HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Senin, 2024/03/27 12:43 WIB
Kata Windy Idol soal Kode "Short Time" yang Diungkap Jaksa KPK
-
Senin, 2024/03/27 17:26 WIB
Ganjar Tolak Jadi Menteri Prabowo, Gibran: Yang Nawari Siapa?
-
Rabu, 2024/03/28 11:49 WIB
Jengkel! Jadi Alasan Sopir Truk Ugal-ugalan di Halim
-
Rabu, 2024/03/28 13:39 WIB
Anwar Usman Diminta Mundur dari MK Usai 2 Kali Langgar Etik
-
Sabtu, 2024/03/25 12:45 WIB
AHY Merasa Beruntung Tinggalkan Koalisi Anies, Tak Jadi Hancur Lebur
-
Rabu, 2024/03/28 14:45 WIB
Puan Maharani: Partai Pemenang Pileg Berhak Jadi Ketua DPR RI
|
Thread Tools |
22nd March 2020, 13:17 |
#1
|
Mania Member
|
Jangan Salahkan China Karena Corona, tapi Partai Komunisnya
Siapa yang mestinya jadi pihak nomor wahid dan layak disalahkan atas pandemi corona? Jawabannya adalah Partai Komunis China. Mereka patut disalahkan karena telah menyembunyikan wabah virus corona selama berminggu-minggu, membungkam para dokter dan whistleblower lainnya, memenjarakan jurnalis, dan menggagalkan pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dengan menutup laboratorium Shanghai yang secara publik merilis urutan genom corona pertama. Relatif penting jadi perhatian, Amerika Serikat (AS) berupaya keras menentang pemerintah China yang hendak menulis ulang sejarah pandemi corona lewat cerita sukses mereka. Penting juga bagi kita untuk tak bersikap rasis atau menstigmatisasi orang Tiongkok atau warga Amerika keturunan China di tengah wabah. Bagaimana cara mencapai dua hal itu? Jawabannya, kita harus memisahkan problem orang-orang China dengan penguasa tangan besi di negara itu. Presiden Trump bersikeras menyebut virus corona “virus China.” Alasannya sangat sederhana tetapi secara teknis akurat, yakni lantaran pejabat China sengaja menyebarkan hoaks bahwa virus itu dibikin AS. Konspirasi soal sumber virus yang berasal dari Amerika ini sengaja digulirkan demi menangkis kegagalan awal mereka sendiri mengatasi corona. “Itu sama sekali bukan rasis, tidak sama sekali. Itu berasal dari China, itu sebabnya. Saya ingin meluruskan faktar agar semua jadi akurat,” ujar Trump kepada Asia Times, Rab kemarin. Jamak dimafhumi, keakuratan bukan satu-satunya yang harus dipertimbangkan Trump. Ia justru mengabaikan sejarah rasisme terhadap orang Asia dan Amerika-Asia di negaranya. Pun, ia mengabaikan konteks penting soal peningkatan gelombang rasisme terhadap orang-orang etnis Asia di Paman Sam sejak krisis dimulai. Seorang reporter Asia-Amerika berujar, seorang pejabat Gedung Putih menggunakan istilah “Kung-Flu” di hadapannya. Itu tidak bisa diterima. Asosiasi Jurnalis Asia-Amerika meminta organisasi-organisasi berita untuk tidak menggunakan istilah “virus Wuhan,” sesuai dengan peringatan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia yang merujuk pada asal geografis suatu penyakit atas nama yang menstigma orang-orang di sana. Tentunya, banyak yang terlanjur menggunakan istilah “virus China” atau “virus Wuhan”. Ini menjadi dilematis. Ada yang mengkritik tapi ada pula yang pro karena istilah itu cukup beralasan digunakan jika merujuk pada asal virus–tentu saja tanpa tendensi untuk menjadi rasis. Lantas, jika ditanya, siapa yang mestinya jadi pihak nomor wahid untuk disalahkan? Jawabannya menurut Asia Times adalah Partai Komunis China. Mereka patut disalahkan karena telah menyembunyikan wabah virus corona selama berminggu-minggu, membungkam para dokter dan whistleblower lainnya, memenjarakan jurnalis, dan menggagalkan pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dengan menutup laboratorium Shanghai yang secara publik merilis urutan genom corona pertama. Sebaliknya, orang-orang China adalah pahlawan dalam cerita ini. Para dokter, peneliti, dan jurnalis Tiongkok mempertaruhkan hidup mereka dan bahkan meninggal karena melawan virus dan memperingatkan dunia. Solidaritas komunitas publik Tiongkok memberikan pelajaran dan teladan ketika situasi kita sendiri memburuk. Orang China juga menjadi korban tindakan kejam pemerintah mereka sendiri, yang menyebabkan penderitaan ekstra besar. “Sangat penting untuk diingat, orang-orang China tidak memiliki suara yang berarti dalam langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah mereka,” kata Christopher Walker, wakil presiden untuk studi dan analisis di Endowment Nasional untuk Demokrasi. “Dalam simpang-siur informasi akibat rezim otoriter dan disinformasi dari Beijing, kita tidak bisa melupakan kegagalan besar-besaran pemerintahan otoriter pada titik asal pandemi global,” sambungnya. Ini bukan hanya tentang corona yang menjangkiti warga China. Masalah kita yang sebenarnya adalah dengan Partai Komunis China, yang melakukan penindasan internal, agresi eksternal, dan penyalahgunaan pengaruhnya untuk mengebiri keterbukaan informasi dan kebebasan warga. Bagian dari strategi Partai Komunis China adalah memecah belah publik berdasarkan kubu politik, etnis, dan ras. Pejabat China secara rutin melenyapkan tuduhan rasisme untuk membantah kritik terhadap pemerintah setempat. Mereka juga menuduh Amerika Serikat bersikap rasis terhadap etnis China, sebagai upaya mengalihkan perhatian dunia dari kebijakan rasis mereka sendiri yang mengerikan. Misalnya, dengan menahan jutaan orang tak berdosa di Xinjiang hanya karena punya etnis dan agama yang tak sama. Di Amerika Serikat, kebanyakan orang tidak terbiasa dengan dinamika ini. Di Australia, kelas politik telah memperdebatkan operasi pengaruh Partai Komunis China selama beberapa tahun. Satu laporan yang dikeluarkan oleh Australian Strategic Policy Institute menyarankan beberapa pedoman yang jelas tentang cara menghindari jebakan. Laporan tersebut menyatakan, kita harus menghindari generalisasi, dengan jelas membedakan antara pemerintah Tiongkok dan rakyat. Pun, berhati-hati agar tidak mengasingkan warga etnis Tionghoa di manapun. Pada gilirannya, kita juga harus berhati-hati untuk tidak mengaitkan motif rasis (kecuali dibenarkan) dengan mereka yang mengkritik pemerintah China. Asia Times sendiri menelusuri bagaimana corona telah memengaruhi reaksi publik dari seluruh lapisan. “Yang terpenting, Partai Komunis China telah andil dalam merusak debat publik yang sah soal kebijakan dan perilaku Pemerintah Tiongkok di Australia,” tulis John Fitzgerald. Masalahnya, itu juga terjadi di Amerika Serikat. Ini bukan semata-mata kebenaran politik, melainkan tentang mengenali upaya rezim otoriter memanfaatkan sensitivitas kita terhadap rasisme untuk mangkir dari segala tudingan. Kita harus menghindari tuduhan terhadap pemerintah China kecuali jika didukung oleh bukti. Kita harus terus menekan Beijing untuk mengedepankan transparansi dan kebenaran yang penting untuk menghentikan penyebaran virus. Sudahkah kita belajar dari campur tangan Rusia pada 2016? Kita tidak boleh membantu dan bersekongkol dengan upaya Partai Komunis China yang kukuh memicu perpecahan internal dan menyebarkan disinformasi. Sudahkah kita belajar apa-apa dari demonisasi kaum Muslim pasca-insiden 11 September? Orang China dan China-Amerika membutuhkan dukungan kita selama krisis ini dan respons kita sangat penting buat mereka. Mari kita berhenti mengatakan “virus China”, bukan karena semua orang yang menggunakannya adalah rasis. Namun, karena virus itu secara tidak perlu berperan dalam upaya Partai Komunis Tiongkok untuk memecah belah dan mengalihkan perhatian kita dari tindakan buruk mereka. Kita sebut saja itu “virus Partai Komunis China.” Itu lebih akurat dan hanya menyinggung orang-orang yang pantas mendapatkannya. Sumber: PHP Code:
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer