HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Rabu, 2024/03/28 12:03 WIB
Harvey Moeis Suami Sandra Dewi Tersangka Korupsi Timah, Pakai Rompi Pink
-
Rabu, 2024/03/28 12:33 WIB
Penampilan Ammar Zoni Berjenggot Saat Tiba di Kejari Jakarta Barat
-
Rabu, 2024/03/28 12:52 WIB
Lolly Pulang ke Indonesia, Nikita Mirzani: Dia Dideportasi dari Inggris
-
Rabu, 2024/03/28 16:10 WIB
Momen Langka, 3 Anak Michael Jackson Berpose Bersama di Karpet Merah
-
Rabu, 2024/03/28 16:36 WIB
Celine Evangelista Makin Serius Dalami Islam
-
Rabu, 2024/03/28 12:44 WIB
Pemain Sinetron Ojek Pengkolan, Sopyan Dado Meninggal Dunia
|
Thread Tools |
3rd June 2020, 02:22 |
#5251
|
Mania Member
|
HIBURAN DAN TV: GALARAMA (TVRI SURABAYA) DITUNDA
PAKET Galarama TVRI Surabaya, yang dijadwalkan muncul 6 Februari 1991 malam pukul 20.00, ditunda penayangannya. Acara itu diperkuat oleh 'lady rocker' yang (waktu itu) sedang naik daun, Ita Purnamasari dan Roery Rossa. Sedangkan lawaknya, Kwartet S. Kelompok ini menyinggung materi Perang Teluk lewat Dunia Dalam Berita.
Djatikusumo jadi anggota pasukan Multinasional. Bambang memerankan Saddam Husein. Sedangkan Noor Ana sebagai penyiarnya. Kasie siaran, Joko Sutrisno mengatakan, setelah diedit ternyata durasi paket itu tidak sampai 50 menit. Dok. Jawa Pos, 7 Februari 1991, dengan sedikit perubahan |
3rd June 2020, 02:23 |
#5252
|
Mania Member
|
DISIARKAN TVRI SEBAGAI KORUPTOR, DIPUTUS BEBAS
MANTAN kepala inspeksi pajak Surabaya Selatan, Drs. Moh. Ali Husin Arief dibebaskan dari segala tuntutan hukum oleh Pengadilan Tinggi (PT) Jatim. "Terdakwa Ali dibebaskan karena seluruh dakwaan jaksa dinyatakan tidak terbukti," kata Markus Sajogo, SH, penasihat hukum Ali, kepada Jawa Pos, 10 Juni 1991 malam.
Berkas putusan majelis hakim PT yang diketuai H. Rajo Harahap, SH itu diterima Markus, 10 Juni 1991. Dua anggota majelis hukum lainnya adalah Ny. H. Sulichah Sarchan, SH dan HA Kadir Mappong SH. Ali sebelumnya dijatuhi hukuman 2 tahun penjara dengan denda Rp 1,5 juta pada 5 Februari 1990 oleh Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Bahkan, saat itu keputusan PN disiarkan di TVRI. "Bila TVRI dulu (1990) menyiarkan bahwa Ali seorang koruptor, kini (1991) TVRI seharusnya 'fair' dengan menyiarkan bahwa Ali bukan koruptor," tandas Markus. Ali didakwa jaksa Moh. Slamet, SH telah melakukan tindak pidana korupsi sekitar Rp 600 juta melalui pemberian restitusi pajak milik NV Djawa Indah. Jaksa mendakwa Ali melanggar pasal 1 (1) sub B UU No 3 tahun 1971. Saat itu, PN sependapat dengan jaksa bahwa uang Rp 600 juta itu bukan restitusi pajak milik NV Djawa Indah, melainkan milik negara. Dengan demikian, Ali dinyatakan telah melakukan korupsi. Akibatnya, Ali harus menerima hukuman 2 tahun penjara dari PN. Keputusan PT justru sebaliknya. Majelis hakim di PT menilai, uang Rp 600 juta itu memang benar-benar restitusi pajak milik Djawa Indah dan bukan milik negara. Oleh karena itu, Ali tidak terbukti melakukan korupsi, sehingga majelis hakim akhirnya memutuskan membebaskan Ali dari segala tuntutan hukum. Dok. Jawa Pos, 11 Juni 1991, dengan sedikit perubahan |
3rd June 2020, 02:23 |
#5253
|
Mania Member
|
HIBURAN & TV: ADITYA DAN ENDAH TAMPIL DI GO SKATE
ADITYA Sundawa, Endah Kuswantoro, bersama Zhenda Band serta Teater Enda Surabaya, (waktu itu) akan pentas di Go Skate Surabaya Indah, pada 24 Januari 1991. Acara itu dibungkus dalam paket bertitel Pesta Musik & Teater Januari '91. Rupanya, Aditya dan Endah (waktu itu) sedang banyak rejeki. Buktinya, pada 25 Januari 1991, mereka harus rekaman suara untuk TVRI Surabaya. Berbeda dengan Endah, sudah satu tahun (saat itu) Aditya tidak nongol di layar gelas Surabaya.
"Kali ini TVRI Surabaya meminta saya mengisi acara Favorit Anda paket Februari (1991). Untuk itu saya diminta nyanyi keroncong," kata Aditya (waktu itu). Dua tokoh kita ini rupanya ditakdirkan selalu bersama dalam 'show'. Pada 27 Januari 1991, mereka menyanyikan lagu Banyuwangi yang diriingi musik tradisional (gamelan). "Untuk paket acara Campursari Stasiun Surabaya. Yang ini juga 'on air' pada Februari yang akan datang (1991)," kata Aditya (waktu itu). Aditya mengaku ini merupakan pengalaman baru (waktu itu) yang menarik. Karena selama itu dia belum pernah diiringi gamelan. "Apalagi, hampir 10 tahun saya tidak pernah nyanyi lagu-lagu daerah," katanya (waktu itu). Pada 15-16 Januari 1991 lalu, Aditya disibukkan syuting acara musik TVRI Stasiun Jakarta Programa II. Acara syutingnya ditunda-tunda. "Sampai-sampai untuk itu saya tak berani menerima 'job' nyanyi 2 kali dari Bandung dan Jambi. Ini risiko, saya milih muncul di kaca TV karena pada 1990 saya jarang muncul," katanya. Akhir-akhir itu, Aditya sering 'tour show' ke daerah-daerah. Dia pun (waktu itu) tidak sempat membuat album baru. Dok. Jawa Pos, 22 Januari 1991, dengan sedikit perubahan |
3rd June 2020, 02:25 |
#5254
|
Mania Member
|
BANYAK TINGGALKAN PAKEM, PENAYANGAN LAKON SAKERA DI SCTV
SENIMAN ludruk senior di Surabaya, menilai lakon Sakera yang ditayangkan SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia), 26 Desember 1991 lalu, banyak yang meninggalkan pakemnya. Bahkan untuk kelihatan keren, lakon itu juga menampilkan kidungan 'Jula Juli' dalam bahasa Inggris.
Demam menampilkan paket ludruk, mulai tampak di dua media layar kaca Surabaya, yakni SCTV dan TVRI. Setelah 26 Desember tahun 1991 lalu, SCTV menggelar lakon Sakera, belakangan TVRI giat bekerjasama dengan Artis Safari Jatim untuk membuat paket ludruk. Rencananya, paket itu (waktu itu) akan digelar dalam pekan sinetron TVRI Surabaya, Februari 1992 yang waktu itu akan datang. Sementara itu, Cak Naryo, anggota ludruk yang ikut mendukung paket ini, mengatakan penggarapan acara ini jelas tidak sama dengan yang telah ditayangkan SCTV. Sebab, ludruk ini (waktu itu) akan digarap tuntas, sesuai naskah dari awal hingga akhir. Sedangkan SCTV ketika menayangkan lakon Sakera, ada pemenggalan yang mengurangi alur cerita, sehingga penonton tidak tahu prolognya. Dikatakan Cak Naryo, saat penayangan di SCTV, penonton langsung diajak menyaksikan Sakera lolos dari penjara Kalisosok, kemudian dua penjaga kampung yang mengintip Marlena, istri muda Sakera, pacaran dengan Brodin, keponakan Sakera. "Sakera yang lolos dari penjara, langsung mengamuk ketika melihat istri muda dan keponakannya pacaran. Tapi, penonton yang semula belum tahu pakem lakon Sakera, tentu bertanya-tanya, kenapa Sakera dipenjara." Pemenggalan cerita itu, kurang pas, kata Naryo. Sebab, Sakera yang digambarkan dalam legenda adalah seorang mandor tebang tebu milik pabrik gula di kawasan Bangil itu, kedudukannya ditaksir para pamong praja kawasan tersebut. Sehingga, dia difitnah agar dipecat dari tempat kerjanya. ''Akhirnya, dia kalap dan membunuh pimpinan pabrik, yang berkebangsaan Belanda, setelah Sakera tidak berhasil minta uang gajinya. "Yang berperan sebagai Sakera, kurang pas, bahkan vokalnya seperti sengaja dibesar-besarkan." Menurut Cak Naryo, jika ingin mengangkat kembali pamor ludruk, seharusnya diangkat seutuhnya kemudian, baru diberi polesan baru. Modifikasi Remo yang memakai latar belakang empat penari wanita, dan tampilnya Kartolo ada sentuhan semacam 'dance group' yang melatarbelakangi dinilai Cak Naryo cukup bagus. Hal ini dibenarkan oleh Cak Kandar, pimpinan karawitan yang mengiringi penampilan paket Kidung Jenaka yang ditayangkan tiap Minggu sore di TVRI Surabaya. "Ada yang khas di kesenian ludruk. Ada yang bisa diubah, ada yang tetap. Warna boleh berubah dalam arti modifikasi, namun bahan dasar dan bau tetap yang dulu," katanya sembari tertawa. Sesuai dengan keterangan Gina R Supardi, kabag humas SCTV, tayangan ludruk versi SCTV ini sebagai langkah uji coba. "Kalau memang mendapatkan respon yang baik, akan kami teruskan dan akan dijadikan paket." Dok. Jawa Pos, 8 Januari 1992, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 17:48 |
#5256
|
Mania Member
|
HIBURAN & TV: PAK NOER MAU BERTEMU PAK DWI, SOAL JABATAN PRESKOM SCTV
SAMPAI 18 Maret 1991, HM Noer masih belum bersedia memberikan jawaban atas permintaan atas permintaan komisaris SCTV (Surya Citra Televisi), Sudwikatmono untuk tetap duduk sebagai presiden komisaris televisi swasta di Surabaya itu. Ditanya Jawa Pos apakah Pak Noer mau jika Pak Dwi ingin menemuinya? "Ya mau saja," jawabnya.
Telah diberitakan, mantan gubernur Jatim ini mengundurkan diri dari SCTV. Keputusan yang mengejutkan ini, berkaitan erat dengan pelaksanaan program siar SCTV yang dinilai kurang mempertimbangkan aspek kebiasaan dan kultur masyarakat Jatim yang agamis. Puncak keprihatinan Cak Noer terjadi, saat media kaca ini merencanakan paket siaran mimbar agama Islam tapi dikemas dengan siaran komersial. Terhadap rencana modal siar seperti itu, MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jatim menyatakan keberatannya. Lembaga ini lantas mengirimkan surat keberatan itu kepada Cak Noer. Ternyata, Cak Noer tidak tahu-menahu soal rencana seperti itu (baca Jawa Pos, 15 dan 16 Maret 1991). Berbagai upaya memang dilakukan SCTV, agar Cak Noer bersedia memegang jabatan presiden komisaris SCTV selama itu. Setelah direksi dan komisaris SCTV rapat Jumat siang (15/3/91) lalu, pada malam harinya mereka berkunjung ke kediaman Cak Noer. Kunjungan itu tanpa Sudwikatmono, lantaran tokoh sineplek ini mempunyai tugas lain di Jakarta. Husein Suryopranoto, salah seorang komisaris kepada Jawa Pos saat ditemui di Grahadi, 18 Maret 1991 mengatakan, kala itu kunjungan sebagian direksi dan komisaris didampingi pengurus MUI Jatim. "Baik MUI maupun SCTV tetap berharap agar Pak Noer bersedia mengemban posisi yang ada di SCTV Surabaya," katanya. Permintaan agar putra Madura ini tetap memperkuat SCTV, lanjut Husein, juga dikemukakan Gubernur Jatim, Sularso, dalam pertemuan di Grahadi yang membicarakan Pabrik Gula Candi Sidoarjo. "Kami percaya Pak Noer bersedia kembali ke SCTV," ucapnya. Menurut salah seorang pengusaha terkemuka di Jatim ini, kehadiran Cak Noer sangat dibutuhkan SCTV. "Untuk mengelola media kaca itu, tetap dibutuhkan kehadiran figur seperti Pak Noer yang mengetahui Jatim luar dalam," katanya. Masalahnya, lembaga sensor yang menyeleksi layak tidaknya satu program siaran untuk ditayangkan, belum tentu mampu mewakili seluruh keperluan masyarakat luas. Satu paket siaran mungkin tidak ada masalah saat diputar di provinsi lain. Tetapi, belum tentu paket siaran itu bisa diterima masyarakat Jatim. Untuk itulah, dibutuhkan satu figur yang bisa menjembatani dan menjadi filter dalam menentukan layak tidaknya sebuah program di provinsi ini. Pengunduran diri Cak Noer dan berbagai keberatan masyarakat, (waktu itu) akan menjadi koreksi SCTV untuk berhati-hati melangkah di masa yang waktu itu akan datang. Oleh karena itulah, TV swasta di Surabaya ini (waktu itu) akan membentuk satu tim yang beranggotakan direksi untuk menentukan kelayakan suatu program siar ditayangkan di Jatim. "Sebelumnya memang ada, tapi kurang kuat karena hanya dikendalikan 'general manager' saja. Dengan tim yang beranggotakan direksi, diharapkan perannya akan kuat." Pernyataan senada juga dikemukakan dirut SCTV, Drs. Supoyo, Ak. "Kami sangat percaya, Pak Noer bisa kembali ke SCTV." Dok. Jawa Pos, 19 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 17:49 |
#5257
|
Mania Member
|
ACARA BARU SCTV (JULI 1991), PANGGUNG LIBELS DAN BANK KITA
DUA acara menarik milik SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia) - waktu itu - akan digelar di hadapan pemirsanya, Selasa (9/7/91). Acara tersebut adalah Panggung Libels dan Bank Kita. Panggung Libels digelar pukul 19.30, sedang Bank Kita sore lebih awal, pukul 17.00. Pemandu acaranya adalah musisi dan aktor kenamaan, kelompok Trio Libels dan Deddy Mizwar.
Deddy Mizwar yang (waktu itu) akan memandu paket Bank Kita, (kala itu) akan bertutur dengan gaya seorang pengiklan, tentang manfaat bank untuk masyarakat. Acara ini juga (waktu itu) akan menampilkan adegan hidup mirip fragmen, seputar masalah perbankan di salah satu keluarga. Acara yang berdurasi hanya 30 menit ini, menurut rencana (waktu itu) akan ditayangkan setiap bulan sekali. Setiap bulan akan berganti permasalahan dalam bentuk fragmen yang dimainkan. Namun, tetap seputar informasi perbankan. Acara ini sebenarnya tidak istimewa, karena yang dituang adalah informasi perbankan. Hal itu hampir sama dengan yang dilakukan oleh TVRI. Hanya pemandu acara ini seorang aktor terkenal dan dikemas dengan berbagai variasi, sehingga tidak menimbulkan kesan jenuh dan menggurui. Peran Deddy dalam hal ini cukup menolong paket berbicara masalah bank tersebut, terutama akting dia yang tidak diragukan lagi dalam hal ini, sehingga bisa menarik perhatian pemirsa dalam hal ini. Meski terlepas dari peran sponsor, yang jelas acara ini memang perlu untuk memberikan gambaran yang positif pada kalangan awam, yang belum mengetahui apa itu manfaat bank, terutama dengan uang mereka yang nantinya disimpan dalam suatu bank. Dengan demikian, peran informasi yang diemban oleh SCTV mulai bertahap untuk diberikan. Khususnya informasi untuk rakyat kecil. Sementara acara Panggung Libels, yang (waktu itu) akan ditayangkan pukul 19.30, merupakan paket hiburan berdurasi 30 menit pula. Pengisi acara ini adalah Vina Panduwinata, dengan penata musik Doddy Sukman dan Angky BP. Tema yang (waktu itu) akan dilempar dalam acara tersebut adalah Hidup Ini Milik Kita. Dalam acara ini, kelompok Libels selain sebagai pemandu juga pengisi acara. Dan acara ini memang mirip dengan bincang santai dengan artis yang ditampilkan. Pembicaraan seputar liku-liku artis dan kegiatan yang ada selama itu. Tentu saja tidak lepas dunia musik. Staf humas SCTV, Kun Aida mengatakan, bahwa acara ini adalah hasil kerjasama SCTV dengan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia). Pengambilan gambar dan proses dilakukan oleh kru dari RCTI, yang banyak mengambil lokasi di Jakarta. Dok. Jawa Pos, 7 Juli 1991, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 18:05 |
#5258
|
Mania Member
|
IKANG FAWZI-INKA ISI PENTAS MUSIK, DEDDY DHUKUN DAN BERLIAN HUTAURUK JG IKUT NIMBRUNG
'ROCKER' bersuara serak, Ikang Fawzi, Inka Christie, Deddy Dhukun dan Berlian Hutauruk, (waktu itu) akan muncul di acara Pentas Musik yang (waktu itu) akan ditayangkan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)-SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia) 6 Agustus 1991 malam. Acara yang digelar tiap dua minggu sekali ini, merupakan produksi gabungan RCTI-SCTV.
Ikang Fawzi yang dikenal sebagai 'rocker elite' ini, 6 Agustus 1991 malam (waktu itu) akan membawakan lagu barunya (ketika itu) ciptaan sendiri, Ada Dua Cinta. Lagu tersebut merupakan 'soundtrack' dari film produksi istrinya sendiri, Marissa *****, yaitu Sepondok Dua Cinta. Tembang yang bernafaskan 'slow rock' ini mengisahkan tentang cinta segitiga yang dialami oleh pasangan muda, sesuai dengan tuntutan cerita yang ada dalam skenario film tersebut. Seperti biasanya, Ikang setiap membawakan lagu dalam album-album terbarunya lebih banyak membawakan ciptaan sendiri. Dan kali ini warnanya sedikit berbeda, 'slow rock'. Dia terbiasa dengan warna pop rock yang ritmenya cukup cepat. Sedangkan Inka Christie yang juga tampil 6 Agustus 1991 malam, membawakan tembang terbarunya (ketika itu), Gambaran cinta. Meskipun beda, baik lirik maupun melodi, lagu ini sedikitnya diilhami oleh 'single' pertamanya, Cinta Kita yang cukup meledak itu. Sebab, penggarap musik dan syairnya tetap sama, M. Nasir dan Youngky RM. Secara jujur, harus diakui bahwa Gambaran Cinta ingin mengikuti sukses Cinta Kita. Karena itu, baik lirik maupun melodi dibuat mirip, meskipun tidak terlalu kental. Bedanya, pada tembang ini, dibawakan sendiri oleh mojang Priangan (waktu itu) tersebut. Tidak seperti yang dilakukan pada Cinta Kita. Ketika membawakan lagu itu, Inka duet dengan Amy Search. Bisa jadi lagu ini sebagai tolok ukur bagi Inka, apakah dia bisa melaju terus tanpa kehadiran Amy di sisinya untuk tampil duet. Sebab, terangkatnya nama Inka berkat kesuksesan lagu Cinta Kita, yang dilagukan bersama Amy. Dan Amy, vokalis Search asal Malaysia ini, sudah duluan kondang dengan albumnya, Isabella. Sedangkan Deddy Dhukun yang namanya akrab dengan warna pop 'trendy', 6 Agustus 1991 malam (waktu itu) akan menyajikan karyanya sendiri yang didendangkan bersama Ira, Tertawa. Seperti biasa, corak karya Deddy kali ini tetap sama, pop kreatif. Sementara Berlian Hutauruk yang bersuara sopran ini, (waktu itu) akan membawakan kenangan lama, buah cipta komponis kondang, Rinto Harahap, Tangan Tak Sampai. Lagu yang dulunya cukup mendayu dan melankolis ini, diubah menjadi lagu yang cukup dinamis. Penampil lainnya yang ikut mewarnai Pentas Musik kali ini adalah Nella Regar, Andreas W, Johan Untung, Ramona Purba, K2B, dan Gress Band. Pembawa acara tetap seperti yang dua minggu sebelumnya, Andri Sentanu. Dok. Jawa Pos, 6 Agustus 1991, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 18:07 |
#5259
|
Mania Member
|
HIBURAN & TV: CHRISYE BICARA SOAL ROCK, DI ROCKET (SCTV) 23 MARET 1991 SORE
CHRISYE tampil sebagai bintang tamu dalam paket Rocket (SCTV), 23 Maret 1991 sore. Dia (waktu itu) akan memperbincangkan perkembangan musik rock. Mengapa mesti rock? Bukankah selama itu Chrisye tak pernah menyentuh rock? "Siapa bilang saya nggak pernah menyentuh rock?," tukas Chrisye. Menurut dia, warna musiknya tidak luput dari rock. Hanya saja, alunan lagu yang dikumandangkan agak lain dengan rock milik grup keras lainnya.
Warna musik Chrisye lebih cocok dikaitkan dengan klasik rock, yang hampir mirip milik Genesis maupun Pink Ployd. Tengok saja garapannya di album pertama. Simak pula saat dia kumpul dengan Badai Band, yang sempat mencetak hit abadinya, Badai Pasti Berlalu. Dalam album-album awalnya, misalnya Sabda Alam, musik mantan anggota The Pro's ini tampak kental mengarah ke klasik rock. Warna itu sedikit berubah saat dia menggarap Hip-Hip Hura-Hura. Mulai Hip-Hip Hura-Hura, dia memasukkan unsur pop kreatif (atau pop progresif). Mungkin itu untuk memenuhi trend atau selera pasar. Yang jelas, 'beat-beat' rock (ketika itu) belum bisa ditinggalkan oleh bapak dua anak (waktu itu) ini. Warna musik Chrisye bisa dikatakan nyaris sama dengan warna musik milik anggota Gang Pegangsaan. Sebut saja Keenan Nasution, Harry Sabar, dan Guruh Sukarno Putra. hanya Fariz, yang tampak lebih variatif. Mengapa dia memilih jalur musik itu? Mungkin, lingkungan pergaulan Chrisye di Gang Pegangsaan yang membentuk karakternya. Atau karena suara sengaunya sangat pas buat nada yang dialunkan. Menurut Chrisye, musiknya itu universal. Dia malah tidak mau terkotak oleh satu warna tertentu. "Musik saya ya begini ini. Terserah orang mau mengatakan apa." Terlepas dari semua itu, patut juga kita catat keberuntungan dia setiap membawakan lagu. Baik itu lagu milik sendiri maupun orang lain. Tidak jarang lagunya mencetak hit, bahkan 'box office' dalam angka penjualan. 23 Maret 1991 sore, dia tidak melantunkan lagu. Dia tampil hanya sebagai pembicara. Pemandunya, Gladys Suwandi dan Jeffry Waworuntu. Paket Rocket, 23 Maret 1991 sore, bisa dikatakan sebagai ajang pamer musik keras. Dari 'hard rock' hingga 'heavy metal', bahkan 'contemporary rock', ada di paket kita kali ini. Anthrax mengumandangkan tembang kerasnya, Got The Time. Gotfield mencuatkan For U. Kedua kelompok inilah yang mungkin bisa menghangatkan suasana 23 Maret 1991 sore. Mereka tampil dengan aksi panggungnya yang cukup atraktif. Yang menjadi 'new entry' kali ini adalah Warrant lewat tembang 'slow rock'-nya, I Saw Red. Lainnya, Mark Knopler dan Chet Atkins dendangkan Poor Boys Blue, Seiko (All The Way to Heaven), Aishah (Janji Manismu dan Palsu), Indigo Girls (Hammers & Nail). Dok. Jawa Pos, 23 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 18:09 |
#5260
|
Mania Member
|
MOH. NOER AJUKAN MUNDUR DARI SCTV
H. Moh. Noer (waktu itu) akan mengundurkan diri dari SCTV (Surya Citra Televisi). Surat permohonan pengunduran diri presiden komisaris SCTV ini, menurut sebuah sumber resmi (saat itu) sudah diajukan ke pusat, 7 Maret 1991 lalu.
