Gw yakin kongres ini bisa menghasilkan satu PSSI.
cuma memang korban dari kongres ini adalah PSSI yang lama. Dalam artian kongres ini menjadi jalan formalisasi masuknya KPSI kedalam PSSI.
hal ini bisa dilihat sejak masuknya 4 mantan Exco menjadi Exco kembali dan Menpora dipegang Roy Suryo.
Somehow sejak saat itu kebijakan Djohar menjadi sejalan dengan La Nyala, sehingga semua usulan La Nyala diakomodasi oleh Djohar, sementara 6 Exco yang lama ntah mengapa tidak bisa membendung hal tersebut.
Beberapa contoh dari hal2 tersebut adalah:
- pemecatan Halim Mahfuz dari posisi Sekjen,
- pemecatan Nil Maizar
- penentuan peserta KLB
Untuk item terakhir itu notabene peserta KLB PSSI yang sekarang ini adalah pendukung KPSI, jadi KLB PSSI ini bisa dibilang KLB-nya KPSI.
Dan dari apa yang terjadi di dalam KLB antara lain:
- WO-nya 6 Exco
- diterimanya secara aklamasi penyatuan Liga dimana 'seluruh' klub LSI dan 'hanya' 4 klub LPI yang akan bermain di Divisi Utama
- adanya agenda tambahan penentuan tanggal Kongres Biasa, yang notabene akan dipakai untuk mengganti Djohar dengan 'yang lain'
Anyway, dengan direstuinya KLB ini oleh FIFA, maka tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan hasil KLB untuk kepentingan bersama. Halma, 6 Exco yang WO dan 18 caretaker Pengda tidak memiliki kekuatan untuk membentuk liga tandingan, apalagi sepertinya Apin-Ipin sudah menarik diri dari sepak bola indonesia.
Pertanyaan sekarang adalah setelah KLB ini (dan setelah kongres biasa) apakah sepak bola indonesia akan kembali menjadi seperti sebelum masa Djohar (ie. masa Nurdin Halid) ataukah akan menjadi sesuatu yang lebih baik tidak ada yang tahu. Yang tahu adalah yang saat ini mengikuti KLB.
Yang jelas adalah percobaan managemen bola Djohar-Ipin-Widjo yang dengan LPInya gagal total (termasuk klub sepak bola tidak menyusu dari APBD(?)).
Semoga sepak bola Indonesia kedepan menjadi lebih baik dari masa kepemimpinan Nurdin Halid dan Djohar. Amin.
|