Saya berhijab sejak SMP, bukan karena paksaan sekolah, orang tua, atau siapapun, melainkan karena kesadaran sendiri bahwa menutup aurat adalah kewajiban setiap muslimah yang telah akil baligh. Sejak saat itu, saya pun berhijab dan lambat laun diikuti oleh kakak perempuan dan ibu saya yang sekarang juga berhijab. Pengalaman masa awal berhijab bagi saya tidaklah mudah, dari diskriminasi hingga sakit hati pernah saya alami. Dulu saya pernah mengikuti kursus bahasa inggris dimana mayoritas murid dan pengajarnya adalah non-muslim, dan saat itu saya adalah satu-satunya perempuan yang berhijab. Saya akui bahwa kursus tersebut telah sukses dalam mengajarkan bahasa inggris ke saya, namun beberapa hal tidak mengenakkan pernah saya alami. Pernah suatu kali pengajar membahasa mengenai ibadah non-muslim/retreat dimana saya saat itu sama sekali tidak mengerti, pernah juga pengajar mengeluarkan kata-kata menyakitkan (entah sengaja atau tidak) saat saya diminta bercerita di depan kelas, hingga saya pun pernah mengunci diri di toilet tempat kursus karena tidak tahan dengan pengajar yang tidak memperlakukan saya dengan baik. Namun syukurlah, disana saya memiliki seorang sahabat (non-muslim juga) yang mengerti saya dan tidak membedakan saya. Serta saya juga membuktikan bahwa saya bisa menjadi juara 1 dalam lomba story-telling yang pernah diselenggarakan sehingga pengajar saya tidak lagi bisa meremehkan kemampuan saya. Setelah sekitar 6 tahun, saya pun menamatkan kursus bahasa inggris saya dengan hasil memuaskan. Hingga hari ini, saya dengar bahwa tempat kursus tersebut kini telah memiliki banyak murid dan pengajar yang berhijab, meskipun dengan pemilik yang sama seperti dulu (non-muslim). Hal itu membuat saya bahagia mengetahui bahwa murid-murid berhijab yang sekarang tidak akan mengalami hal-hal buruk yang dulu saya alami.