View Single Post
Old 3rd June 2020, 01:35
#5232  
MrRyanbandung
Mania Member
MrRyanbandung is offline

Join Date: Mar 2012
Posts: 5,580
MrRyanbandung is a new comer

Default TVRI AMBON DIRESMIKAN MENPEN HARMOKO, JUMAT, 19 FEBRUARI 1993

MENTERI Penerangan RI, H. Harmoko dijadwalkan (waktu itu) akan meresmikan gedung baru stasiun pemancar TVRI Ambon pada Jumat, 19 Februari 1993 yang waktu itu akan datang, yang terletak di Gunung Nona, Kodya Ambon. Selain meresmikan gedung TVRI Ambon, Harmoko (waktu itu) akan mengunjungi gedung percetakan harian Suara Maluku di Desa Galala, dan redaksi Pos Maluku. Ia (waktu itu) akan didampingi Dirjen RTF Drs. Alex Leo Zulkarnaen, dan Direktur Televisi Drs. H. Aziz Husein. Demikian keterangan yang diperoleh Jawa Pos dari kepala stasiun TVRI Ambon, SWS Purnomo, di ruang kerjanya, Jumat (12/2/93).

Dalam keterangannya, Purnomo mengatakan, gedung yang (waktu itu) akan diresmikan itu, saat itu telah menghabiskan dana Rp 300 juta, itu belum termasuk biaya peralatan studio dan transmisi.

Gedung yang ditangani kontraktor PT Bumi Perkasa Timur Ambon dan PT Yodya Karya Jakarta itu merupakan gedung termegah yang dilengkapi peralatan teknologi canggih. Semua peralatan yang dipakai menggunakan teknologi modern (waktu itu) produksi Sumitomo Corporation Jepang. "Pokoknya, peralatan yang kami gunakan nanti lebih canggih dibandingkan yang dipakai studio lain," ujar Purnomo yang (saat itu) sudah 30 tahun bergelut dalam dunia pertelevisian itu.

Meskipun studionya canggih, kemampuan daya pancarnya masih terbatas (waktu itu), meliputi kodya Ambon, pulau-pulau Lease, sekitar pulau Seram bagian selatan dan utara, serta Masohi.

"Keterbatasan daya pancar itu karena terbatasnya daya transmisi. Karena itulah, dari 12 pemancar yang ada di Maluku tidak semua bisa merelai TVRI Ambon. Sebab, keterpencilan pulau menyebabkan daya jangkau pemancar pun terbatas," ujar Purnomo yang saat itu didampingi kepala teknisi studio Suryono dan kepala TVRI sektor transmisi Maluku, Suhatman Djein.

Bangunan tersebut dikerjakan selama lebih setahun sejak 14 Oktober 1991, berukuran 250 meter persegi untuk gedung perkantoran, sementara gedung instalasi elektronik berukuran 250 meter persegi, dan ruang dekorasi berukuran 250 meter persegi. Daya listrik yang (waktu itu) akan digunakan sebanyak 555 KVA. "Dulunya kami hanya mengandalkan genset berkekuatan 20 KVA. Itu digunakan semata-mata menjaga kemungkinan lampu PLN padam. Lantas, kalau tiba-tiba lampu padam, pemirsa bisa memaklumi karena kemampuan genset kami terbatas. Meskipun hal itu masih menjadi kendala, kami yakin dengan gedung baru ini, kendala itu bisa teratasi," ucap Purnomo.

Menyinggung soal kualitas sumber daya manusia di TVRI Ambon, Purnomo mengakui, kendala itu masih tetap ada sejak adanya TVRI Ambon menggunakan stasiun produksi keliling (SPK). Namun demikian, untuk mengatasi hal itu pihaknya saat itu telah mengikutsertakan 28 tenaga untuk mengikuti pendidikan operasionalisasi produksi mutu siaran dan pendidikan jurnalistik di TVRI Ujungpandang.

Selama masa uji coba, stasiun TVRI Ambon telah membuka beberapa mata acara yang semuanya lebih ditekankan pada acara hiburan dan penampilan budaya daerah Maluku. Ini disesuaikan animo masyarakat Maluku. "Penampilan nilai-nilai budaya Maluku ini semata-mata untuk menghadang masuknya arus globalisasi informasi dari bangsa asing," ucap Purnomo.

Untuk itu, Purnomo mengimbau tokoh masyarakat, generasi muda budayawan dan seniman di empat kabupaten di Maluku, Ternate, Tual, Masohi dan kodya Ambon, agar benar-benar memanfaatkan sarana TVRI Ambon ini sebagai wadah mengekspresikan nilai-nilai kebudayaan daerah. "Di dalam penampilan nanti, tak ada batasan untuk menonjolkan daerah lain. Pola siaran budaya daerah, akan kami sesuaikan menurut jadwal, agar tidak terkesan melebih-lebihkan daerah lain," ujar Purnomo.

Dok. Jawa Pos, 13 Februari 1993, dengan sedikit perubahan
Reply With Quote