Mendapatkan Mereka yang Mengenal Tuhan dan Mampu Bersaksi Bagi-Nya adalah Keinginan Tuhan yang Tidak Pernah Berubah
Apakah yang engkau semua lihat di dalam janji Tuhan kepada Abraham? Tuhan memberikan berkat yang besar kepada Abraham hanya karena ia mendengarkan firman-Nya. Meskipun selintas, ini tampaknya biasa, dan hal yang wajar, di dalamnya kita melihat hati Tuhan: Tuhan terutama senang dengan ketaatan manusia kepada-Nya, dan menghargai pemahaman manusia akan Dia serta ketulusan manusia terhadap-Nya. Seberapa dalamkah Tuhan menghargai ketulusan ini? Engkau semua mungkin tidak mengerti seberapa dalam Dia menghargainya, dan mungkin tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Tuhan mengaruniakan seorang anak laki-laki kepada Abraham dan setelah anak itu tumbuh besar, Tuhan meminta Abraham untuk mempersembahkannya kepada Tuhan. Abraham mengikuti perintah Tuhan dengan tepat, ia menaati
firman Tuhan, dan ketulusannya itu menggerakkan hati Tuhan dan sangat dihargai oleh Tuhan. Seberapa dalamkah Tuhan menghargainya? Dan mengapa Dia menghargainya? Pada saat tidak ada seorang pun memahami firman Tuhan atau mengerti isi hati-Nya, Abraham melakukan sesuatu yang mengguncangkan surga dan menggetarkan bumi, dan itu membuat Tuhan merasakan kepuasan yang belum pernah dirasakan sebelumnya, dan itu membuat Tuhan bersukacita karena mendapatkan seseorang yang mampu menaati firman-Nya. Kepuasan dan sukacita ini datang dari makhluk yang diciptakan oleh tangan Tuhan sendiri, dan merupakan “pengorbanan” pertama yang manusia berikan kepada Tuhan dan itu adalah hal yang paling Tuhan hargai, dari sejak manusia diciptakan. Tuhan mengalami masa sulit menantikan pengorbanan ini dan Dia memperlakukannya sebagai hadiah terpenting pertama dari manusia, yang Dia ciptakan. Ini menunjukkan kepada Tuhan buah pertama dari upaya-Nya dan harga yang telah Dia bayar, dan memungkinkan-Nya untuk melihat pengharapan pada umat manusia. Setelahnya, Tuhan memiliki kerinduan yang bahkan lebih besar untuk memiliki sekelompok orang seperti itu yang akan menemani-Nya, memperlakukan-Nya dengan ketulusan dan memedulikan-Nya dengan ketulusan. Tuhan bahkan berharap Abraham hidup terus, karena Dia ingin memiliki hati seperti itu yang menemani-Nya dan menyertai-Nya selagi Dia melanjutkan pengelolaan-Nya. Tidak peduli apa pun yang Tuhan inginkan, itu hanyalah sebuah keinginan, hanyalah sebuah gagasan─karena Abraham hanyalah manusia yang mampu menaati-Nya, dan tidak memiliki sedikit pun pemahaman atau pengetahuan akan Tuhan. Dia adalah seseorang yang jauh dari standar persyaratan Tuhan bagi manusia, yakni: mengenal Tuhan, mampu bersaksi bagi Tuhan, dan sepikiran dengan Tuhan. Jadi, dia tidak dapat berjalan bersama dengan Tuhan. Melalui dipersembahkannya Ishak oleh Abraham, Tuhan melihat ketulusan dan ketaatan Abraham, serta melihat bahwa dia telah bertahan dalam ujian yang diberikan Tuhan kepadanya. Meskipun Tuhan menerima ketulusan dan ketaatan Abraham, dia masih tidak layak untuk menjadi orang kepercayaan Tuhan, untuk menjadi seseorang yang mengenal dan memahami Tuhan, dan yang mengerti tentang watak Tuhan. Ia masih jauh dari orang yang sepikiran dengan Tuhan dan yang melakukan kehendak-Nya. Jadi, di dalam hati-Nya, Tuhan tetap merasa kesepian dan gelisah. Semakin kesepian dan gelisah hati Tuhan, semakin perlu Dia sesegera mungkin melanjutkan pengelolaan-Nya, dan dapat memilih serta mendapatkan sekelompok orang untuk menyelesaikan rencana pengelolaan-Nya dan melakukan kehendak-Nya secepat mungkin. Inilah keinginan Tuhan yang besar dan keinginan ini tidak pernah berubah dari sejak semula sampai sekarang. Dari sejak Dia menciptakan manusia pada mulanya, Tuhan mendambakan sekelompok pemenang, sekelompok orang yang akan berjalan bersama-Nya dan mampu mengerti, memahami, dan mengenal watak-Nya. Keinginan Tuhan ini tidak pernah berubah. Terlepas dari berapa lama Dia masih harus menunggu, seberapa sulit jalan di depan, tidak peduli masih seberapa jauh tujuan-Nya tercapai, Tuhan tidak pernah mengubah ataupun menyerah dalam pengharapan-Nya kepada manusia. Sekarang setelah Aku mengatakan ini, apakah engkau semua menyadari sesuatu tentang keinginan Tuhan? Mungkin apa yang engkau sadari belum terlalu mendalam─tetapi kesadaran itu akan datang secara bertahap!