Dalam acara tumpengan peresmian ruang siar baru SCTV di Surabaya, hari Jumat (15/3/91), masalah permohonan pengunduran tokoh Jatim ini kemungkinan (waktu itu) juga akan dibicarakan antar pimpinan SCTV, termasuk Sudwikatmono, salah seorang anggota dewan komisaris SCTV. Moh. Noer sendiri saat dihubungi Jawa Pos di Jakarta, 14 Maret 1991 sore tidak bersedia memberikan penjelasan secara rinci. "Wah, untuk sementara jangan tanya masalah itu dulu," ketika dihubungi di Hotel Mandarin, beberapa menit setelah 'check' in'. Alasannya, "urusannya" (waktu itu) masih belum selesai. Pak Noer - panggilan akrabnya - menyarankan agar wartawan menanyakan masalah ini pada SCTV saja. "Pokoknya sekarang (Maret 1991) jangan tanya itu dulu kepada saya. Kalau mau tahu, silakan tanya langsung kepada SCTV saja," ujarnya (baca juga keterangan pihak SCTV di bagian lain halaman 9 Jawa Pos, 15 Maret 1991). Ditanya apakah kedatangannya ke Jakarta ini, juga dalam kaitan rencana pengunduran diri tersebut, Pak Noer menjawab, "Saya kemari untuk urusan keluarga." Keterangan yang diperoleh Jawa Pos, Pak Noer mengajukan permohonan pengunduran diri tersebut secara tertulis pada 7 Maret 1991 lalu. Tapi sampai 14 Maret 1991, SCTV masih belum memberikan jawaban atas permohonan itu. Diduga, SCTV (waktu itu) akan mencoba untuk meminta Pak Noer mengurungkan niat pengunduran diri mantan gubernur Jatim itu. Pak Noer, dalam kesempatan sebelumnya, ketika ditanya Jawa Pos saat menghadiri pelantikan Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya mengenai hal ini, hanya tersenyum saja. Yang jelas, dia tidak membantah kebenaran berita tersebut. "Surat itu sudah saya kirimkan, tapi jangan tanya macam-macam dulu," ucapnya sambil menuju mobilnya. Ketika dikejar pertanyaan mengenai alasan rencana pengunduran diri tersebut, Pak Noer juga menjawab dengan senyum. "Saya sedih sekali. Tapi sudahlah, jangan tanya dulu. Semua orang akan tahu mengapa saya mengambil langkah seperti itu," katanya sambil meminta diri. Berita pengunduran diri Moh. Noer dari SCTV ini memang sempat mengejutkan semua pihak. Langkah yang ditempuh sesepuh masyarakat Jatim yang merintis pendirian TV swasta kedua di Indonesia - dari keterangan yang diperoleh Jawa Pos - terutama berkaitan dengan penayangan beberapa film hiburan yang dianggap kurang mendidik dan bahkan dikhawatirkan menimbulkan pengaruh buruk pada generasi muda Jatim. Menurut sumber yang berkeberatan disebut namanya itu, Pak Noer sudah menyampaikan keberatan. Tokoh kharismatik ini, lanjut sumber itu menyarankan (waktu itu) agar soal program yang akan ditayangkan didialogkan dulu. "Tapi saran-saran yang cukup baik itu tidak mendapat tanggapan semestinya." Moh. Noer, kata sumber ini, cukup tanggap mendengar keluhan masyarakat. Dok. Jawa Pos, 15 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
detikHot
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer