengan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) Jakarta. Tapi secara bertahap, SCTV (saat itu) akan membuat stok rekaman sendiri, khususnya yang menggambarkan warna dan kondisi dari Jatim sendiri. Pembuatan stok rekaman bisa saja dilakukan SCTV sendiri atau bekerjasama dengan lembaga kesenian yang ada. SCTV rencananya (saat itu) akan mulai melakukan masa percobaan siaran pada Juni-Juli 1990 yang waktu itu akan datang. Bulan April 1990, TV swasta itu (waktu itu) akan mulai menerima pendataan pelanggan dan mulai menyebarkan dekoder. "Dalam masa percobaan itu, masa siaran selama lima sampai enam jam, lantas secara bertahap akan terus bertambah," kata dia (kala itu). Dok. Jawa Pos, 16 Maret 1990, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 17:24 |
#4532
|
Mania Member
|
GLADYS SUWANDI: “MAMA YANG SIAPKAN SAHUR”
"JEFFRY (Waworuntu, red) itu bukan pacar Adys. Dia rekan sekerja. Heran di mana-mana orang selalu menyebut Jeffry itu pacar Adys," kata Gladys Suwandi kepada Jawa Pos, 28 Maret 1990. Jeffry yang dimaksudkan Adys - panggilan akrab Gladys - adalah salah seorang pembawa acara musik di RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia): Rocket, yang kerap tampil bernama Adys.
Sejak beberapa waktu sebelumnya, Adys memang dikontrak RCTI untuk membawakan salah satu acara musik di layar kaca TV swasta yang (waktu itu) hanya bisa ditangkap di seputar Jakarta itu. Kadang-kadang Adys tampil sendiri. Tapi lebih sering duet bersama Jeffry. Mungkin karena sering tampil berdua itulah, banyak yang menduga bahwa Jeffry (saat itu) pacar bintang cantik yang pemain sinetron, sekaligus penyanyi orbitan Jeka Records ini. "Sungguh kok. Adys nggak bohong. Berbohong itu tidak baik. Apalagi kita sudah memasuki bulan suci Ramadhan," lanjutnya (saat itu). Adys puasa? "Jelas dong. Meski mama memeluk agama lain (Kristen), tetapi beliau pasti bangun dini hari untuk memasak makan sahur. Begitu pula saat berbuka puasa, mama yang menyediakan. Bahkan mama sering mengingatkan agar Adys sholat, termasuk sholat tarawih. Tentu," ujarnya. Bahkan kata Adys, ayahnya (saat itu) sudah menunaikan ibadah haji. "Ketika papa naik haji tahun lalu (1989), mama mengantar ke 'airport', dan beliau juga yang menjemput ketika papa kembali dari tanah suci," ceritanya. Adys dengan bangga mengatakan bahwa keluarganya bisa jadi contoh yang baik dalam hal saling menghormati agama masing-masing bagi anggota keluarganya. "Kami selalu rukun," ujarnya. Dia sendiri diberi kebebasan untuk memilih agama sendiri. "Dan karena memilih Islam, saya harus melaksanakan semua kewajibannya dengan konsekuen. Ya sholat, ya puasa," kata Adys. Sewaktu ditemui di Balai Sidang Senayan Jakarta dalam acara Indo Beauty, Adys berada di atas Viva bersama Mega Silvia, sesama artis Jeka. Kepada pengunjung acara tersebut, artis yang ikut meramaikan sinetron serial Pondokan (TVRI) ini rajin menawarkan bermacam alat kecantikan produk Viva. "Yang ini lho, persis sama yang dipakai Adys," katanya sambil menunjuk bibirnya. Dok. Jawa Pos, 29 Maret 1990, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 17:26 |
#4533
|
Mania Member
|
SURABAYA KITA: PROGRAMA II TETAP DIRESMIKAN 10 NOVEMBER 1991
PROGRAMA II TVRI Stasiun Surabaya (waktu itu) tetap akan diresmikan 10 November 1991 yang waktu itu akan datang. Bangunannya saat itu sudah selesai 100% dan peralatannya juga sudah terpasang. Demikian juga menara pemancarnya. "Jadi, komentar bahwa pengoperasian Programa II itu terkatung-katung, sama sekali tidak benar," kata kabiro humas Pemda Jatim, Drs. Susanto kepada Jawa Pos, 26 Oktober 1991.
Peresmian itu memang menunggu saat yang tepat sehingga tidak bisa dilakukan begitu bangunan selesai. Menurut Susanto, pembangunan gedungnya sendiri (saat itu) telah selesai dan diserahkan oleh pemborongnya, 31 Desember 1990, untuk tahap pertama. Sedangkan tahap kedua diserahkan 2 Maret 1991. Peresmian tidak bisa dilakukan saat itu juga lantaran waktu itu masih dibangun menara untuk menempatkan pemancar. "Kini (Oktober 1991) alat itu sudah terpasang dan sudah siap diresmikan bersama dengan 'mess' TVRI oleh Bapak Menteri Penerangan (Harmoko)," tambah Susanto (waktu itu). Sementara pemilihan tanggal 10 November 1991, hanya semata-mata hari itu merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya Surabaya. "Peresmian pada tanggal itu sudah direncanakan sejak lama. Khan tidak salah kalau peresmian proyek besar itu ditepatkan pada hari bersejarah. Jadi, tidak berarti mengulur waktu peresmian karena pekerjaan belum selesai," katanya. Kepindahan Wayan Sudana dari PT Cipta Karya ke Gresik, kata Susanto, juga tak ada kaitannya dengan pembangunan Programa II. Cipta Karya adalah yang menangani proyek itu. Sebelum proyek itu diresmikan, Wayan dipindah sebagai kepala cabang dinas PU di Gresik. "Mutasi itu hanya semata-mata memenuhi jadwal yang telah ditentukan. Dia sudah saatnya dipromosikan. Jadi, tidak harus menunggu peresmian proyek Programa II," katanya. Susanto menjelaskan, meski Wayan (saat itu) sudah menduduki pos baru di Gresik, tetapi ia (waktu itu) masih tetap memberikan perhatian terhadap pembangunan Programa II itu. Koordinasi terus dilaksanakan sampai peresmian dilakukan. "Jadi tidak benar juga bila dikatakan Pak Wayan meninggalkan proyek yang masih terkatung-katung," tegasnya (waktu itu). Pembangunan Programa II, kata Susanto, berjalan sesuai bestek, baik kualitas maupun kuantitasnya. PT Cipta Karya menangani proyek besar itu setelah memenangkan tender. Penunjukan dia pun (saat itu) sudah melalui persetujuan Mendagri (Rudini) karena biaya yang digunakan melebihi Rp 1 milyar (Rp 1,2 milyar). Dok. Jawa Pos, 27 Oktober 1991, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 17:33 |
#4534
|
Mania Member
|
KARENA CITRA BU BROTO
CITRA baik Bu Broto yang melekat pada diri aktris Mieke Wijaya, telah menyebabkan artis itu menolak beberapa tawaran main film dan sinetron. "Tawaran-tawaran yang terpaksa saya tolak itu umumnya peran-peran antagonis," kata istri Dicky Zulkarnaen itu kepada Jawa Pos.
Sebagai bintang film, Mieke mengaku siap memerankan tokoh atau karakter apa saja. Namun citra Bu Broto sudah terlanjur melekat kepadanya. "Anak-anak mengatakan jangan. Sebab kalau peran antagonis diterima, citra Bu Broto dikatakan mereka bisa luntur," kata Mieke mengutip pendapat anak-anaknya. Menurut Mieke, selain film ada dua sinetron TVRI yang terpaksa tidak bisa dipenuhi, karena peran yang diberikan kepadanya sangat berbeda dengan karakter Bu Broto. "Salah satu yang saya tolak itu adalah peran Nyi Birah," katanya. Karakter tokoh Nyi Birah dan Bu Broto sangat berbeda. Ringkasnya, Nyi Birah adalah profil wanita jahat (antagonis), sedangkan Bu Broto adalah profil seorang wanita yang arif-bijaksana. Sejak "berhenti" jadi Bu Broto, tidak terhitung banyaknya surat yang diterima Mieke. Umumnya, isi surat itu menanyakan kapan Mieke muncul di TV. Bahkan (saat itu) masih ada yang menanyakan, apakah masih ada rencana "menghidupkan" lagi drama serial Losmen yang memiliki tokoh-tokoh seperti Pak Broto, Jeng Sri, Mbak Pur, dan Tardjo. Mieke (saat itu) mengakui ada banyak surat yang tak sempat dibalasnya, karena kesibukannya mengurusi bisnis Mieke Collecition-nya yang banyak menjual celana jeans itu. apalagi, minggu-minggu itu Mieke juga sibuk mengakui 'training', karena dia mendapat kepercayaan untuk mempromosikan alat-alat kecantikan merek terkenal. Untuk ini, Mieke (saat itu) akan "berceramah" di 12 kota Sumatera dan Jawa. "Jadi, ya bukan tak ingin main film atau sinetron. Sebagai artis, saya tetap mencintai profesi saya, "ujarnya. Bukti bahwa Mieke tidak meninggalkan profesinya, ibunda Nia Zulkarnaen (saat itu) tidak lama lagi akan muncul di TV untuk drama serial Rumah Masa Depan. "Saya bermain dalam dua episode untuk Rumah Masa Depan yang kembali diproduksi itu," ungkapnya. Namun Mieke (saat itu) belum tahu skedul penayangannya di TVRI. Yang bisa diungkapkan, "Untuk kedua episode di mana saya tampil, syutingnya sudah selesai," katanya (kala itu). Selain terpaksa menolak beberapa tawaran karena peran (antagonis), Mieke juga dengan jujur mengatakan ada yang dia tolak karena honor tak cocok. Hanya saja, Mieke tidak bersedia menyebut judul-judul film yang ditolaknya karena honornya tak cocok itu. Ditanya tentang tawaran Hari-Hari Terakhir Tjoet Nya' Dhien, yang pernah dimintakan kepadanya, Mieke mengatakan itu bukan karena honor yang tidak cocok. "Tentang peran Tjoet Nya' Dhien, terpaksa saya tolak karena saat itu saya kebetulan akan ke Malaysia," ujarnya (saat itu). Hari-Hari Terakhir Tjoet Nya' Dhien itu kemudian dipercayakan kepada artis penyanyi rock Renny Jayusman. "Tolong ditulis, saya tidak akan melupakan dunia film. Saya tetap mencintai dunia film dan masih akan bermain bila ada kesempatan," kata Mieke yang senang menyaksikan pertandingan sepakbola ini. Dok. Jawa Pos, 11 Maret 1990, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 17:37 |
#4535
|
Mania Member
|
SURABAYA KITA: SATU BULAN, SIARAN SCTV TANPA DEKODER
SELAMA masa percobaan, siaran Surabaya Centra Televisi (SCTV) tanpa menggunakan dekoder. Maksudnya, agar para pemirsa di Jatim, khususnya di wilayah Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan) bisa menyaksikan percobaan siaran itu selama satu bulan. "Masa percobaan siaran itu akan berlangsung sekitar Juni mendatang (1990)," kata Henry Pribadi, direktur PT SCTV, 23 Januari 1990, di Gedung Grahadi Surabaya.
Kedatangan Henry bermaksud untuk mendampingi Sudwikatmono, salah seorang komisaris PT SCTV yang melakukan pertemuan khusus dengan Gubernur Sularso, yang berlangsung sekitar 45 menit. Menurut Henry, masa percobaan satu bulan itu dilakukan sebelum SCTV menyelenggarakan siaran reguler secara definitif, Agustus 1990 yang saat itu akan datang. Kebijaksanaan tanpa penggunaan dekoder selama percobaan itu, selain berkaitan dengan masalah teknis, juga untuk memperkenalkan SCTV kepada masyarakat. Cara yang sama sebelumnya dilakukan oleh RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) menjelang penyelenggaraan siaran secara definitif. SCTV rata-rata per hari (waktu itu) akan menyelenggarakan siaran selama delapan jam, meski Departemen Penerangan memberikan izin siaran rata-rata per hari selama 12 jam. Pada Minggu dan hari-hari libur lainnya, SCTV (saat itu) akan menambah jam siarannya, sebagaimana juga yang dilakukan TVRI. Siaran pagi (saat itu) akan dimulai sekitar pukul 09.00 sampai 14.00. Setelah istirahat, sebagaimana biasa, sore harinya (waktu itu) akan 'on air' lagi. Tentang komposisi siaran, pengusaha muda (waktu itu) itu mengatakan bahwa siaran niaga (iklan) sebesar 15%, olahraga dan hiburan 50%, merelay siaran TVRI berupa warta berita sebanyak 10%, sedangkan sisanya yang 25% untuk siaran lainnya. "Siaran hiburan memang mendominasi SCTV," katanya. SCTV juga (saat itu) akan menyelenggarakan siaran khusus, misalnya pandangan mata dan lainnya. Untuk tahap sementara, kerjasama siaran itu (saat itu) masih akan dilakukan dengan TVRI. Pemasangan dekoder, kata Henry, (waktu itu) akan dilakukan sekitar Maret 1990 yang saat itu akan datang. Bersamaan dengan pemasangan alat itu, SCTV juga (saat itu) akan memasangkan antena khusus untuk para pelanggan. Siaran TV swasta ini (saat itu) akan menggunakan saluran UHF. Sebagaimana dikemukakan preskom SCTV, HM Noer di harian ini (Jawa Pos), 23 Januari 1990, harga dekoder itu berkisar antara Rp 60 ribu-Rp 70 ribu. Tetapi harga itu hanyalah merupakan jaminan saja, sehingga kalu pemirsa sudah tidak ingin berlangganan siaran SCTV lagi, uang itu bisa dikembalikan. Saat ditanya tentang titik impas modal yang diinvestasikan, Henry mengatakan sekitar delapan tahun (1990-1998), kalau jumlah pelanggannya sebesar 300 ribu. "Lebih banyak pelanggan lebih cepat modal kembali," katanya tersenyum. Sementara itu, rencana investasi sebesar Rp 100 milyar, dengan rekrutmen tenaga kerja sekitar 200 orang. Sementara itu, Sudwikatmono ketika dicegat ikut pertemuan dengan Gubernur Sularso, mengatakan bahwa saat itu SCTV mengonsentrasikan kegiatan pada pemenuhan persyaratan izin lokasi, 'zoning', IMB, dan lainnya, sebagaimana yang diminta Gubernur Sularso. "Diharapkan sebelum 1 Februari 1990 sudah selesai," katanya. Tanggal itu merupakan peletakan batu pertama pembangunan gedung stasiun SCTV oleh Menteri Penerangan Harmoko. Stasiun terletak di kawasan PT Darmo Permai Surabaya. Sudwikatmono mengatakan, kecuali kerjasama masalah teknis dan program siaran, SCTV itu tidak mempunyai kaitan dengan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) Jakarta. Sewaktu ditanyai tujuan penyelenggaraan TV swasta itu, dia mengatakan untuk memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha memperkenalkan hasil produksinya kepada masyarakat. Dok. Jawa Pos, 24 Januari 1990, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 17:40 |
#4536
|
Mania Member
|
WEKA GUNAWAN INGIN TEKUNI KEDOKTERAN
SEBENTAR lagi (waktu itu) dia dilantik sebagai dokter hewan. Weka Gunawan, nama gadis manis (waktu itu) ini. Kemudian setelah menyandang gelar dokter, dia (waktu itu) berniat akan membuka sebuah klinik. Namun bagaimanapun juga, dia telah terlanjur akrab dengan sebutan penyiar TVRI.
Maklum, karier Weka sebagai penyiar TVRI, memang lebih dulu dikenal ketimbang sebagai dokter yang studinya (waktu itu) baru dirampungkan itu. Dia nampang di layar kaca TVRI sejak tahun 1990. Tentu saja dia dikenal pirsawan sejak nongol pertama kali. Weka saat itu sedang menjalani masa kontrak kedua di TVRI Surabaya. Meskipun (saat itu) sudah sekitar 18 bulan jadi penyiar di sana, gadis (waktu itu) berlesung pipit ini mengaku sedang menghadapi tantangan baru (waktu itu). Maksudnya, tugas baru yang cukup menantang. Tugas baru (waktu itu) itu, memang menuntut dia harus menambah wawasan dalam bidang yang tidak relevan dengan ilmu yang ditekuninya di bangku studi. Sejak tiga bulan sebelumnya (Maret 1991), ternyata si sulung dari tiga bersaudara ini ditugaskan memandu acara musik Artistanada. Menantang, karena acara tersebut merupakan salah satu paket musik andalan TVRI Surabaya. Selain itu, ia mengaku sebelumnya jarang nongol di paket musik. "Saya tak menyangka bakal mendapatkan kepercayaan menjadi pemandu acara ini. Tapi bangga, meski harus belajar lagi. Saya harus memantau perkembangan musik," katanya. Weka yang lahir 22 Maret 1967, termasuk TVRI Surabaya tanpa rencana yang dipersiapkan matang. "Saya diajak Rima Karsono - tahun 1989 - ikut 'test' sewaktu TVRI membuka kesempatan sebagai penyiar. Saya tak menolak, namun lucunya, waktu itu Mbak Rima sendiri yang membantu mengantarkan surat lamaran saya," kenang Weka. Akhir 1989, Weka ikut tes. Setelah diterima dia harus menjalani latihan dan pembinaan untuk beberapa lama, sebelum mendapat kesempatan 'on air'. Pertama kali dia nampang di layar kaca, hanya selintas, untuk membuka dan menutup acara. Tak lama ia bolak-balik studio untuk tugas ini. Kemudian ia dipercayakan tampil memandu acara Remaja Berprestasi. "Itu 'on air' saya yang ketiga, dan merupakan acara yang paling berkesan bagi saya," akunya. Putri pasangan Gunawan dan Sitti Darhaini ini sekilas tampak manja. Tapi, jangan dikira dia "sakit" dikritik. "Sepanjang kritik itu konstruktif dan berdasarkan fakta, saya terima dengan senang hati. Banyak orang jadi maju karena kritikan membangun dari masyarakat," ujarnya. Maka tak heran, Weka yang pembawaannya kemanja-manjaan itu lebih senang dengan tugas-tugas yang menantang. Soalnya, katanya, pada saat mendapatkan tugas berat, dia (waktu itu) sudah siap menerima kritik, demi kebaikannya pada penampilan selanjutnya. Weka mengaku (waktu itu) tak akan melupakan kebaikan senior-seniornya seperti Rima Karsono, Mas Noeng HN, Rini Sugiono, Ari Purnomo Adji, dan sederet nama lain yang selama itu membimbingnya. Sebagai seorang dokter, tentu saja televisi bukan lahan subur bagi kreativitas dan masa depan. Makanya, hampir pasti (waktu itu) ia akan menolak, jika nantinya ada tawaran ikut pengangkatan pegawai TVRI. "Nanti kalau jadi pegawai tetap, saya tidak bisa buka klinik," katanya tersenyum. Memang tak salah kalau ia mengabdikan hidupnya nantinya dalam dunia ilmu yang ditekuninya. Yang jelas, lihat saja nantinya, kalau rumahnya (waktu itu) di Jalan Pumpungan IV/3, Surabaya sudah ada klinik. Berarti bukan klinik kesehatan masyarakat, pasti milik dia. Dok. Jawa Pos, 9 Juni 1991, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 19:50 |
#4537
|
Mania Member
|
DI BALIK TELEVISI: SIARAN PROGRAMA 2 DIUNDUR SEBULAN
REALISASI siaran terbatas Programa 2 TVRI Stasiun Surabaya direncanakan (saat itu), Desember tahun 1990, akan terwujud. Untuk memenuhi target itu, Juni 1990, sedang dipacu pembangunan sejumlah fasilitas, antara lain pembangunan dua buah studio dan pengadaan peralatan dari luar negeri. "Kami rencanakan Desember tahun ini (1990), Programa 2 sudah bisa 'on air' (mengudara, red)," kata Drs. Sudiyanto, kepala TVRI Stasiun Surabaya kepada Jawa Pos, 28 Juni 1990.
"Ini merupakan target waktu maksimal yang ditetapkan pusat. Artinya, kalau lebih cepat lebih baik. Namun kami tetap menjadwalkan Desember (1990) karena untuk tampil pertama harus betul-betul 'in' dan siarannya bisa sinambung," tambahnya. Dengan demikian, pergelaran Programa 2 tersebut diundur sebulan dari waktu yang telah direncanakan. Mulanya pihak TVRI Surabaya telah sepakat akan memulai siaran perdananya 10 November 1990. Tetapi karena ada beberapa masalah teknis, menurut Sudiyanto, waktu pelaksanaannya mengalami kemunduran. Siaran lokal yang (waktu itu) akan digelar nantinya, katanya mirip dengan siaran Programa 2 TVRI Jakarta. Yaitu berisikan kegiatan daerahnya, seperti berita-berita kota, penayangan objek wisata, dan beberapa paket lainnya. Untuk siaran bahasa Inggris, jelasnya, sementara Programa 2 TVRI Surabaya (waktu itu) masih akan merelai dari Jakarta, itu pun terbatas pada siaran warta berita saja. Menurut Sudiyanto, dengan adanya Programa 2 bukan berarti siaran ini hanya bisa dinikmati oleh warga Jawa Timur saja. "Kami sadari bahwa Surabaya tak lama lagi akan menjadi kota metropolitan. Makanya kami telah menyiapkan beberapa paket acara untuk mengantisipasi keadaan ini, jadi semua orang bisa sama-sama menikmati," jelas Sudiyanto tersenyum. Sementara itu, kepala teknik prasarana TVRI Surabaya, Suryo Asyanto secara terpisah mengatakan, memenuhi paket siaran terbatas itu pihaknya membangun sebuah menara relay yang baru. Karena bila menempel pada menara lama yang dimiliki saat itu, rasanya kurang sreg. "Risikonya besar, lagipula menara lama tak mampu memikul beban menara yang baru," katanya. Selain pembangunan menara itu, kata Suryo, juga sedang dibangun dua buah studio yang tergolong besar dan kecil. Studio besar berukuran 430 meter persegi, sedang yang kecil berukuran 80 m2. Sedangkan sebagian besar peralatan kamera dan alat perekam Jepang (waktu itu) sudah ada. Dok. Jawa Pos, 29 Juni 1990, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 19:51 |
#4538
|
Mania Member
|
OLAHRAGA: TVRI SIARKAN LANGSUNG ARGENTINA VS KAMERUN
TVRI (waktu itu) akan menyiarkan secara langsung pembukaan Piala Dunia Italia 1990, sekaligus pertandingan perdananya antara juara bertahan Argentina melawan Kamerun di Stadion Giuseppo Meazza, Milan - Italia, pukul 21.45 WIB hingga selesai.
Dan itulah satu-satunya siaran langsung TVRI di babak pertama putaran final Piala Dunia (rencana waktu itu). Siaran selanjutnya, (saat itu) akan ditayangkan setiap hari setelah acara Dunia Dalam Berita. "Sedangkan siaran selanjutnya, TVRI akan menyiarkan jurnal pertandingan yang berlangsung hari itu," demikian kata kepala bagian siaran TVRI, Adi Kasno. Lengkapnya, kata Adi, pertandingan yang dilaksanakan pada hari itu, termasuk pertandingan yang dilangsungkan pada pukul 02.00 WIB, (waktu itu) baru akan disiarkan dalam bentuk jurnal selama satu jam yang dimulai pukul 21.48 WIB. Selanjutnya, TVRI (waktu itu) akan kembali menyiarkan rekaman pertandingan hari itu, yang selesai pukul 22.00 WIB pada pukul 24.00 WIB. "Jadi waktu antara pertandingan dan penyiarannya di TVRI hanya selisih dua jam," kata Adi. Tentang kerjasama TVRI dan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) dalam siaran langsung ini, Adi mengatakan bahwa yang punya hak siaran sebenarnya adalah TVRI. "Tapi karena adanya koordinasi dan kerjasama di sini, maka kami juga menyerahkan pada RCTI untuk dapat menyiarkannya secara langsung," jelasnya. Keputusan tentang penyiaran ini oleh TVRI, baru dilakukan Sabtu (2/6/90) dengan rapat khusus. "Keputusan ini memang agak berbeda dengan rencana TVRI yang semula memprogramkan untuk menyiarkan secara langsung semua jadwal pertandingan," ujarnya. Pertimbangan-pertimbangan yang mengubah rencana semula tersebut, kata Adi, karena terdapat sejumlah acara penting yang harus disiarkan TVRI. "Kami kira masyarakat tidak akan terlalu kecewa dengan keputusan ini. Sebab toh, kami juga menyiarkan jurnal pertandingan hari itu dan tidak basi," lanjut Adi (waktu itu). Tentang dana penyiaran, Adi tidak memberikan komentar. Hanya katanya, pihak TVRI (waktu itu) telah menghubungi SDSB untuk dimintai kesediaannya bekerjasama. "Tapi sampai saat ini (3 Juni 1990) belum ada jawaban pasti dari pihak mereka," tuturnya (waktu itu). Dok. Jawa Pos, 4 Juni 1990, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 19:53 |
#4539
|
Mania Member
|
DI BALIK TELEVISI: 13 JUNI 1990 PUKUL 18.15, MENOPANG INDONESIA TIMUR (TVRI SURABAYA)
MESKIPUN merupakan salah satu acara yang paling sering ditayangkan, acara Daerah Membangun produksi TVRI Surabaya agaknya tak pernah kehabisan bahan. Itulah sebabnya, acara yang ditayangkan setiap Senin, Rabu, dan Jumat itu tampak penuh variasi dengan pengungkapan yang tidak membosankan.
Maklum, sesuai namanya, pembangunan yang (saat itu) sedang gencar-gencarnya dilaksanakan di setiap daerah negeri kita tak mungkin bisa "masuk" seluruhnya dalam acara yang hanya 15 menit. Walau namanya "daerah membangun", bukan berarti kota-kota besar luput dari acara tersebut. Daerah yang dimaksud agaknya lebih merupakan kawasan di luar Jakarta. Namun, yang ditayangkan TVRI Surabaya meliputi 37 daerah tingkat II di wilayah provinsi Jawa Timur. Pada umumnya yang ditampilkan adalah semangat gotong royong masyarakat dan hasil-hasil yang telah dicapai selama itu. Sektor pembangunan yang dijadikan topik bermacam-macam mulai pariwisata, perdagangan, sosial, sampai transmigrasi, pertanian dan sebagainya. "Demikian kompleksnya masalah-masalah pembangunan sehingga justru kami tak pernah kekurangan bahan. Yang kami lakukan adalah menampilkan bagian-bagian yang kiranya menarik," ujar Zulkifli, kepala sekai pemberitaan TVRI Surabaya. Kecuali itu, kata Pak Zul - demikian ia biasa dipanggil kru TVRI Surabaya - pihaknya juga harus menayangkan masalah-masalah yang aktual. Untuk mengethaui aktualitas suatu masalah, pihaknya mengikuti perkembangan dari surat kabar dan radio. "Jika suatu hal diungkapkan terus-menerus oleh media massa, bisa ditarik kesimpulan bahwa hal itu patut ditampilkan dalam konteks pembangunan nasional," kata Zulkifli. Dok. Jawa Pos, 13 Juni 1990, dengan sedikit perubahan |
18th April 2020, 19:55 |
#4540
|
Mania Member
|
DI BALIK TELEVISI: DI BALIK PBW ACARA, MAKIN MESRA DGN SUAMI, SETELAH DITINGGAL PERGI
KETIKA usianya mendekati kepala tiga, Sri Haryati Natalina dilanda berbagia cobaan. Setelah gagal meraih cita-citanya menjadi hakim, ia terus didera oleh kepergian suaminya. Kabur? "Ya.. kabur," ucapnya memelas. "Ketika itu, hati saya merasa kosong dan kosong," tambah penyiar TVRI Surabaya yang suka melempar senyum itu.
"Tapi waktunya nggak lama kok hanya setahun saja," kata wanita itu melukiskan masa kepergian suaminya. Penyiar cantik yang senang dipanggil Lina Suharyo itu memang pernah ditinggal pergi Ir. Djono Reso, sang suami. Memang setahun, tapi cukup membuat Lina merasa kesepian. Sang suami berada di negeri kincir angin untuk menambah dana. "Saya menyadarinya, tapi hati ini yang sulit diajak kompromi," kata Lina. Lina menyusul suaminya di luar negeri untuk kemudian kembali di tanah air. Kembalinya suami tercinta itu dimanfaatkan oleh Lina untuk mengakrabkan hubungan mereka yang waktu itu menghasilkan momongan berusia empat tahun itu. Sederetan paket acara pernah digarap, tapi ia mengaku (saat itu) belum merasa puas karena belum bisa menampilkan sesuatu yang terbaik. "Saya sering tampil prima, tapi ketika melihat kembali di teve saya rasa belum apa-apa, belum maksimal. Terutama dalam menguasai suatu paket, apakah hiburan atau paket penerangan dan pendidikan," ucapnya merendah. Oleh karena itu, ia mengatakan masih terus belajar untuk menyuguhkan yang terbaik pada pemirsa. Dok. Jawa Pos, 22 Juni 1990, dengan sedikit perubahan |
detikHot
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer