HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/04/24 11:43 WIB
Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu, Meninggal Dunia Dalam Usia 96 Tahun
-
Senin, 2024/04/24 11:29 WIB
KPU Tetapkan Prabowo Jadi Presiden dan Gibran Wakil Presiden Baru RI
-
Senin, 2024/04/24 11:47 WIB
Ganjar Mengaku Tak Diundang ke Penetapan Prabowo-Gibran
-
Senin, 2024/04/24 12:17 WIB
25 Makam Nabi dan Rasul Allah SWT
-
Sabtu, 2024/04/23 14:49 WIB
PAN Siapkan Eko Patrio-Zita Anjani Pilkada Jakarta, Desy Ratnasari di Jabar
-
Kamis, 2024/04/21 10:11 WIB
Cak Imin Balas Wasekjen PBNU soal Bela Gus Ipul: Nggak Nanggepi Pengangguran
|
Thread Tools |
23rd October 2021, 18:37 |
#32
|
Mania Member
|
sebenarnya banyak yg salah paham bahwa di vaksin itu jadi kebal terhadap covid, sebenarnya bukan demikian...
di vaksin itu artinya tubuh diberi amunisi tambahan untuk melawan covid, jadi tubuh masih bisa kena vitus covid dan sakit, tapi karena sudah punya amunisi maka tubuh akan melawan covid itu dengan lebih cepat dan kuat. selama perang antara tubuh dan covid itu maka manusianya akan sakit, bisa berupa demam kecil, atau demam parah tergantung daya tahan tubuh. bila demam kecil maka hampir tidak terasa, bila demam parah ya masuk rumah sakit. bila orang tidak di vaksin maka tubuh tidak punya amunisi tambahan ini, akibatnya perang akan lama dan bila virus lebih kuat akan mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh yg menyebabkan kematian. selama perang ini tergantung dengan daya tahan tubuh, bila orangnya lemah ya walau divaksin juga dapat menyebabkan kematian, bila daya tubuh kuat walau tidak divaksin juga bisa sembuh walau ada organ tubuh yg rusak akibat collectoral damage dari perang ini karena perangnya yg lama.... jadi meskipun divaksin juga tetap dapat tertular, bukan kebal... itu pengertian yg harus dibenarkan dulu. yg benar bila divaksin maka tubuh akan lebih mampu melawan virus covid dan gejala yg timbul akan lebih ringan, pengertian ini yg harus dibenarkan. |
Last edited by dwi2124; 23rd October 2021 at 18:39.. |
23rd October 2021, 18:40 |
#33
|
|
Mania Member
|
Quote:
|
|
23rd October 2021, 18:50 |
#34
|
|
Mania Member
|
Quote:
semua yg terkena virus itu akan sakit, cuma sakitnya sebentar karena tubuh mampu melawan dan membunuh virus itu dgn cepat, atau sakitnya lama karena tubuh masih dalam proses melakukan perlawanan karena daya tahan tubuh yg lebih lemah.. jadi waktu di test, orang yg memiliki daya tahan tubuh lemah terinfentivikasi "sakit"... jadi test ini super missleading... suatu hal konyol yg diakui dunia dan dipublikasikan untuk kepentingan bisnis negara barat... |
|
23rd October 2021, 21:47 |
#35
|
|
Groupie Member
|
Quote:
Efikasi itu sebenarnya membandingkan orang yang terdeteksi tertular antara yang divaksin dan kelompok pembanding yang tidak divaksin. Kata kuncinya terdeteksi. Kalau 10 dari 100 orang yang divaksin tertular dan 10 dari 100 orang dari kelompok pembanding tertular. Efikasinya belum tentu 0 karena bisa saja 5 dari 10 orang yang divaksin itu tidak terdeteksi tes PCR karena kadar virus tidak pernah cukup tinggi untuk terdeteksi tes PCR berkala atau kebetulan waktu di PCR berkala belum naik kadarnya atau sudah turun kadarnya. Justru hasil efikasi akan lebih akurat kalau jumlah persentasi orang yang tertular sama di kelompok yang divaksin dan yang tidak divaksin. Itu artinya kemungkinan tertular sama besar, jadi bisa ukur apakah vaksinnya membantu agar kadar virus tidak terdeteksi alias orangnya cepat sembuh atau tidak sakit parah. Makanya efikasi itu susah dibandingkan karena banyak hal yang mempengaruhi hasil. Kalau misalnya peserta jarang ketemu orang yang sakit COVID-19 sehingga kemungkinan tertular kecil, efikasi bisa sangat tidak akurat atau tidak ada hasil karena tidak ada orang yang tertular sehingga tidak bisa dibandingkan. Kemudian tergantung prosedurnya berapa sering orangnya dites PCR dan mesin PCR-nya itu standarnya berhenti pada berapa CT value sebelum dianggap hasilnya negatif. Tapi memang tidak ada cara yang lebih bagus untuk uji kemampuan vaksin. Sama seperti efektivitas vaksin juga banyak faktor yang bisa mempengaruhi keakuratan hasil. Pada dasarnya efikasi maupun efisiensi vaksin itu berdasarkan ilmu statistik, sama seperti cara exit poll untuk pilpres atau pilkada atau survei sebelum pemilihan terjadi. Itu bisa sangat akurat kalau dilakukan dengan benar tapi banyak faktor yang bisa membuat hasil jadi salah walaupun dilakukan dengan jujur. |
|
King of Losers Last edited by kumalraj; 23rd October 2021 at 21:50.. |
24th October 2021, 09:55 |
#36
|
|
Mania Member
|
Quote:
seharusnya untuk menguji semua yg divaksin dan di placebo harus menghadapi kondisi yang sama tanpa prokes dan perlindungan sama sekali. maka akan ketahuan berapa persen kesembuhan dan itupun harus dalam perioda tertentu... karena daya tahan tubuh dan kemampuan tubuh produksi perlawanan (bukan hanya antibody, karena masih ada sel darah putih, serum dan banyak lagi mekanisme tubuh dlm melawan virus). ada yg cepat sehingga menimbulkan sakit dan demam tinggi, ada pula yg perlahan lahan tapi tubuh tidak sakit dan demam... tapi itu semua diabaikan demi bisnis para produsen vaksin itu dan penjualannya.. makanya mereja mengeluarkan iklan effikasi tinggi padahal tidak demikian.. karena effikasi semua vaksin itu 0 alias masih dan pasti terkena virus dan tubuh melakukan perlawanan. cuma dengan vaksin maka tubuh di beri amunisi dulu, tapi perlawannaya tetap pemberian tuhan mau cepat atau lambat, mau sakit atau tanpa gejala sama sekali... karena miss informasi ini maka seolah olah setelah divaksin tubuh kebal, padahal cuma dibohongi.... cuma sayang karena konspirasi global maka hal ini disengaja, mungkin agar orang mau divaksin.. jadi sengaja dibuat miss informasi.. jadi meskipun tubuh punya ct value yg rendah malah bisa itu yg benar karena tubuh hanya mampu produksi demikian untuk melawan virus karena daya tahan tubuh yg rendah, bila dipaksa malah justru bisa menimbulkan masalah. makanya itu disebut perlawanan secara lambat karena menyesuaikan kemampuan tubuh tersebut. dari perlawanan yg rendah itu maka orang tubuh tidak menimbukan medan perang yg dasyat yg dapat merusak organ. walau proses kesembuhannya jadi lama.. |
|
Last edited by dwi2124; 24th October 2021 at 10:04.. |
24th October 2021, 11:08 |
#37
|
Groupie Member
|
Agak bingung sama komentar ini maksudnya tubuh punya CT value rendah itu apa? Itu CT value dari tes apa? tes PCR COVID-19?
|
King of Losers |
24th October 2021, 19:32 |
#38
|
|
Addict Member
|
Quote:
Idealnya harus dilakukan evaluasi lagi paska dinyatakan negatif covid-19 kalau penyintas ada penyakit bawaan ( komorbid ) seperti jantung,hipertnesi dan diabetes dll .. karena pemungkasnya covid-19 menyerang lapisan endotel pembuluh darah yg punya peranan penting utk mengatur tekanan darah,cegah peradangan dan pembekuan darah .. apa jadinya kalau pembuluh darahnya pada akhirnya sudah dirusak oleh covid ? Maka peradangan akan semakin menggila, akibatkan kebocoran pada pembuluh darah yg bisa nge-trigger trombosit lakukan pembekuan darah, maka terjadi penggumpalan darah yg bisa akibatkan gangguan kardiovaskular dan komplikasi yg bisa berakibat multi organ failure termasuk paru-paru <--- Pada fase ini penyintas baiknya dilakukan evaluasi ( bukan semata Horee telah bebas covid-19 artinya sembuh ) , diberikan obat yg memang diperuntukan utk cegah penggumpalan darah,peradangan dan obat yg bisa bikin sistem immune calm down nggak ngamuk2 demi cegah badai sitokin Syekh Ali Jaber dikabarkan sempat pulang ke rumah karena sudah dinyatakan bebas covid-19 sebelum akhirnya kembali lagi ke RS, yg kalau menurut saya kembalinya beliau ke RS sudah dalam fase seperti yg diatas disamping mungkin beliau belum di vaksinasi yg pada akhirnya terpapar dan berakibat fatal Alfatihah utk Syekh Ali Jaber |
|
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer