Kasih Tuhan Tak Terhitung—Bagaimana Kita Dapat Membayar Kembali Sebagian Terkecil Saja Darinya?
Kemudian, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: “Tuhan menciptakan umat manusia; terlepas dari apakah mereka telah dirusak atau apakah mereka mengikuti-Nya, Tuhan memperlakukan manusia sebagai orang-orang yang dikasihi-Nya—atau sebagaimana manusia katakan, sebagai orang-orang yang paling disayangi-Nya—dan bukan mainan-Nya. Meskipun Tuhan berkata bahwa Ia adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan-Nya, yang mungkin terdengar seperti ada sedikit perbedaan dalam peringkat, kenyataannya adalah segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan bagi umat manusia jauh melebihi hubungan semacam ini. Tuhan mengasihi umat manusia, memedulikan dan menunjukkan perhatian, dan secara terus menerus serta tanpa berhenti menyediakan bagi umat manusia. Di dalam hati-Nya, Ia tidak pernah merasa bahwa ini adalah pekerjaan tambahan atau sesuatu yang layak mendapatkan banyak pujian. Dia juga tidak merasa bahwa menyelamatkan manusia, menyediakan bagi mereka dan menganugerahkan segala sesuatu kepada mereka adalah memberikan kontribusi yang sangat besar kepada umat manusia. Ia hanya menyediakan bagi umat manusia secara diam-diam, dengan cara-Nya sendiri dan melalui esensi-Nya, apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya. Tidak peduli seberapa banyak penyediaan dan seberapa banyak pertolongan yang umat manusia terima dari-Nya, Tuhan tidak pernah berpikir atau berusaha untuk memperoleh pujian. Ini ditentukan oleh esensi Tuhan, dan juga merupakan ungkapan yang sebenarnya dari watak Tuhan. … Meskipun umat manusia sering memuji Tuhan atau bersaksi bagi-Nya, tidak satu pun dari perilaku ini dituntut oleh Tuhan. Ini karena Tuhan tidak pernah bermaksud agar hal-hal baik yang Ia lakukan bagi umat manusia ditukarkan dengan ucapan syukur atau dibayar kembali“.
Firman Tuhan ini sangat mengharukan bagiku. Tuhan memilih kita dari lautan manusia yang penuh sesak, memungkinkan kita untuk memahami beberapa kebenaran dari membaca firman-Nya, mendapatkan penegasan atas kebaikan dan kejahatan, keburukan dan keindahan. Dia mengizinkan kita untuk menjadi kudus di antara orang-orang di dunia ini dan menghindari bahaya Iblis, untuk hidup di bawah perawatan dan perlindungan-Nya, dan untuk mengambil jalan hidup yang benar dalam mencari kebenaran, takut akan Tuhan, dan menghindari kejahatan. Namun, kita tidak berpikir untuk membalas kasih karunia Tuhan, sebaliknya memiliki iman kepada Tuhan demi mendapatkan berkat dari-Nya. Setelah kita bekerja dan mengorbankan diri kita untuk Tuhan, mengalami sedikit penderitaan, sifat egois dan serakah kita pun terungkap; kita sering menggunakan semua ini sebagai modal untuk menuntut kasih karunia Tuhan dan meminta Tuhan agar menjaga keharmonisan rumah tangga kita dan keselamatan anggota keluarga kita. Kita berfokus menantikan berkat dari kerajaan surga dan mahkota kemuliaan yang akan diberikan oleh Tuhan kepada kita. Siapa yang tahu sepanjang apa tagihan yang kita berikan kepada Tuhan, tetapi sejak Tuhan menciptakan dunia ini dan melakukan segalanya untuk kita manusia, apa yang Dia minta dari kita? Dia menciptakan kita, mengembuskan kehidupan ke dalam diri kita, serta mempersiapkan udara, sinar matahari, hujan, dan makanan yang kita butuhkan, memungkinkan kita untuk hidup secara normal dengan makanan dan nutrisi dari Tuhan. Setelah dirusak oleh Iblis, Tuhan mengajarkan umat manusia tata cara hidup dengan mengeluarkan hukum dan perintah melalui Musa, serta cara menyembah-Nya. Dia membimbing umat manusia selama ribuan tahun. Kemudian, orang-orang mulai sering berbuat dosa dan tidak lagi menegakkan hukum, terus-menerus dikutuk dan dieksekusi. Tuhan sendiri mengambil rupa manusia dan dipakukan pada kayu salib, dengan menanggung segala dosa kita pada tubuh-Nya yang bebas dari dosa, menebus kita dari dosa. Sejak saat itu kita dapat menerima kasih karunia keselamatan Tuhan Yesus; jika kita mengaku dosa dan bertobat kepada Tuhan, kita dibebaskan dari dosa-dosa kita dan kita dapat menikmati kasih karunia dan berkat melimpah yang diberikan kepada kita oleh Tuhan. Selama ini, Tuhan diam-diam menyediakan makanan untuk kita, Dia membimbing kita dengan pekerjaan dan firman-Nya, dan Dia telah membayar harga pribadi yang sangat besar kepada kita. Meski begitu, Dia tidak pernah meminta kita untuk memberikan imbalan apa pun kepada-Nya, tetapi hanya berharap bahwa kita dapat benar-benar mengenal-Nya dan menaati-Nya. Melihat kasih Tuhan yang begitu besar ini, aku harus mencari di dalam hatiku sendiri.