Kenapa aku menganalogikan diriku bagai remah roti ? Karena aku merasa tak sebanding dengannya.
Diaaa..
Berasal dari keluarga yg berada, agamis, berjiwa usaha tinggi. Tabungan buat masa depan pun sudah disiapkan. Jauhlah kalo dibandingkan aku yg sampai saat ini masih luntang-lantung tak menentu
Aku merasa, hari demi hari jarak di antara kami semakin terbentang jauh. Aku tertatih merangkak, sedang dia sudah berlari sedemikian jauhnya.
Kalian tak akan pernah mengerti bagaimana rasanya merasa diri kita ga pantas..merasa tak layak..
Berkali kucoba untuk berhenti dan melupakannya. Lelah rasanya. Capek hati. Capek pikiran. Lelah dengan semua tingkahnya yg mengabaikan. Tak pernah peduli yg kurasakan
Aku tau, dia sudah tak menginginkanku lagi. Aku terlalu egois memaksakan perasaan ini. Cuma bisa mengenang hari-hari yg telah lewat yg pernah kulalui bersamanya. Nyesek...
Buat apa terus mengharap orang yg tak pernah menghargai perjuangan kita ? Buat apa berjuang untuk orang yg tak peduli ?
Buat apa merendahkan diri untuk menanti yg tak akan pernah kembali ?
Ya..
Meski tertatih, hancur hati ini, aku harus pergi.
Mengikis rasa sayangku padanya.
Tertatih pergi, membawa sisa kepingan hati.
Tertatih pergi, meski hati ingin tetap tinggal....