Mendapat pemahaman perumpamaan menabur dari Tuhan Yesus
Yaqin belum terlalu lama percaya kepada Tuhan. Dia sangat suka membaca Alkitab. Suatu hari, dia membuka Matius 13:3-8 dan membaca, “Dan Dia berbicara banyak hal kepada mereka dalam perumpamaan, kata-Nya, Lihatlah, seorang penabur pergi untuk menabur; Dan ketika dia menabur, beberapa benih jatuh di pinggir jalan, dan unggas datang dan melahapnya: Beberapa jatuh di tempat berbatu, di mana tidak ada banyak tanah: dan segera mereka tumbuh, karena tanahnya tidak dalam: Dan ketika matahari terbit, tanaman itu kepanasan; dan karena tidak memiliki akar, menjadi layu. Dan beberapa jatuh di antara duri; dan duri bermunculan, dan menghimpitnya: tetapi yang lain jatuh ke tanah yang baik, dan menghasilkan buah, ada yang seratus kali, enam puluh kali, tiga puluh kali” Dia juga melihat banyak perumpamaan dalam beberapa ayat berikutnya (lihat Matius 13:24-33), seperti perumpamaan lalang, perumpamaan biji sesawi, perumpamaan ragi, dan lain-lain. Sesudah membaca perumpamaan-perumpamaan ini, dia berpikir: “Mengapa Tuhan Yesus selalu berbicara dengan perumpamaan ketika Dia berkhotbah kepada murid-murid-Nya? Apa kehendak-Nya di balik perumpamaan sang penabur?”
Keesokan siangnya, suami Yaqin, Han Lei, yang sebelumnya sedang pergi berkhotbah, pulang ke rumah. Kemudian Yaqin bercerita kepadanya mengenai kebingungan yang dihadapinya ketika dia membaca Alkitab pada hari sebelumnya. Suaminya berkata: “Baru-baru ini aku kebetulan membaca sebuah bagian dari
firman Tuhan di suatu situs web Injil bersama beberapa rekan kerjaku. Aku pikir ini bermanfaat untuk memecahkan masalah ini.” Yaqin dengan bersemangat berkata, “Benarkah? Coba aku baca.” Han Lei menghentikan pekerjaannya dan dengan cepat menyalakan komputer untuk membuka halaman situs tersebut, dan mereka duduk di depan komputer untuk membaca firman itu.
Firman Tuhan mengatakan: “The first one is the parable of the sower. This is a really interesting parable; sowing seeds is a common event in people’s lives. The second is the parable of the tares. As far as what tares are, anyone who has planted crops and adults will know. The third is the parable of the mustard seed. All of you know what mustard is, right? If you don’t know, you can have a look through the Bible. For the fourth one, the parable of the leaven, most people know that leaven is used for fermentation; it’s something that people use in their daily lives. All of the parables … are all drawn from people’s lives; they all come from people’s real lives. What kind of picture do these parables paint? This is a picture of God becoming a normal person and living alongside mankind, using the language of a normal life, using human language to communicate with humans and to provide them with what they need. When God became flesh and lived among mankind for a long time, after He had experienced and witnessed people’s various lifestyles, these experiences became His textbook for transforming His divine language into human language. Of course, these things that He saw and heard in life also enriched the Son of man’s human experience. When He wanted to get people to understand some truths, to get them to understand some of God’s will, He could use parables similar to the ones above to tell people about God’s will and His requirements of mankind.”
Setelah membaca bacaan ini, Yaqin tenggelam dalam pemikirannya.
……
Yaqin mengangguk dan berkata: “Betul! Syukur kepada Tuhan. Dari persekutuanmu, aku menjadi sedikit memahami mengenai perumpamaan sang penabur dan alasan mengapa Tuhan berkhotbah kepada para murid dalam perumpamaan. Aku bersedia untuk menjadi benih yang ditabur di tanah yang baik, mendengarkan dengan saksama firman Tuhan, dan melakukan jalan Tuhan, karena Tuhan Yesus berkata: ‘Bukan setiap orang yang memanggil-Ku, Tuhan, Tuhan, yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga; melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga‘ (Matius 7:21). Oleh karena itu, hanya mereka yang menaati ajaran Tuhan yang bisa masuk ke dalam kerajaan surga pada akhirnya. Aku harus berusaha keras untuk menjadi orang seperti itu.”