HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Rabu, 2024/04/26 17:40 WIB
Ahok Siap Bahas Masalah-masalah Jakarta, Ajak Warga Bertanya
-
Selasa, 2024/04/25 15:15 WIB
Atalia Praratya Mundur dari Pilwalkot Bandung
-
Rabu, 2024/04/26 13:25 WIB
Prabowo Unggah Momen Bertemu Paloh: Alhamdulillah NasDem Bergabung
-
Rabu, 2024/04/26 18:53 WIB
Bule Polandia Tewas Digilas Bus Pariwisata di Bali, Begini Kronologinya
-
Senin, 2024/04/24 11:29 WIB
KPU Tetapkan Prabowo Jadi Presiden dan Gibran Wakil Presiden Baru RI
-
Senin, 2024/04/24 11:47 WIB
Ganjar Mengaku Tak Diundang ke Penetapan Prabowo-Gibran
|
Thread Tools |
15th March 2019, 06:28 |
#1
|
Mania Member
|
Franz Magnis Suseno pun Akhirnya Menghina Minoritas dan Keyakinan Lain
Semua akan ngerasa paling bener pada waktunya. Pihak atau kelompok sok bijak yang koar2 "jangan memonopoli kebenaran", "jangan merendahkan pihak lain", "toleransi", "keberagaman" sebenernya sama aja. Masing-masing ngemeng berdasarkan kepentingan masing-masing. Cuih....
------------------------------------------------------------------------- Franz Magnis-Suseno, Rohaniwan; Mantan Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Kompas, 12 Maret 2019 Istilah ”golput”, singkatan dari golongan putih, menurut Wikipedia, diciptakan tahun 1971 oleh Imam Waluyo bagi mereka yang tak mau memilih. Dipakai istilah ”putih” karena gerakan ini menganjurkan agar mencoblos bagian putih di kertas atau surat suara di luar gambar parpol peserta pemilu kalau tak menyetujui pembatasan pembentukan partai-partai oleh pemerintah Orde Baru. Jadi, golput artinya sama dengan menolak untuk memberikan suara. Setiap kali ada pemilu, kemungkinan golput, diperdebatkan. Memang, UU pemilu kita, seperti halnya di mayoritas demokrasi di dunia, tak mewajibkan warga negara harus memilih. Masalahnya: bagaimana penolakan warga negara untuk ikut pemilu harus dinilai? Yang sulit disangkal: hasil pemilu legislatif dan pilpres pada 17 April nanti akan krusialbagi masa depan bangsa dan negara. Itu hal serius. Karena itu pertimbangan-pertimbangan berikut juga serius. Jangan harap pendapat berikut akan diajukan secara santun, adem-ayem, baik-baik. Tidak! Saya mau menulis dengan jelas. Tentu ada beberapa situasi di mana Anda berhak, barangkali bahkan wajib untuk tak ikut memilih. Misalnya, biaya untuk ikut memilih terlalu mahal karena tempat pemungutan suara (TPS) terlalu jauh dari tempat tinggal Anda, pekerjaan Anda tak dapat diinterupsi, atau Anda harus merawat seseorang yang tak dapat ditinggalkan. Untuk alasan seperti itu, yang akan saya tulis tak berlaku bagi Anda. Ada alasan-alasan sah untuk tak ikut memilih. Namun, kalau tak ada alasan yang betul-betul sah dan obyektif seperti, jelas Anda wajib memilih. Bukan wajib secara hukum, melainkan wajib secara moral. Kalau Anda, meskipun sebenarnya dapat, tetapi Anda memilih untuk tak memilih atau golput, maaf, hanya ada tiga kemungkinan: Anda bodoh, just stupid; atau Anda berwatak benalu, kurang sedap; atau Anda secara mental tidak stabil, Anda seorang psycho-freak. Misalnya Anda menganggap kedua capres sama-sama tak memuaskan. Oke!Namun, itu tak berarti kedua capres adalah sama—dan dua capres sekarang jelas tak sama. Dalam pandangan Anda, dari dua calon ini pasti ada yang kurang baik dan ada yang lebih lagi kurang baik. Pastikan agar jangan calon yang Anda anggap lebih kurang baik yang terpilih. Artinya, meski juga tak memuaskan, pilihlah yang lebih baik di antara keduanya. Jangan mendukung yang lebih tidak baik dibanding calon satunya dengan cara abstain! Dalam suatu pemilu, kita tak memilih yang terbaik, melainkan berusaha memastikan yang terburuk jangan terpilih. Mencegah yang buruk berkuasa Tak ikut memilih karena tak ada calon yang betul-betul sesuai dengan cita-cita Anda adalah, maaf, tanda kebodohan. Antara yang kurang memuaskan dan yang sama sekali tak memuaskan masih ada perbedaan besar. Yang betul-betul buruk adalah: ada yang bersikap ”peduli amat” dengan siapa yang dipilih. Dia tak bersedia ”membuang waktu” dengan repot-repot memilih. Yang dia pikirkan adalah kariernya sendiri. Nasib negara dia tak peduli. Itu sikap benalu atau parasit. Dia hidup atas usaha bersama masyarakat, tetapi tak mau menyumbang sesuatu. Kita dengan susah payah berhasil mewujudkan demokrasi di Indonesia, tetapi Anda ”tak peduli politik”. Betul-betul tak sedap! Sikap itu juga bukan tanda kepintaran. Bisa saja hasil pemilihan punya dampak pada karier Anda. Ada juga yang tak mau memilih karena kecewa. Misalnya, capres A yang begitu diidam-idamankan ternyata juga punya kelemahan, bukan seratus persen ksatria putih bersinar seperti dibayangkan karena ia ternyata juga mengambil sikap politik yang sangat mengecewakan. Atau, Anda barangkali begitu mengharapkan capres B akan membawa Indonesia ke pantai-pantai baru, tetapi ia ternyata mengambil sikap kompromistis, tak konsekuen seperti Anda harapkan. Maka, karena kecewa, Anda tidak memilih, baik capres A maupun B. Anda menggerutu dan golput. Seakan dengan tak ikut memilih, Anda mau menghukum si capres karena ia mengecewakan Anda. Itu pilihan buruk. Bukan hanya karena alasan di atas. Mengambil sikap atas dasar rasa kecewa adalah tanda mental yang lemah. Orang yang mentalnya baik tak akan mengizinkan rasa kecewa memengaruhi keputusannya. Kalau Anda menolak Prabowo, pilih Jokowi!, meski Anda kecewa dengan Jokowi. Kalau Anda tak mau Jokowi jadi presiden lagi lima tahun ke depan, pilih Prabowo, meski ia jauh dari harapan Anda! Dua tokoh itulah yang kini tersedia bagi Indonesia. Kenyataan ini harus diterima. Sekali lagi, kita tak memilih yang terbaik, melainkan mencegah yang terburuk berkuasa. Dalam suatu demokrasi kita wajib memberi bagian kita. |
Matius 10:34 Yesus berkata: "Aku tidak datang membawa damai, melainkan aku datang membawa pedang." Lukas 22:36 "...dan inilah saatnya menjual jubah dan membeli sebilah pedang." |
15th March 2019, 06:44 |
#2
|
||
Groupie Member
|
Quote:
krn tiada manusia yg sempurna, termasuk idola anda sendiri Quote:
nah franz magnis telah mengkategorikan prabowo sbg "yg jauh dr harapan" tentu sj hal2 yg bersifat jauh dr pengharapan - jika memakai akal sehat - mk pasti akan diletakkan sbg alternatif terakhir seperti pepatah dlm bahasa jawa: TIMUN WUNGKUK JAGA IMBUH buah ketimun yg bengkok(jelek bentuknya) jadikan sbg sekedar tambahan/cadangan, alias bukan prioritas pertama untuk dimakan dimakan jika dirasa semua mentimun yg lebih baik sudah tidak ada ilustrasi prabowo menurut franz magnis suseno |
||
Last edited by kaldun; 15th March 2019 at 06:51.. |
15th March 2019, 06:57 |
#3
|
Mania Member
|
Ganti Presiden aja.....
kalo yg diganti lebih baik.... kan masih banyak waktu... dan lebih... nyaman... mau siapa lagi gitu loh... ikut lagi.... pasti kepilih deh... ganti presiden aja dulu.... biar ketahuan.... utk Indonesia lebih baik nantinya.... |
15th March 2019, 06:59 |
#4
|
Groupie Member
|
situ jangan ngisruh keyakinan umat katholik
|
15th March 2019, 07:10 |
#5
|
Groupie Member
|
Di negara demokrasi dimanapun di dunia ini, bila anda tidak mampu memenuhi janji janji politik nya maka konsekuensi nya adalah Petahana dibuang ke tempat sampah, nggak layak untuk dipilih kmbali, diludahin aja, cuiihhh
Kalian ngakunya umat beragama tetapi toleransi nya tinggi meroket utk orang yg hobinya berdusta berbohong berarti kalian tidak layak disebut sbg umat manusia karena yg namanya manusiawi adalah yg bila tertipu lalu tersadar dan tak mau tertipu lagi.. Kapoookk wan |
Last edited by bodong; 15th March 2019 at 07:15.. |
15th March 2019, 08:15 |
#7
|
|
Groupie Member
|
Quote:
Yang kecewa orang2 kaya karena (Hillary) Clinton menaikkan pajak , meskipun membuat kelas menengah makmur. Sampai sekarang janji membuat tembok juga masih gagal padahal dirinya punya duit. |
|
15th March 2019, 08:18 |
#8
|
|
Groupie Member
|
Quote:
Fakta itu , bukan coba2 nggak ngutang akhirnya ngutang juga. |
|
15th March 2019, 08:19 |
#9
|
|
Groupie Member
|
Quote:
Trump itu sdg menjabat, kelak kalo dia nggak mampu penuhi janji janji politik nya, pasti dia nggak akan terpilih utk 2nd periode.. Bukan seperti dimarih Petahana gagal total aja msh sombong, minta dua periode, Gile lu Ndro Nggak tau diri |
|
15th March 2019, 08:20 |
#10
|
Mania Member
|
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer