|
|
22nd March 2008, 10:01
|
|
Addict Member
Join Date: Dec 2007
Location: Joglo Semar
Posts: 247
|
Quote:
Originally Posted by Perseverence
Kemudian berkenaan dengan "manusia akar", ada satu dua hal yang mengelitik hati.
Apakah betul jarak dari markas Discovery Channel (amrik) ke tempat saudara kita tsb lebih dekat jika dibandingkan dengan jarak dari Jakarta, sehingga lebih cepat DC daripada Jakarta ?
Apakah betul sakitnya saudara kita tsb sejak gejala sampai menjadi seperti itu hanya terjadi dalam waktu satu malam, sehingga hanya wartawan DC yang akhirnya bisa menjadi pelopor dalam pemberitaannya?
Apakah saudara kita tsb akan ditangani dengan intensif jika DC tidak menayangkannya, atau tetap harus menunggu sampai lebih parah, atau menunggu DC DC yang lainnya?.
|
Sepaham kita... sebelum ditangani oleh pemerintah, sudah ada rencana saudara kita itu akan ditangani oleh RS luar, ini ada di berita kok.
Sedangkan untuk soal flu burung, unsur politis dalam kasus flu burung sangat kental, bahkan ada isu kalo isu/kasus flu burung di indonesia itu sengaja digenjot untuk melicinkan impor ayam dari amrik.
Salut untuk Ibu mentri.
|
|
Detikers Sabtu-Minggu
|
22nd March 2008, 19:19
|
|
Registered Member
Join Date: Mar 2008
Posts: 14
|
Quote:
Originally Posted by Jarosit
Sepaham kita... sebelum ditangani oleh pemerintah, sudah ada rencana saudara kita itu akan ditangani oleh RS luar, ini ada di berita kok.
Sedangkan untuk soal flu burung, unsur politis dalam kasus flu burung sangat kental, bahkan ada isu kalo isu/kasus flu burung di indonesia itu sengaja digenjot untuk melicinkan impor ayam dari amrik.
Salut untuk Ibu mentri.
|
|
|
|
23rd March 2008, 08:33
|
|
Mania Member
Join Date: Sep 2007
Posts: 2,008
|
Quote:
Originally Posted by Jarosit
Sepaham kita... sebelum ditangani oleh pemerintah, sudah ada rencana saudara kita itu akan ditangani oleh RS luar, ini ada di berita kok.
Sedangkan untuk soal flu burung, unsur politis dalam kasus flu burung sangat kental, bahkan ada isu kalo isu/kasus flu burung di indonesia itu sengaja digenjot untuk melicinkan impor ayam dari amrik.
Salut untuk Ibu mentri.
|
Impor ayam dari amrik ... gak salah tuh ?
Silakan cek ulang kronologis perkembangan case flu burung di dunia internasional dan di negara kita. Coba perhatikan kronologi waktunya, baik perkembangannya di dunia internasional, apa yang sudah dilakukan oleh masing-masing negara di dunia. Juga kita perhatikan kronologinya di negara kita, baik perkembangannya dan apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah.
Juga coba perhatikan perkembangan varian dari virus tersebut di negara kita.
Memang mungkin ada permainan politik, tapi itu terjadinya justru di negeri kita sendiri. Janganlah dikit-dikit kita katakan ada konspirasi, atau janganlah terus-terusan buruk muka cermin dibelah.
Kita bisa juga memberi sedikit perhatian ektra dengan membandingkan cara mengatasi flu burung di negara kita dengan cara negara lain mengatasinya.
|
|
|
23rd March 2008, 18:27
|
|
Mania Member
Join Date: Oct 2007
Posts: 8,742
|
Untuk yang satu ini, gw salut ama Bu Mentri.
Bisa membebaskan diri dari ketentuan WHO dan negara maju yang memberatkan negara2 berkembang. Hebat...
Untuk yang kasus makanan cina dulu dan susu bayi tercemar kemaran, gwe kurang simpatik..
Saling lempar masalah dan over reaktif..
Semoga kinerja Bu Menteri semakin baik..
|
|
beneran..
|
23rd March 2008, 23:52
|
|
Mania Member
Join Date: Sep 2007
Posts: 2,008
|
Quote:
Originally Posted by anehanto
Untuk yang satu ini, gw salut ama Bu Mentri.
Bisa membebaskan diri dari ketentuan WHO dan negara maju yang memberatkan negara2 berkembang. Hebat...
Untuk yang kasus makanan cina dulu dan susu bayi tercemar kemaran, gwe kurang simpatik..
Saling lempar masalah dan over reaktif..
Semoga kinerja Bu Menteri semakin baik..
|
Apakah sudah sempat cek dan recek beritanya dari dunia internasional juga?
Dan implementasinya di negara kita ??
|
|
|
24th March 2008, 08:43
|
|
Mania Member
Join Date: Oct 2007
Posts: 8,742
|
Quote:
Originally Posted by Perseverence
Apakah sudah sempat cek dan recek beritanya dari dunia internasional juga?
Dan implementasinya di negara kita ??
|
Alhamdulillah dapatnya baru berita lokal/indo aja mas/jeng.
Gak sempat ngecek berita yang bahasa inggris/int'l.
Mohon pencerahan kalo mas/jeng punya link berita int'l-nya.
Makasih..
Implementasinya, Indonesia sekarang gak ngirim virus kecuali dengan perjanjian pembuatan vaksin terlebih dahulu. Dan kalo saya gak keliru baca berita, sudah ada kerjasama dengan salah satu produsen vaksin LN.
Saya cuman berusaha obyektif, yang bagus dipuji yang kurang dikritik.
Gimana mas/jeng Perseverence??
|
|
beneran..
|
24th March 2008, 18:12
|
|
Mania Member
Join Date: Sep 2007
Posts: 2,008
|
Quote:
Originally Posted by anehanto
Alhamdulillah dapatnya baru berita lokal/indo aja mas/jeng.
Gak sempat ngecek berita yang bahasa inggris/int'l.
Mohon pencerahan kalo mas/jeng punya link berita int'l-nya.
Makasih..
Implementasinya, Indonesia sekarang gak ngirim virus kecuali dengan perjanjian pembuatan vaksin terlebih dahulu. Dan kalo saya gak keliru baca berita, sudah ada kerjasama dengan salah satu produsen vaksin LN.
Saya cuman berusaha obyektif, yang bagus dipuji yang kurang dikritik.
Gimana mas/jeng Perseverence??
|
Bagus apanya, dan kurang apanya?
Linknya sebagian sudah tercantum di DF, di thread-thread flu burung maupun thread dari masing-masing topik di atas.
Data lainnya juga mudah diakses, silakan digoogling saja.
|
|
|
25th March 2008, 15:28
|
|
Mania Member
Join Date: Oct 2007
Posts: 8,742
|
Quote:
Originally Posted by Perseverence
Bagus apanya, dan kurang apanya?
Linknya sebagian sudah tercantum di DF, di thread-thread flu burung maupun thread dari masing-masing topik di atas.
Data lainnya juga mudah diakses, silakan digoogling saja.
|
Dalam hal isyu virus flu burung vs. WHO, saya anggap sikap Menkes bagus.
Maksud mas/jeng gimana toh?
Thanks tip-nya.
|
|
beneran..
|
25th March 2008, 17:14
|
|
Mania Member
Join Date: Oct 2007
Location: In the path of
destiny
Posts: 2,480
|
Quote:
Originally Posted by dessertlover
Kuak Konspirasi Bikin Senjata Biologi dari Flu Burung
Buku Menkes Fadilah Bikin Gerah AS-WHO
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari (59) bikin gerah World Health
Organization (WHO) dan Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Fadilah berhasil menguak konspirasi AS dan badan kesehatan dunia itu dalam
mengembangkan senjata biologi dari virus flu burung, Avian influenza
(H5N1).
Setelah virus itu menyebar dan menghantui dunia, perusahaan-perusahaan dari negara maju memproduksi vaksin lalu dijual ke pasaran dengan harga
mahal di negara berkembang, termasuk Indonesia .
Fadilah menuangkannya dalam bukunya berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung.
Selain dalam edisi Bahasa Indonesia, Siti juga meluncurkan buku yang sama
dalam versi Bahasa Inggris dengan judul It's Time for the World to Change.
Konspirasi tersebut, kata Fadilah, dilakuakn negara adikuasa dengan cara
mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung.
"Saya mengira mereka mencari keuntungan dari penyebaran flu burung dengan
menjual vaksin ke negara kita," ujar Fadilah kepada Persda Network di Jakarta, Kamis (21/2).
Situs berita Australia, The Age, mengutip buku Fadilah dengan mengatakan,
Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata biologi dari
penyebaran virus avian H5N1 atau flu burung dengan memproduksi senjata
biologi.
Karena itu pula, bukunya dalam versi bahasa Inggris menuai protes dari
petinggi WHO.
"Kegerahan itu saya tidak tanggapi. Kalau mereka gerah, monggo mawon.
Betul apa nggak, mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga
kelaparan dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO,
lewat Freeport , dan lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya," ujarnya.
Fadilah mengatakan, edisi perdana bukunya dicetak masing-masing
1.000eksemplar untuk cetakan bahasa
Indonesia maupun bahasa Inggris. Total sebanyak 2.000 buku.
"Saat ini banyak yang meminta jadi dalam waktu dekat saya akan mencetak
cetakan kedua dalam jumlah besar. Kalau cetakan pertama dicetak penerbitan
kecil, tapi untuk rencana ini, saya sedang mencari bicarakan dengan
penerbitan besar," katanya.
Selain mencetak ulang bukunya, perempuan kelahiran Solo, 6 November 1950,
mengatakan telah menyiapkan buku jilid kedua.
"Saya sedang menulis jilid kedua. Di dalam buku itu akan saya beberkan
semua bagaimana pengalaman saya. Bagaimana saya mengirimkan 58 virus, tetapi saya dikirimkan virus yang sudah berubah dalam bentuk kelontongan. Virus yang saya kirimkan dari Indonesia diubah-ubah Pemerintahan George Bush," ujar menteri kesehatan pertama Indonesia dari kalangan perempuan ini.
Siti enggan berkomentar tentang permintaan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyonoyang memintanya menarik buku dari peredaran.
"Bukunya sudah habis. Yang versi bahasa Indonesia, sebagian, sekitar 500
buku saya bagi-bagikan gratis, sebagian lagi dijual ditoko buku. Yang
bahasa Inggris dijual," katanya sembari mengatakan, tidak mungkin lagi
menarik buku dari peredaran.
Pemerintah AS dikabarkan menjanjikan imbalan peralatan militer berupa
senjata berat atau tank jika Pemerintah RI bersedia menarik buku
setebal 182
halaman itu.
Mengubah Kebijakan
Apapun komentar pemerintah AS dan WHO, Fadilah sudah membikin sejarah
dunia.
Gara-gara protesnya terhadap perlakuan diskriminatif soal flu burung,
AS dan
WHO sampai-sampai mengubah kebijakan fundamentalnya yang sudah dipakai
selama 50 tahun.
Perlawanan Fadilah dimulai sejak korban tewas flu burung mulai terjadi di
Indonesia pada 2005.
Majalah The Economist London menempatkan Fadilah sebagai tokoh pendobrak
yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak flu burung.
"Menteri Kesehatan Indonesia itu telah memilih senjata yang terbukti lebih
berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini dalam menanggulangi ancaman
virus flu burung, yaitu transparansi, " tulis The Economist.
The Economist, seperti ditulis Asro Kamal Rokan di Republika, edisi pekan
lalu, mengurai, Fadilah mulai curiga saat Indonesia juga terkena
endemik flu
burung 2005 silam.
Ia kelabakan. Obat tamiflu harus ada. Namun aneh, obat tersebut justru
diborong negara-negara kaya yang tak terkena kasus flu burung.
Di tengah upayanya mencari obat flu burung, dengan alasan penentuan
diagnosis, WHO melalui WHO Collaborating Center (WHO CC) di Hongkong
memerintahkannya untuk menyerahkan sampel spesimen.
Mulanya, perintah itu diikuti Fadilah. Namun, ia juga meminta laboratorium
litbangkes melakukan penelitian. Hasilnya ternyata sama. Tapi, mengapa WHO
CC meminta sampel dikirim ke Hongkong?
Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia terbayang korban flu burung di
Vietnam. Sampel virus orang Vietnam yang telah meninggal itu diambil dan
dikirim ke WHO CC untuk dilakukan risk assessment, diagnosis, dan kemudian
dibuat bibit virus.
Dari bibit virus inilah dibuat vaksin. Dari sinilah, ia menemukan fakta,
pembuat vaksin itu adalah perusahaan-perusaha an besar dari negara maju,
negara kaya, yang tak terkena flu burung.
Mereka mengambilnya dari Vietnam, negara korban, kemudian menjualnya ke
seluruh dunia tanpa izin. Tanpa kompensasi.
Fadilah marah. Ia merasa kedaulatan, harga diri, hak, dan martabat
negara-negara tak mampu telah dipermainkan atas dalih Global Influenza
Surveilance Network (GISN) WHO. Badan ini sangat berkuasa dan telah
menjalani praktik selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih
dari 110
negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa bisa menolak.
Virus itu menjadi milik mereka, dan mereka berhak memprosesnya menjadi
vaksin.
Di saat keraguan atas WHO, Fadilah kembali menemukan fakta bahwa para
ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan
WHO CC.
Data itu, uniknya, disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New
Mexico,
AS.
Di sini, dari 15 grup peneliti hanya ada empat orang dari WHO, selebihnya
tak diketahui.
Los Alamos ternyata berada di bawah Kementerian Energi AS.
Di lab inilah duhulu dirancang bom atom Hiroshima. Lalu untuk apa data
itu,
untuk vaksin atau senjata kimia?
Fadilah tak membiarkan situasi ini. Ia minta WHO membuka data itu.
Data DNA virus H5N1 harus dibuka, tidak boleh hanya dikuasai kelompok tertentu.
Ia berusaha keras. Dan, berhasil. Pada 8 Agustus 2006, WHO mengirim data
itu. Ilmuwan dunia yang selama ini gagal mendobrak ketertutupan Los Alamos,memujinya.
Majalah The Economist menyebut peristiwa ini sebagai revolusi bagi
transparansi. Tidak berhenti di situ. Siti Fadilah terus mengejar WHO CC
agar mengembalikan 58 virus asal Indonesia, yang konon telah
ditempatkan di
Bio Health Security, lembaga penelitian senjata biologi Pentagon.
Ini jelas tak mudah. Tapi, ia terus berjuang hingga tercipta pertukaran
virus yang adil,transparan, dan setara.
Ia juga terus melawan dengan cara tidak lagi mau mengirim spesimen virus
yang diminta WHO, selama mekanisme itu mengikuti GISN, yang imperialistik
dan membahayakan dunia.
Dan, perlawanan itu tidak sia-sia. Meski Fadilah dikecam WHO dan dianggap
menghambat penelitian, namun pada akhirnya dalam sidang Pertemuan
Kesehatan Sedunia di Jenewa Mei 2007, International Government Meeting (IGM) WHO disetujui akhirnya menyetujui segala tuntutan Fadilah, yaitu sharing virus dan GISN dihapuskan.
|
Ternyata Moderator Forum Gossip doyan politik juga tho..... ini mah udah jadi issue dari dulu ... cuma jadi booming karena mau dijadiin senjata biologis dan kebetulan ada yg berani nulis
|
|
|
30th March 2008, 08:37
|
|
Mania Member
Join Date: Feb 2008
Location: Tepi Laut -
Pinggir Sungai -
Samping Selokan
Posts: 1,788
|
Quote:
Originally Posted by Perseverence
No offense yach,
juga tidak ada maksud meniadakan jasa/usaha beliau.
Tapi mungkin ada baiknya kita lebih obyektif,
dan melihat fakta-fakta yang ada secara menyeluruh.
Misalnya,
berkenaan dengan tamiflu, senjata biologi, dan flu burung, kita cari datanya secara menyeluruh, baik secara kronologi, pandangan dari dunia internasional, maupun fakta-fakta yang ada di luar maupun di negara kita ini.
Jangan lupa juga kita cari pemilik hak patent dari penemuan-penemuan tsb.
Kemudian berkenaan dengan "manusia akar", ada satu dua hal yang mengelitik hati.
Apakah betul jarak dari markas Discovery Channel (amrik) ke tempat saudara kita tsb lebih dekat jika dibandingkan dengan jarak dari Jakarta, sehingga lebih cepat DC daripada Jakarta ?
Apakah betul sakitnya saudara kita tsb sejak gejala sampai menjadi seperti itu hanya terjadi dalam waktu satu malam, sehingga hanya wartawan DC yang akhirnya bisa menjadi pelopor dalam pemberitaannya?
Apakah saudara kita tsb akan ditangani dengan intensif jika DC tidak menayangkannya, atau tetap harus menunggu sampai lebih parah, atau menunggu DC DC yang lainnya?
Kemudian, berkenaan dengan issue kesehatan, hati gw agak gak nyaman karena akhir-akhir ini semakin sering terdengar case kurang gizi bahkan busung lapar.
Sudah tentu kita bisa mengatakan bahwa keadaan kita tidak separah negara-negara lain yang kondisinya lebih parah. Kita bisa juga mengatakan bahwa kondisinya tidak separah waktu perang kemerdekaan. Kita juga bisa katakan bahwa kita masih negara berkembang, dan ekonomi kita belum pulih seratus persen. Bahkan kita bisa katakan bahwa "awal resesi" yang terjadi di amriklah yang menyebabkan kedele naik, sehingga terjadi case2 di atas.
Bisa, dan tidak terlalu sulit untuk mencarikan seribu-satu alasan untuk defence mechanism.
Apakah kita akan terus menerus mencari alasan untuk membenarkan diri, atau mencoba mengalihkan issue ini ke pokok permasalahan yang lain?
Jika "ya", ya okelah, mari kita lanjutkan membuat teori-teori konspirasi yang berikutnya.
|
bhanget ama boss ini
|
|
|
detikNews
........
|