Mendapatkan Kembali Kehidupan: Kesaksian Gadis Enam Tahun yang Hidup Kembali
Cucu perempuanku menderita demam ringan—apa maksud semua ini?
Suatu hari di bulan Juni 2009, cucu perempuanku Guoguo yang berusia enam tahun pulang dari sekolah dengan lesu dan kemudian berbaring lemah di tempat tidur. Kupikir ini sangat aneh, karena biasanya dia sangat ceria, melompat-lompat dan berlari kian kemari. Aku berpikir: “Mengapa dia rebah ke tempat tidur begitu sampai di rumah? Mungkinkah dia sakit?” Aku segera membawanya ke klinik untuk menemui dokter. Dokter di sana mengatakan bahwa cucuku menderita demam ringan, dia memberi resep beberapa antipiretik, dan kemudian aku membawa cucuku pulang. Namun, setelah minum obat selama lebih dari sehari, Guoguo tidak membaik. Jadi aku membawanya ke klinik untuk menerima terapi intravena. Ketika dia menerima infus, demamnya mereda, tetapi satu atau dua jam setelah menerima infus, dia mulai demam lagi. Kemudian, dia tidak bisa makan, dan bahkan jika dia makan sesuatu, dia akan memuntahkannya. Dia menghabiskan hari demi hari, dan akhirnya dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berbicara. Istriku dan aku kemudian buru-buru menghubungi putra dan menantu kami, dan begitu mereka tahu tentang Guoguo, mereka bergegas kembali.
Keesokan harinya, putra dan menantuku membawa Guoguo ke rumah sakit daerah. Tidak lama setelah mereka sampai di sana, putraku menelepon dan berkata: “Ayah, Guoguo mengatakan hanya satu hal ketika kami tiba di sini, kemudian mulutnya mulai menegang, dan sekarang dia tidak dapat bicara. Dokter menyarankan agar membawa Guoguo ke rumah sakit lain sesegera mungkin.” Segera setelah aku mendengar apa yang dikatakan putraku, pikiranku menjadi gelisah dan sekujur tubuhku menjadi lemas dan lemah seperti bola karet yang kempes. Aku berpikir dalam hati, “Bagaimana mungkin penyakit cucuku bisa memburuk begitu cepat? Sekarang sampai-sampai dia tidak dapat bicara. Jika sesuatu terjadi padanya ….”
……
Keesokan harinya, Guoguo bangkit dari tempat tidur dan berlari kian-kemari. Dokter berkata padaku dengan takjub: “Sungguh ajaib! Tadinya dia tampak tidak bisa diselamatkan. Tidak terpikirkan bahwa, setelah sehari semalam, penyakitnya akan membaik. Selama bertahun-tahun sebagai dokter, aku belum pernah melihat situasi seperti ini. Suatu hari ada seorang gadis yang menderita ensefalitis, tetapi kondisinya tidak seserius cucumu. Setelah perawatan, dia kehilangan penglihatannya, sedangkan Guoguo, yang sudah tidak kami rawat, telah menunjukkan pemulihan yang ajaib! Ini di luar pemahamanku. Sungguh luar biasa!” Mendengar dokter mengatakan ini, aku dipenuhi rasa syukur kepada Tuhan dan tahu semua karena kuasa Tuhan yang besar sehingga cucuku hidup kembali. Nasib orang memang ada di tangan Tuhan, dan terlebih lagi hidup dan mati manusia. Sama seperti
firman Tuhan berkata: “Tentu saja bukan umat manusia yang memegang kuasa atas hidup dan mati, juga bukan makhluk dalam dunia alamiah, melainkan hanya Sang Pencipta, yang punya otoritas unik. Kehidupan dan kematian manusia bukan produk hukum dunia alamiah, melainkan konsekuensi dari kedaulatan otoritas Sang Pencipta“.
Melalui pengalaman luar biasa ini, aku mulai memiliki pemahaman akan pandangan konyol tentang percaya kepada Tuhan, dan aku menyadari: Memiliki iman kepada Tuhan, kita seharusnya tidak semata-mata mencari berkat atau menikmati kasih karunia Tuhan, tetapi harus memusatkan perhatian untuk mengalami penghakiman, hajaran, ujian, dan pemurnian, memperbaiki pandangan kita yang keliru tentang iman, dan menyingkirkan watak jahat Iblis dalam diri kita. Tidak peduli lingkungan yang kita hadapi yang bertentangan dengan gagasan kita, kita dapat menyandarkan iman dan ketaatan kita kepada Tuhan dan memberikan kesaksian bagi-Nya tanpa menyalahkan atau salah paham tentang Dia. Iman yang demikian kepada Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya. Selain itu, aku mulai memiliki pengetahuan dan penghargaan sesungguhnya tentang kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan. Aku melihat otoritas dan kekuasaan Tuhan ada di mana-mana, sehingga kehidupan dan kematian setiap orang dikuasai oleh Tuhan. Sekarang, imanku kepada Tuhan telah bertumbuh. Tidak peduli seberapa besar ujian yang kuhadapi, aku percaya bahwa Tuhan adalah penopangku yang teguh dan, bahkan, Dialah