HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Sabtu, 2024/04/23 14:49 WIB
PAN Siapkan Eko Patrio-Zita Anjani Pilkada Jakarta, Desy Ratnasari di Jabar
-
Sabtu, 2024/04/23 14:37 WIB
Ini Tampang Azizatus yang Ngeprank Rumah Dirampok gegara Takut Ditagih Utang
-
Sabtu, 2024/04/23 13:58 WIB
Ahmad Syaikhu: Saatnya Anies Dukung Kader PKS Maju di DKI
-
Kamis, 2024/04/21 10:11 WIB
Cak Imin Balas Wasekjen PBNU soal Bela Gus Ipul: Nggak Nanggepi Pengangguran
-
Jumat, 2024/04/22 12:10 WIB
Hakim MK: Tak Terdapat Permasalahan pada Pencalonan Gibran Cawapres
-
Jumat, 2024/04/22 16:40 WIB
Ganjar Terima Putusan MK, Ucapkan Selamat Bekerja ke Pemenang
|
Thread Tools |
30th June 2020, 13:19 |
#1
|
Mania Member
|
WHO: Hal Terburuk dari Pandemi Covid-19 Belum Terjadi
Pandemi Covid-19 bukan hanya menyebabkan kematian lebih dari 500 ribu jiwa di seluruh dunia, tetapi juga berdampak pada banyak hal. Melihat fakta saat ini, hal terburuk dari penyebaran virus tersebut masih belum terjadi. Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan, China, pada akhir Desember 2019. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian menetapkan status pandemi pada Januari 2020 setelah kasus virus tersebut bermunculan secara simultan di banyak negara. Kini setelah enam bulan, pandemi Covid-19 telah melanda lebih dari 180 negara di seluruh dunia. Berdasarkan data per hari Senin (29/6/2020) kemarin tercatat 10,2 juta orang terinfeksi serta 500 ribu orang meninggal dunia. Pandemi Covid-19 bukan cuma merenggut korban jiwa, tetapi juga berimbas pada melambatnya perekonomian global. Kebijakan lockdown maupun sejenisnya untuk memutus rantai penularan berdampak pada menurunnya produktifitas barang dan jasa. Banyak perusahaan terpaksa memberhentikan pekerjanya atau bahkan menutup beberapa pabrik dan gerai sebagai cara bertahan di tengah ancaman kesehatan. Dalam upaya menangani kasus Covid-19 yang terus meningkat tiap harinya, negara-negara di dunia juga menghadapi permasalahan baru yakni tingginya tingkat pengangguran serta ancaman resesi ekonomi. "Enam bulan lalu, tidak ada dari kita yang bisa membayangkan bagaimana dunia kita dan hidup kita akan dilempar ke dalam kekacauan oleh virus baru ini," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Gebreyesus, dikutip iNews.id dari AFP, Selasa (30/6/2020). "Kita semua ingin ini berakhir. Kita semua ingin melanjutkan hidup kita. Tetapi, kenyataannya yang sulit adalah ini belum akan berakhir dalam waktu dekat." "Secara global pandemi ini sebenarnya sedang meningkat," ujarnya. Tedros menyebut pandemi Covid-19 berpotensi jadi lebih buruk disebabkan misinformasi serta dipolitisasi untuk segelintir orang. Dia menyadari hal ini mungkin saja terjadi di tengah ketidakpastian kapan dan seperti apa pandemi ini akan berakhir. "Yang terburuk belum terjadi. Dengan lingkungan dan kondisi seperti ini kami takut yang terburuk akan terjadi," lanjutnya. Saat dunia berlomba menemukan vaksi dan terapi aman serta efektif melawan Covid-19, Tedros mengatakan negara-negara seperti Korea Selatan telah menunjukkan bahwa virus dapat ditekan dengan pendekatan non-medis. "Pemerintah perlu serius tentang langkah-langkah seperti pelacakan kontak dan warga negara harus bertanggung jawab untuk langkah pribadi seperti menjaga kebersihan tangan." "Tetap saja, ini bisa dicegah melalui alat yang kita miliki," ucapnya. |
30th June 2020, 15:59 |
#2
|
|
Mania Member
|
Quote:
babak berikutnya... kehancuran ekonomi... lalu depresi dunia... lalu perang dunia ke 3.... baru dunia membangun lagi..... siklus sebelum dan sesudah perang dunia berulang... |
|
30th June 2020, 18:34 |
#3
|
Mania Member
|
|
30th June 2020, 21:01 |
#4
|
Mania Member
|
Prettt!
Mending kasih masukan apa gitu. Imbauan yg bikin tenteram hati. Dulu aja WHO ga nyaranin pake masker, kok. Padahal profesor2 kesehatan berkometen, menyarankan buat pakai masker sekalipun kita sehat; ga melulu yg sakit harus dimasker. Giliran udah kacau, baru nyaranin pakai masker. Nganggep sepele masker! Gue unfollow juga nih WHO. Lama2 agak gimana gitu |
1st July 2020, 08:10 |
#7
|
|
Groupie Member
|
Quote:
PSBB, lockdown dan pemakaian masker itu dasarnya sama yaitu karena tidak bisa melacak dan menemukan semua orang yang sakit/tertular maka kita anggap semua orang sakit. PSBB dan lockdown itu pada dasarnya adalah isolasi/karantina orang yang sakit tapi karena kita tidak tahu siapa saja yang sakit maka kita isolasi/karantina semua orang. Kita anggap semua orang sakit sehingga kita jaga jarak dari mereka. Pemakaian masker untuk yang tidak sakit (atau belum pasti sakit) itu juga sama. Karena tidak tahu siapa yang sakit dan siapa yang sehat, maka semua orang disuruh pakai masker untuk mencegah menulari orang lain kalau misalnya ternyata orangnya sakit. Jadi PSBB/lockdown/masker untuk semua itu adalah hal kita lakukan setelah gagal membendung COVID-19 pada saat awal. Kalau berhasil membendung sehingga semua orang yang sakit bisa diisolasi, ngapain kita PSBB/lockdown atau pakai masker? |
|
King of Losers Last edited by kumalraj; 1st July 2020 at 08:12.. |
1st July 2020, 12:22 |
#8
|
||||
Mania Member
|
Quote:
Bulan Februari yang lalu WHO bilang travel ban tidak perlu. Quote:
Quote:
Hasilnya??? Sekarang mereka sudah tidak ada pertambahan kasus baru. Kita terlalu manut anjuran WHO, eh sekarang kasusnya tambah parah. Sama juga dengan masker. Bulan Februari sampai Maret WHO mengatakan bahwa masker hanya untuk orang yang sakit. Bahkan sampai akhir-akhir ini pun WHO mengatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah tentang penggunaan masker oleh khalayak ramai selain yang sakit. Quote:
Hasilnya??? Kasus mereka tergolong minim dibanding Indonesia. Khususnya Taiwan, dianggap sebagai salah satu negara tersukses menghadapi pandemi. WHO mengubah kebijakannya setau saya juga karena video kementerian kesehatan Ceko yang mengatakan bahwa masker kain pun sangat efektif (efektifitasnya lebih dari 90%) untuk mencegah penyebaran virus. Coba kalo video dari Ceko tersebut gak viral. Negara ini pasti akan balik ke bulan Maret dan April lalu, ketika orang-orang gak berani keluar rumah karena masker medis langka di pasaran. Pemerintah ini terlalu manut, lebih tepatnya terlalu mengambil standar paling bawah dari WHO, makanya pertumbuhan kasusnya tinggi terus. Mau gak mau kita harus ambil langkah yang radikal. |
||||
|
2nd July 2020, 16:13 |
#10
|
Groupie Member
|
|
Moral certainty is always a sign of cultural inferiority. The more uncivilized the man, the surer he is that he knows precisely what is right and what is wrong. |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer