View Single Post
Old 30th January 2008, 16:36
#1  
kisaku
Banned
kisaku is offline

Join Date: Dec 2007
Posts: 494
kisaku is a celebrity wannabe

Default Kaisar Kangxi, the best Chinese emperor

Kaisar Kangxi (Hanzi: 康熙, 4 Mei 1654-20 Desember 1722) adalah kaisar Dinasti Qing ketiga dan Kaisar Tiongkok kedua dari bangsa Manchu yang memerintah tahun 1661 sampai 1722. Ia dikenal sebagai salah satu kaisar terbaik yang pernah dimiliki Tiongkok karena selama masa pemerintahannya Tiongkok berkembang pesat dalam kebudayaan maupun militer, rakyat pun hidup dalam kedamaian. Pada masa itulah Tiongkok menjadi kekaisaran terbesar di dunia dengan wilayah terluas, populasi terbanyak, pasukannya kuat serta kekayaannya berlimpah. Masa pemerintahannya yang berumur 61 tahun menjadikannya sebagai kaisar yang paling lama bertahta dalam sejarah Tiongkok. Ia mewarisi tahta pada usia 8 tahun, dalam usianya yang masih sangat dini itu, dia didampingi oleh keempat walinya dan neneknya, Ibusuri Xiaozhuang, yang banyak berpengaruh dalam kehidupannya.
Kehidupan Awal

Kangxi terlahir dengan nama Aisin Gioro Xuanye (爱新觉罗玄燁) sebagai putra ke-3 Kaisar Shunzhi dan selir Tunggiya. Tahun 1661, Shunzhi dilaporkan meninggal dan mewariskan tahta padanya. Sebelumnya Shunzhi telah menunjuk Suoni, Ebilong, Sukesaha, dan Aobai sebagai wali untuk membantu kaisar bocah itu menjalankan pemerintahan. Keempat wali ini tidak pernah akur dan saling bertikai untuk berebut kekuasaan. Diantara mereka Aobai adalah yang paling ambisius. Ia menjadi wali tunggal bagi Kangxi setelah kematian Suoni dan menggiring Sukesaha untuk dihukum mati, serta Ebilong menyatakan tunduk padanya. Tahun 1669, dalam usianya yang ke-14, Kangxi memutuskan untuk memerintah secara independen. Dengan bantuan Ibusuri Xiaozhuang, ia menjebak Aobai dan menjebloskannya ke penjara. Sejak itu Kangxi baru bisa memerintah secara mandiri.

Musim semi 1662, Kangxi mengadakan pembersihan besar-besaran di Tiongkok selatan terhadap gerakan-gerakan separatis anti-Qing yang dimotori oleh loyalis Ming, Zheng Chenggong. Program ini meliputi pemindahan seluruh populasi di daerah pesisir selatan Tiongkok.

Tahun 1673, meletuslah Pemberontakan Tiga Raja Muda yang dipimpin oleh para mantan jenderal Dinasti Ming yang membelot. Wu Sangui, yang terkuat diantara mereka telah menguasai sebagian besar daerah selatan dan bersekutu dengan para panglima lokal di sekitarnya. Untuk menghadapinya, Kangxi mempersatukan para pejabatnya untuk mendukung dalam perang itu, dia juga merekrut jenderal-jenderal yang mampu untuk menumpas pemberontakan. Selain itu ia memberikan pengampunan pada para tawanan perang. Strategi yang diterapkan Kangxi adalah menundukkan ketiga raja muda ini satu-persatu secara terpisah hingga akhirnya pemberontakan ini berhasil ditumpas pada tahun 1681 dengan dikalahkannya Wu Shifan, cucu Wu Sangui.

Kangxi menumpas pemberontakan oleh suku-suku di Mongol dalam dua bulan dan memasukkan mereka dalam Pasukan Delapan Bendera. Setelah Zheng Keshuang (cucu Zheng Chenggong) menyerah, pemerintah Qing menganeksasi Taiwan tahun 1684, dengan demikian Tiongkok telah dipersatukan. Tidak lama setelah itu, wilayah pesisir kembali diisi. Untuk mendorong berkembangnya pemukiman, pemerintah Qing memberikan dana insentif kepada setiap keluarga yang bermukim disana.

Dalam hubungan diplomatik dengan negara lain, tahun 1673, Kangxi berperan sebagai mediator dalam gencatan senjata dalam perang Trinh-Nguyen di Vietnam. Perang antara dua klan itu telah mengoyak-ngoyak Vietnam selama 45 tahun, dengan adanya gencatan senjata ini, perdamaian berlangsung selama 101 tahun.


Konflik dengan Rusia
Sejak abad XVI, kekaisaran Rusia berusaha memperluas wilayahnya ke selatan. Tentara mereka memasuki wilayah Heilongjiang, disana mereka merampok dan membunuhi rakyat tak berdosa. Sejak tahun 1650an Tiongkok dan Rusia telah beberapa kali terlibat peperangan di sana. Pemerintah Qing mengirim tentaranya dari Terusan Shanhai untuk memerangi pasukan Rusia.

Pos terdepan Rusia di Albazin adalah pos militer pertama mereka yang direbut Tiongkok pada tahun 1685. Setelah serangkaian pertempuran dan negosiasi, kedua negara akhirnya menandatangani Perjanjian Nerchinsk tahun 1689. Dalam perjanjian itu Tiongkok dan Rusia mencapai enam kesepakatan yaitu: ditetapkannya perbatasan antar dua negara; pembongkaran benteng Albazin; membuka perdagangan antar dua negara; pengekstradisian kriminal perang dan desertir; pemberian ijin menetap bagi warga negara asing yang ingin bermukim; dan melupakan kesalahan-kesalahan masa lampau. Tiongkok juga berhasil mendapatkan daerah lembah Amur (Heilongjiang) dari perang ini.


Ekspedisi hukuman atas Mongol
Ketika jaman itu, Mongolia terbagi atas tiga wilayah yaitu: Mongolia Selatan, Utara, dan Barat. Mongolia Selatan telah dianeksasi dan menjadi bagian dari Tiongkok, sementara dua lainnya juga telah tunduk dan mengirimkan upeti tahunan pada Tiongkok. Saat itu, suku Dzugar dan Khalkha sedang terlibat konflik. Pada tahun 1688, kepala suku Dzugar, Galdan Tseren mengirim pasukan untuk menginvasi wilayah suku Khalkha. Pemimpin Khalkha, Jetsundamba Khutughtu meminta bantuan pada Kerajaan Qing Tiongkok. Tahun 1690, suku Dzugar dan Khalkha yang dibantu oleh Tiongok bertempur di Ulaan Butun (sekarang wilayah Mongolia Dalam), dalam pertempuran ini pasukan Tiongkok kalah oleh Dzugar.

Tahun 1696, Kangxi secara pribadi memimpin 80.000 pasukannya untuk membalas kekalahan enam tahun silam. Mereka mengalahkan Galdan dalam Pertempuran Dsuunmod. Galdan melarikan diri ke Pegunungan Altai dimana ia meninggal tahun berikutnya. Namun suku Dzugar masih merupakan ancaman bagi Tiongkok, terutama setelah mereka menduduki Lhasa, Tibet tahun 1706. Setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan Dzugar akhirnya takluk pada tahun 1720.

Prestasi
Kangxi dianggap sebagai salah satu teladan penguasa yang ideal. Ia berusaha keras meminimalkan konflik antara etnis Han dan Manchu yang merupakan isu utama pada masa-masa awal Dinasi Qing. Ia mempekerjakan banyak orang Han dalam berbagai tingkat jabatan. Ia juga mencabut kebijakan pada masa pemeritahan ayahnya yang menetapkan bahwa hanya jabatan gubernur dan kepala daerah harus dipegang oleh orang Manchu. Baginya mempelajari sejarah dan budaya Han Tiongkok adalah hal yang penting agar lebih mengerti tentang mereka dan memperlancar urusan-urusan administratif. Ia sering memantau kehidupan rakyatnya dengan terjun ke tengah mereka dengan berpakaian sipil, dengan demikian ia dapat melihat secara langsung kondisi kehidupan rakyat jelata.

Walaupun orang Manchu, Kangxi memiliki mampu menguasai bahasa Mandarin dengan baik, ia juga menguasai filsafat Konfusius dan hafal karya-karya klasik Tiongkok. Hal inilah yang dipakainya sebagai senjata ideologi untuk mengambil hati orang Han. Perilakunya ini menjadi teladan bagi orang Manchu lainnya sehingga mulailah mereka berorientasi pada budaya Han dan menganggap diri mereka sebagai orang Tionghoa asli.

Dalam bidang pertanian, ia mengeluarkan titah bahwa tanah pertanian tidak boleh digunakan untuk tujuan lain selain untuk pertanian itu sendiri. Tanah-tanah milik para bangsawan Ming dikembalikan pada kaum petani dan para bangsawan Manchu diperintahkan agar berhenti merampas tanah milik orang Han. Pengurangan dan pembebasan pajak dalam jangka waktu tertentu diterapkan di beberapa daerah yang terbelakang atau terkena bencana alam. Dengan kebijakan demikian, rakyat merasa sangat diuntungkan dan perekonomian meningkat pesat pada tahun-tahun berikutnya.

Pada masa pemerintahannya juga, pertukaran budaya barat dan timur berlangsung dengan harmonis. Kangxi seorang yang rajin belajar dan penuh rasa ingin tahu tentang dunia luar, dia mempekerjakan beberapa orang barat untuk mengajarinya ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan budaya barat. Salah satunya yang terkenal adalah seorang misionaris Belgia bernama Ferdinand Verbiest yang ditunjuk olehnya sebagai kepala deputi biro ilmu matematika untuk mengatur implementasi sistem kalender modern dan merekonstruksi alat-alat astronomi. Verbiest juga berjasa dalam mengembangkan senjata meriam sehingga memperkuat sistem pertahanan Tiongkok. Selain Verbiest, juga ada Matteo Ripa, misionaris Italia, yang bekerja sebagai pelukis dan pemahat kerajaan. Ketika kembali ke negerinya, Ripa mendirikan lembaga studi Tiongkok pertama di daratan Eropa. Lembaga ini merupakan cikal bakal berdirinya Università degli studi di Napoli L'Orientale atau Universitas Studi Ketimuran Napoli.


Kamus KangxiKangxi juga mengumpulkan orang-orang terpelajar untuk menyunting Kamus Kangxi, sebuah kamus aksara Tiongkok/ Hanzi terlengkap yang pernah dibuat, ia menuliskan kata pengantar untuk kamus itu. Ia juga seorang yang tertarik dengan musik dari barat, ia dapat menyanyikan lagu-lagu barat dan menjadi kaisar Tiongkok pertama yang memainkan alat musik barat yaitu piano. Dia menyunting sebuah buku mengenai perbandingan instrumen musik Tiongkok dengan barat yang berjudul Lu Lu Zheng Yi Pian.
Reply With Quote