HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/04/17 15:35 WIB
Media Asing Soroti Ledakan Turis: Tak Seperti Bali yang Dulu
-
Sabtu, 2024/04/17 15:40 WIB
Kota Wisata Sekelas Dubai Dilanda Banjir Bandang, Kok Bisa?
-
Jumat, 2024/04/16 14:03 WIB
Megawati Kirim Amicus Curiae ke MK: Habis Gelap Terbitlah Terang
-
Sabtu, 2024/04/17 15:25 WIB
Sederet Tokoh Ajukan Amicus Curiae ke MK Terkait Pilpres 2024
-
Sabtu, 2024/04/17 14:58 WIB
Hai Warga Depok, Setujukah Pakaian Adat Diterapka untuk Seragam SD hingga SMA?
-
Minggu, 2024/04/18 16:29 WIB
Bahlil: Jangan Samakan Jokowi-Megawati dengan Pikiran Hasto PDIP
|
Thread Tools |
18th May 2020, 00:21 |
#1
|
Mania Member
|
Jeritan Pengungsi Papua: Kami Hanya Ingin Merdeka
“Kami hanya ingin kembali ke negeri kami: Tanah Papua.”
Sally Sara, jurnalis dari ABC melakukan reportase langsung di lokasi pengungsian warga Papua Barat di Papua New Guinea. Dalam video berita berdurasi nyaris 30 menit itu, ia mewawancarai sejumlah warga Papua yang ter(di)paksa untuk melarikan diri dari tanah kelahirannya. Namun, alih-alih menghayati sebagai seorang Indonesia, dalam hati mereka cuma tersimpan satu asa: mereka mau merdeka. Salah satu narasumber yang diwawancara, Tony mengaku ingin sekali lepas dari kolonialisme Indonesia. Ia sendiri bermukim di Papua New Guinea selama lebih dari tiga dekade, bersama sang ibu, janda 71 tahun. Ibundanya bercerita pada ABC yang dikutip Asia Pasific Report, mereka hidup dalam kekurangan, kesulitan, kesakitan, sampai kematian. “Yang menjadi titik tolak adalah, kami hanya ingin kembali ke negeri kami: Tanah Papua,” ujarnya. “Kami mohon sampaikan isi hati saya. Saya mau merdeka. Saya mau pulang. Saya tidak mau lagi di negeri orang. Saya orang Papua, mau kembali lagi saya punya negeri, tanah, dan bangsa,” sambungnya. Di bilik sederhana mereka yang hanya ditutupi kain seadanya, Tony hanya bisa menghibur ibunya dan meminta ia bersabar, pun terus berusaha. Sebagian dari mereka yang bertahan di tanah Papua mempersiapkan diri untuk bisa merdeka dari penjajahan Indonesia. Media ini menulis, pejuang kemerdekaan Papua Barat dan pasukan keamanan Indonesia sempat terlibat baku hantam beberapa kali. Yang terbaru, yakni pertempuran yang berlarut-larut dan berdarah tentang masalah kemerdekaan Papua, setelah pejuang muda Papua Barat membunuh pekerja jalan Indonesia yang tengah membangun jalan raya ke dataran tinggi tengah Papua. Pemerintah Indonesia membalas dengan keras, mengerahkan ratusan polisi dan militer yang menyerang wilayah itu dalam upaya untuk mengusir kelompok yang mereka sebut sebagai pemberontak. Tahun lalu protes massal pecah, dengan para pemimpin perlawanan sipil dari dalam dan luar Papua Barat menyerukan kemerdekaan dari Indonesia. Musababnya, orang Papua dilekati cap rasis dengan sebutan “Monyet”, label yang kerap dialamatkan pada mereka karena alasan perbedaan warna kulit. Dengan sebagian besar media asing ditutup, kisah bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung ini masih belum terungkap. Ratusan orang telah tewas dan pejabat setempat memperkirakan, lebih dari 40.000 orang telah terlantar. Tak hanya itu, ada dugaan penyiksaan dan pelanggaran HAM berat di Bumi Cenderawasih ini. “Aku harus berteriak kepada dunia … karena jika tidak, kita akan menjadi lebih lemah dan orang-orang pribumi akan musnah.” kata seorang dataran tinggi Papua Barat yang merawat anak-anak yatim dalam pertempuran baru-baru ini. “Kami tidak akan mundur. Kami tidak akan lari. Kami akan berjuang sampai pengakuan baru muncul,” sambung seorang anggota pasukan gerilya muda Papua Barat yang pangkatnya termasuk remaja, tapi sudah kehilangan orang tua dalam konflik. Sementara itu, Victor Yeimo, aktivis pro-kemerdekaan sekaligus Sekretaris Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menyebutkan, “Tak ada lagi harapan bagi kami warga Papua jika tetap dijajah oleh Indonesia. Saya hidup dalam penderitaan. kami hidup dalam penderitaan. Ini harus diakhiri,” tandasnya. Oleh sebab itu, ia berpendapat, melawan Indonesia dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan adalah keharusan, terutama bagi anak muda sepertinya. Lantas, apa tanggapan pemerintah Indonesia. Wiranto berujar dalam sebuah kutipan video, “Di negeri ini tidak ada kekuatan bersenjata yang tidak sah dan melakukan pembunuhan. Kita kejar, kita habisi,” sebuah pernyataan yang merujuk pada para pejuang kemerdekaan Papua. Wiranto tak menampik diperlukan dialog, tapi jenis dialog yang ia maksud, adalah dialog yang konstruktif untuk referensum, bukan untuk memberi kemerdekaan. “Dialog diperlukan tetapi dialog yang konstruktif” ujarnya. Baca Lainnya: Mata Mata Politik |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer