HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Rabu, 2024/04/26 13:25 WIB
Prabowo Unggah Momen Bertemu Paloh: Alhamdulillah NasDem Bergabung
-
Selasa, 2024/04/25 15:15 WIB
Atalia Praratya Mundur dari Pilwalkot Bandung
-
Selasa, 2024/04/25 17:35 WIB
Penampilan Mengejutkan YouTuber Dulu Beratnya 329 Kg, Kini Jadi Begini
-
Senin, 2024/04/24 11:29 WIB
KPU Tetapkan Prabowo Jadi Presiden dan Gibran Wakil Presiden Baru RI
-
Senin, 2024/04/24 11:47 WIB
Ganjar Mengaku Tak Diundang ke Penetapan Prabowo-Gibran
-
Senin, 2024/04/24 11:43 WIB
Mooryati Soedibyo, Pendiri Mustika Ratu, Meninggal Dunia Dalam Usia 96 Tahun
|
Thread Tools |
16th February 2010, 23:43 |
#1
|
Addict Member
|
Perzinaan di dalam gereja vatikan
Yesus berkata:
[27] Kamu telah mendengar firman: "janganlah berzina." [28] Tetapi Aku berkata kepadamu: "Setiap yang memandang perempuan dan menginginkannya, sudah berzina dengan dia di dalam hatinya." [29] Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih balk bagimu satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan dalam neraka. (Matius 5:27-29) Inilah syariat yang dikatakan oleh Tuhan (menurut pandangan Kristen), yang tidak hanya mengharamkan perbuatan zina, tapi juga mengharamkan pandangan penuh nafsu kepada wanita! Namun, hukum tersebut telah dihapus oleh Paulus sang rasul dengan tidak memperhatikan apa yang telah dikatakan Yesus! Surat Kabar Italia La Republica yang terbit di Vatikan pada hari rabu, 21-3 -2001 mengabarkan tentang banyaknya kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan biarawati yang dilakukan oleh pastur dan uskup di gereja Katolik, lalu mereka memaksa para biarawati itu agar menggugurkan kandungannya untuk mencegah terbongkarnya skandal. Dalam berita itu, terbongkarlah rahasia yang menyatakan bahwa para uskup dan pendeta menggunakan otoritas agama mereka di beberapa negara, untuk melakukan hubungan seks dengan biarawati secara paksa. Hal ini terbukti dengan laporan tentang banyaknya terjadi pelecehan seksual di 23 negara, diantaranya: Amerika Serikat, Brazil, Philipina, India, Irlandia, dan Italia, bahkan di dalam gereja Katolik (Vatikan) itu sendiri, juga di beberapa negara Afrika lainnya. Berita tersebut mengatakan: Bahwa salah seorang kapala biarawati di sebuah gereja - yang sengaja tidak disebutkan namanya - menyatakan, bahwa para pendeta di gereja tempatnya bekerja telah melakukan pelecehan seksual terhadap 29 biarawati yang ada dalam keuskupannya. Ketika salah seorang biarawati melaporkan permasalahan ini kepada uskup agung, maka dia pun dipecat dari pekerjaannya. Di gereja lainnya - menurut laporan - para pendeta yang berada di sana minta disediakan biarawati untuk memenuhi nafsu seks mereka. Dalam berita itu dinyatakan, bahwa setelah kejadian tersebut terungkap, maka pihak gereja mengirim para uskup yang terlibat ke luar negeri untuk melanjutkan studi atau mengutus mereka ke gereja lain sampai batas waktu tertentu. Adapun para biarawati - yang takut pulang ke rumahnya - dipaksa untuk meninggalkan gereja, sehingga banyak dari mereka beralih profesi menjadi wanita tuna susila. Juga dinyatakan, bahwa telah ditemukan beberapa bulan yang lalu tentang adanya jaringan para uskup dan agamawan di Vatikan - dengan berbagai macam tingkatannya - yang melakukan perilaku seks menyimpang (homoseks) dan pecandu narkoba. Pada akhir-akhir ini (maret 2003), Bapa Vatikan (Yohanes Paulus II) mengundang para pembesar gereja Katolik Roma di Amerika Serikat ke Vatikan Roma untuk membahas terbongkarnya skandal seks sebagian uskup Amerika yang mengguncang gereja di sana. Uskup New York dan Boston yang memiliki kedudukan terbesar di gereja Amerika mendapat tekanan kuat untuk mengundurkan diri dari jabatan mereka, setelah tersebar kabar bahwa mereka berdualah yang berada di balik skandal seks yang dilakukan oleh sebagian pendeta. Uskup Milouki dituduh telah menyembunyikan informasi tentang skandal seks serupa. Kepala uskup Boston Kardinal Bernard Lu yang berumur 70 tahun juga dituduh telah mengetahui adanya beberapa uskup di keuskupannya yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur secara terus menerus, namun uskup tersebut tidak memberikan sanksi kepada mereka, malah dia hanya memindahkankannya ke keuskupan lainnya, dimana para pendeta tersebut bisa mencari korban-korban baru lainnya. Selain itu, terdapat juga skandal serupa di daerah St. Louis, Florida, California, Philadelphia, dan Detroit. Sekitar 3000 pendeta menghadapi tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur. Kardinal pun mendapat protes keras karena tidak memberikan sanksi di Boston kepada mantan pendeta John Geogon yang diyakini telah melakukan pelecehan seks terhadap 100 orang selama 20 tahun, malah dia hanya dipindahkan ke keuskupan lain. Skandal gereja tersebut menghabiskan biaya yang sangat besar mencapai milyar dolar untuk berdamai di luar pengadilan di beberapa kasus. Juga dinyatakan bahwa beberapa keuskupan bangkrut disebabkan oleh skandal seks tersebut. Saya akan menunjukkan penyerangan yang berbahaya terhadap agama Islam -di internet- para pelayan Tuhan mengatakan, "Nabi ini (maksudnya adalah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam) telah memerangi kemuliaan, kesucian dan zuhud." Diriwayatkan oleh Anas bin Malik: Tiga orang datang kepada Nabi bertanya tentang ibadahnya, diantara mereka ada yang mengatakan bahwa saya menjauhi wanita, maka saya tidak menikah. Lalu nabi menjawab: "Demi Allah, sesungguhnya aku paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya, aku berpuasa dan berbuka, aku tidur dan menikah. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukanlah golonganku." (Hadist No.4675 / shahih Bukhari. Dari ensiklopedia hadist elektronik dari perusahaan Sakhr). Para pelayan Tuhan pun menambahkan, setelah hadits ini: [Beginilah sunnah yang disebarkan oleh Muhammad, yang hanya menebarkan nafsu perut dan seks! Kedengkiannya terhadap umat Kristen pun tidak dapat disembunyikan, karena Kristen telah banyak melahirkan manusia-manusia suci. Mereka mampu meninggalkan nafsu duniawi, dan berkonsentrasi untuk beribadah kepada Allah. Merekalah para biarawan Kristen yang bertakwa]. Saya akan bertanya kepada para pelayan Tuhan yang bertakwa dan suci," Bagaimanakah kalian menafsirkan perbuatan zina yang terjadi di dalam Vatikan dan gereja? Kenapa pula para pendeta yang suci dan bertakwa itu minta disediakan biarawati untuk memenuhi nafsu seks mereka? Saya juga minta agar pihak gereja menjelaskan arti: Biarawati khusus pelayanan seks? Para pelayan Tuhan itu mencela - dengan perkataan yang kasar - hadits Rasulullah, yang mengatakan kepada Umat Islam, "Janganlah kalian mempersulit din kalian sendiri, sehingga kalian merasa kesulitan. Sesungguhnya suatu kaum yang mempersulit dirinya sendiri, akan dipersulit oleh Allah. Lihatlah sisa-sisa mereka di dalam gereja dan kuil - Dan Rahbaniyah yang mereka ada-adakan, Kami tidak mewajibkannya kepada mereka." (Dari Anas bin Malik - Hadits No. 4258 - dalam Sunan Abu Dawud. Ensiklopedia Hadits Elektronik). Apa yang engkau katakan benar wahai Rasulullah! Mungkin keterangan yang sangat singkat ini bisa menjelaskan kepada kita sikap Kristennya Paulus...semua perkataan yang diungkapkan oleh Paulus adalah untuk melepaskan diri dari belenggu syariat/hukum Taurat dan menghapus perkataan Tuhan. Beginilah caranya Paulus melepaskan diri manusia dari belenggu moral, norma dan syariat Tuhan. Cukuplah dengan keyakinan kepada pengorbanan dan penyaliban Yesus, setelah itu manusia bebas melakukan dosa apa saja, tidak ada perhitungan atau ganjaran. Dengan demikian, hilanglah nurani manusia, tidak ada pengikatnya kecuali hawa nafsu, sehingga janji Allah dalam Al-Qur'an (Perjanjian Terbaru), akan terwujud: "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang temak, bahkan mereka lebih sesat jalannya. " (Al-Furqan: 43-44) Maka dari itu, serangan seperti ini adalah bentuk serangan yang sangat berbahaya terhadap Islam, padahal Islamlah yang mengatakan kepada manusia: "Dan setiap manusia Kami ikatkan perbuatannya ke kuduknya dan Kami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah buku yang diterimanya terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimusendiri pada hari ini menghitung (amal)mu. Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya kesesatannya itu merupakan (kerugian) dirinya sendiri. Dan tidaklah seseorang yang berdosa akan memikul dosa orang lain. Dan Kami tidak akan mengadzab hingga Kami mengutus seorang rasul." (Al-Israa': 13-15) |
|
16th February 2010, 23:50 |
#2
|
Addict Member
|
Redam Skandal Seks, Calon Pastor Jalani Psikotes
VATIKAN, JUMAT — Vatikan mengusulkan ujian psikologis bagi kandidat pastor. Dengan ujian itu diharapkan bisa diketahui apakah seorang kandidat bisa menguasai nafsu seksualnya dan apakah dia punya kecenderungan homoseksual. Seperti dilaporkan Radio Netherlands, Jumat (31/10), rencana ini adalah upaya Vatikan untuk mengatasi berbagai skandal seks yang merusak reputasi Gereja Katolik Roma. Beberapa tahun terakhir muncul beberapa berita tentang pelecehan seksual yang terjadi di gereja. Korban yang melapor, terutama anak laki-laki. Vatikan tidak akan mewajibkan tes tersebut, tetapi menyarankan kepada seminari untuk memakai metode ini apabila ada keraguan terhadap seorang kandidat. Apabila dibutuhkan ahli dari luar harus didatangkan. |
|
16th February 2010, 23:53 |
#3
|
Addict Member
|
Tantangan Berat Paus Benediktus XVI
Monday, 25 April 2005 09:19 Selain banjirnya liberalisme di tubuh Kristen, gereka juga menghadapi masalah serius menyangkut dasar-dasar teologi mereka. Mampukan Benediktus XVI menghadapinya? baca CAP Adian Husaini ke-96 Habemus papam (Kita punya Paus). Begitu kata penganut Katolik Roma, menyusul terpilihnya Joseph Ratzinger sebagai Paus baru menggantikan Paus Yohannes Paulus II, Selasa (19/4). Ratzinger yang memilih gelarnya “Paus Benedictus XVI” dikenal sebagai teolog konservatif, sehingga meruntuhkan harapan banyak kaum liberal dalam Katolik. Paus yang oleh kaum Katolik dijuluki sebagai “Bapa Suci” atau “Wakil Kristus”, memegang peran sentral dalam agama Katolik. Meskipun berbagai persoalan teologis masih mengganjal di benak banyak teolog Katolik, namun keputusan Paus adalah penentu. Begitu sentralnya peran Paus sebagai Wakil Kristus di bumi, maka sampai abad ke-17, masih ada kepercayaan bahwa bumi adalah pusat tata surya dan seluruh alam semesta bergerak mengelilingi Mahkota Paus. Dalam tradisi Katolik, dikenal doktrin infalibilitas/infallibility, yang menyatakan bahwa Gereja bebas dari kemungkinan sesat dalam hal-hal yang berkaitan dengan iman dan kesusilaan yang diwahyukan. Sifat ini dianugerahkan kepada seluruh Gereja dengan perantaraan Roh Kudus, khususnya kepada Dewan Uskup dalam kesatuan dengan Paus, pengganti Petrus. Konsili Vatikan I (1869-1870) mengajarkan bahwa Paus tidak dapat sesat kalau sebagai gembala seluruh orang Kristiani dan pengganti Petrus. Akan tetapi doktrin infalibilitas itu tidak mampu mencegah terjadinya konflik dan perpecahan dalam Kristen. Oleh para penentangnya dari kalangan Kristen lain, Paus dinilai banyak melakukan kesalahan yang fatal, sehingga Gereja tidak mampu lagi mempertahankan sifatnya yang “satu, kudus, katolik, dan apostolik”, sebagaimana diputuskan dalam Konsili Konstantinopel tahun 381. Dari sekitar 1,8 milyar orang Kristiani di seluruh dunia kini, pemeluk Katolik berjumlah sekitar 1,1 milyar, Ortodoks 173 juta, Protestan 382 juta, dan Anglikan 75 juta. Perpecahan – bahkan konflik-konflik berdarah antara Katolik dan Protestan- telah memunculkan pertanyaan mendasar tentang ‘kebenaran dan keselamatan’ internal Kristiani. Gereja manakah yang benar? Jika Gereja Katolik saja yang benar, apakah Gereja-Gereja lain – yang juga mengakui Ketuhanan Yesus – merupakan Gereja yang sesat? Tokoh Protestan Martin Luther menyebut Paus sebagai sosok anti-Kristus yang dalam berbagai karikatur ketika itu digambarkan sebagai monster jahat. Balasan Katolik terhadap Protestan juga tidak tanggung-tanggung. Sejarah mencatat, pada 1527, misalnya, terjadi “The St. Bartholomew’s Day Massacre“, yaitu pembantaian sekitar 10.000 kaum Protestan diParis – termasuk wanita dan anak-anak- oleh kaum Katolik. Beban sejarah yang kelam dari Gereja Katolik semacam itu tidak mudah dilupakan, dan berpengaruh besar dalam pengambilan kebijakan di masa kemudian. Kekejaman insitusi Gereja yang bernama Inquisisi sangat terkenal. Karen Armstrong mencatat, bahwa salah satu dari institusi Kristen yang paling jahat adalah Inquisisi, yang merupakan instrumen teror dalam Gereja Katolik sampai dengan akhir abad ke-17. Kesalahan Gereja Katolik dimasa lalu akhirnya diralat oleh pemuka gereja di masa kemudian. Tentu saja, fakta-fakta kesalahan Gereja Katolik di masa lalu memunculkan pertanyaan yang mendasar tentang keabsahan doktrin infalibilitas. Ketika mengobarkan Perang Salib, 1095, misalnya, Paus Urbanus II menyatakan bahwa bangsa Turki (Muslim) adalah bangsa terkutuk dan jauh dari Tuhan. Maka, Paus menyerukan, “membunuh monster tak bertuhan seperti itu adalah suatu tindakan suci; adalah suatu kewajiban Kristiani untuk memusnahkan bangsa jahat itu dari wilayah kita.” Dampak seruan Paus itu memang luar biasa pada sikap dan tindakan pasukan Salib di Jerusalem dan berbagai wilayah lain. Di Jerusalem, hampir semua penduduknya dibantai. Laki-laki, wanita, anak-anak, tanpa pandang bulu dibantai di jalan-jalan, lorong-lorong, rumah-rumah, dan di mana saja mereka ditemui. Apakah tindakan Paus dan kaum Kristen seperti itu merupakan perwujudan doktrin infalibilitas? Perubahan sikap yang besar ditunjukkan Gereja Katolik saat Konsili Vatikan II, 1962-1965. Kaum Yahudi tidak lagi diburu. Literatur-literatur anti-Yahudi disisihkan dari perpustakaan Vatikan. Terhadap kaum Muslim, Gereja Katolik juga secara formal mengubah pendekatan. Dialog-dialog antar agama digalakkan. Eksklusivisme Gereja Katolik ‘melunak’, dan secara verbal meninggalkan jargon “extra ecclesiam nulla salus” (di luar Gereja tidak ada keselamatan). Konsili memang tetap menekankan kewajiban menjalankan misi Kristen kepada seluruh bangsa (ad gentes). Tapi, hal itu dilakukan dengan cara-cara yang jauh lebih halus dibandingkan pada masa lalu. Tidak lagi menggunakan cara-cara pembaptisan paksa. Meskipun Konsili Vatikan II sudah banyak mencoba ‘berkompromi’ dengan ‘modernitas’, namun, masalah dalam Gereja Katolik bukan berarti selesai. Paus-paus setelah Konsili Vatikan II terus dihadapkan pada masalah-masalah pelik, khususnya ketika harus berhadapan dengan nilai-nilai sekularisme dan liberalisme Barat. Sebagai salah satu aktor penting dalam politik internasional, Paus tentu saja harus terlibat dalam berbagai problema politik yang didominasi nilai-nilai sekular-pragmatis. Tidak jarang, dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai pragmatis tampak lebih dominan. Sikap Vatikan terhadap Israel adalah contohnya. George Emile Irani, dalam tulisannya berjudul “The Holy See and the Israeli-Palestinian Conflict” memaparkan kecenderungan sikap pragmatis Vatikan tersebut. Pada tahun 1947, Vatikan mendukung sikap PBB untuk melakukan ‘internasionalisasi’ terhadap Kota Jerusalem. Sikap ini kemudian bergeser, setelah Israel mengokohkan cengkeramannya terhadap Jerusalem. Tahun 1948, menyusul diproklamasikannya Negara Israel 14 Mei 1948, Vatikan menyatakan bahwa Zionisme bukanlah perwujudan Israel, sebagaimana disebutkan dalam Bibel. Vatikan juga menegaskan, bahwa Kota Jerusalem bagian dari Dunia Kristen. Namun, sejak Israel menduduki Jerusalem tahun 1967, sikap Vatikan mulai melunak. Pada akhirnya Vatikan mengakui eksistensi faktual dari Israel, haknya untuk eksis, sebagaimana negara-negara berdaulat lainnya. Hebatnya sambutan dan pemberitaan tentang kematian Paus Yohannes Paulus II di media massa internasional, sebenarnya sebuah fenomena paradoks diera globalisasi yang didominasi nilai-nilai sekular-liberal Barat. Betapa tidak, dalam wacana sekularisasi dan liberalisasi -termasuk yang dijejalkan kepada dunia Islam- terdapat keharusan untuk memisahkan antara agama dengan politik. Namun, Vatikan adalah pengecualian. Kaum Katolik diberi hak untuk memiliki negara dan agama sekaligus. Vatikan mendapat hak satu suara di PBB. Vatikan juga diberi hak untuk menempatkan dua besarnya di berbagai negara. Disamping kepala Gereja Katolik Roma, Paus adalah kepala Negara Vatikan. Memang kekuasaan Paus tidak sebesar seperti di zaman Pertangahan Eropa, dimana Paus menjadi penguasa di atas semua kepala pemerintahan di dunia Kristen ketika itu. Sekarang, setelah mengurangi banyak lingkup kekuasaannya oleh kekuatan sekuler Barat, Vatikan masih terus dihadapkan pada masalah-masalah yang pelik dan rumit menyangkut eksistensi teologisnya sendiri. Sekularisasi dan liberalisasi masih ‘belum puas’ memakan mangsanya. Apalagi, borok-borok di kalangan pemuka agama Katolik juga terus diekspose di media massa. Sebelum meninggalnya Paus Yohannes Paulus II, Gereja Katolik dan kaum Kristen pada umumnya digoncang novel “The Da Vinci Code” karya Dan Brown. Isinya -sebagaimana dipaparkan dalam catatan sebelumnya– membongkar dasar-dasar teologi Kristen dan memporak-porandakan sebuah susunan gambar yang bernama Kristen. Novel ini berusaha meyakinkan pembacanya, bahwa umat manusia telah dibohongi Gereja selama 2000 tahun. Yesus yang dipuja sebagai Tuhan, ternyata sempat mengawini Mary Magdalena dan punya keturunan dari Mary. Beberapa tahun terakhir, citra Gereja Katolik juga sempat babak belur dihajar isu skandal seks sejumlah tokohnya di AS. Prof. Hans Kung, teolog Katolik terkenal asal Jerman, misalnya, menutup bukunya, The Catholic Church: A Short HIstory (New York: Modern Library, 2003), dengan sebuah epilog: “Can The Catholic Church Save Itself“? (Mampukah Gereja Katolik Menyelamatkan Dirinya Sendiri?). Pesimisme Hans Kung didasari banyaknya laporan tentang skandal seks para pemuka Gereja Katolik, sehingga ia mengusulkan agar Vatikan mencabut doktrin ‘celibacy’ (larangan menikah bagi pastor). Menurut Hans Kung, doktrin celibacy bertentangan dengan Bible (Matius, 19:12, 1 Timotius, 3:2). Doktrin ini, katanya, juga menjadi salah satu sumber penyelewengan seksual di kalangan pastor. Karena itu Hans Kung menyerukan, “Celibacy sukarela, Yes! Celibacy paksaan, No!” |
|
16th February 2010, 23:54 |
#4
|
Addict Member
|
Dunia Katolik sangat terpukul ketika media massa membongkar ribuan kasus pedopilia (pelecehan seksual terhadap anak-anak) yang dilakukan oleh para tokoh Gereja. Pada 27 Februari 2004, The Associated Press wire menyiarkan satu tulisan berjudul Two Studies Cite
Child Sex Abuse by 4 Percent of Priests, oleh Laurie Goodstein, yang menyebutkan, bahwa pelecehan seksual terhadap anak-anak dilakukan oleh 4 persen pastur Gereja Katolik. Setelah tahun 1970, 1 dari 10 pastur akhirnya tertuduh melakukan pelecehan seksual itu. Dari tahun 1950 sampai 2002, sebanyak 10.667 anak-anak dilaporkan menjadi korban pelecehan seksual oleh 4392 pastur. Studi ini dilakukan oleh The American Catholic Bishops tahun 2002 sebagai respon terhadap tuduhan adanya penyembunyian kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan para tokoh Gereja. A.W. Richard Sipe, seorang pendeta Katolik Roma, menulis buku berjudul “Sex, Priests, and Power: Anatomy of A Crisis” (1995). Buku ini menceritakan perilaku seksual di kalangan para pendeta dan pastor. Sebagai gambaran, pada 17 November 1992, TV Belanda menayangkan program 17 menit tentang pelecehan seksual oleh pemuka agama Kristen di AS. Esoknya, hanya dalam satu hari, 300 orang menelepon stasiun TV, dan menyatakan, bahwa mereka juga mengalami pelecehan seksual oleh para pendeta di Belanda. Tahun 2002, The Boston Globe, juga menerbitkan sebuah buku berjudul “Betrayal: The Crisis in the Catholic Church“, yang membongkar habis-habisan pengkhianatan dan skandal sex para pemuka agama Katolik. Pembongkaran skandal-skandal sex ini telah memunculkan krisis paling serius dalam Gereja Katolik. Pelecehan seksual – khususnya terhadap anak-anak – memang sangat serius. Sebagai contoh, tahun 1992, di Tenggara Massacusetts, ditemukan seorang pastor saja -bernama James R. Porter- melakukan pelecehan seksual terhadap lebih dari 100 anak-anak (pedofilia). Kini tugas berat berada di pundak Paus Benediktus XVI. Sebagai teolog konservatif yang menolak berbagai paham liberalisme, Ratzinger harus berhadapan dengan realita, bahwa mayoritas masyarakat Kristen sendiri sudah menjadi sekular dan liberal. Di tengah arus globalisasi dan liberalisasi yang mengarah pada terbentuknya satu ‘teologi global’, ia haruscxmempertahankan dekrit “Dominus Jesus” yang menolak paham pluralisme agama, dan menegaskan, bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah melalui Yesus Kristus. Paus juga masih harus berhadapan dengan derasnya tuntutan agar wanita diberi peran yang lebih besar dalam Gereja. Hingga kini, wanita menjadi warga ‘kelas dua’ dalam Gereja Katolik. Gereja tidak mengizinkan wanita ditahbiskan menjadi pelayan Gereja. Menyusul perdebatan sengit masalah ini, tahun 1994, Paus Yohannes Paulus II mengeluarkan deklarasi “Ordinatio Sacerdotalis” yang menegaskan: “Gereja tidak mempunyai otoritas untuk memberi tahbisan imam kepada wanita dan bahwa keputusan ini harus ditaati oleh semua umat beriman.” Maka, dunia kini sedang menunggu corak dan kebijakan Paus Benediktus XVI dalam merespon berbagai masalah dan tantangan yang melingkupi Gereja Katolik saat ini. Akankah ia bertahan dengan gaya “panzer” nya menolak liberalisme, atau akan berkompromi dengan liberalisme? |
|
16th February 2010, 23:58 |
#5
|
Addict Member
|
Paus Benediktus XVI didampingi Kardinal George Pell (kiri), pemimpin umat Katolik Australia saat baru tiba di Australia untuk memimpin acara tahunan World Youth Day, 13 Juli 2008. Paus Ditunggu Keluarga Korban Pelanggaran Seks Kamis, 17 Juli 2008 | 07:49 WIB SYDNEY, KAMIS - Skandal pelanggaran seks terhadap anak-anak yang dilakukan oleh pastor Katolik muncul lagi di sela-sela kunjungan Paus Benediktus XVI di Sydney, Rabu (16/7). Ketika lebih dari 200.000 peziarah muda mendatangi konser di tepi pantai, mengadakan acara memanggang daging dan menghadiri kelas-kelas keagamaan, Paus dan Kepala Gereja Katolik Australia Kardinal George Pell menghadapi orangtua dari dua anak korban pelecehan seksual. Para peziarah dari segala penjuru dunia berbondong-bondong menuju Sydney untuk menghadiri peringatan Hari Pemuda Sedunia. Acara itu akan dipimpin oleh Paus mulai Kamis ini dan akan mengakhiri kunjungan empat harinya di Sydney. Akan tetapi, skandal seks yang dilakukan oleh pastor telah membawa awan hitam pada acara tersebut. Anthony Foster, ayah dari dua gadis yang dilecehkan oleh pastor dari Melbourne, mengatakan, dia dan istrinya sedang dalam perjalanan dari Eropa menuju Australia. Mereka siap berkonfrontasi dengan Gereja atas tindakan paedofilia itu. Salah satu anak korban pelecehan telah tewas bunuh diri. Anthony Foster mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp, dia tidak akan menerima permintaan maaf dari Paus jika Paus tidak mengubah cara Gereja dan pengacaranya menangani pelecehan itu. Paus meminta maaf kepada para korban pelecehan di AS pada kunjungannya April lalu. ”Saya ingin mereka membuat sistem yang menjamin ketersediaan bantuan seumur hidup untuk para korban, sistem yang membuat mereka memohon maaf kepada para korban,” kata Foster. Foster berencana membuat pernyataan saat tiba di Sydney dan akan minta tanggapan langsung dari Paus dan Pell. Foster berharap Paus menyediakan waktu bertemu dengannya guna mendengar permintaannya. ”Saya seharusnya tidak berusaha mencari mereka, merekalah yang seharusnya datang dan meminta maaf,” ujar Foster. Berjuang delapan tahun Putri Foster, Emma, bunuh diri pada usia 26 tahun setelah berjuang karena telah dilecehkan berulang kali oleh seorang pastor Katolik senior saat Emma berada di sekolah menengah pertama. Adiknya, Katie, juga mengalami pelecehan dan terlibat dengan alkohol di masa remaja. Menurut ABC, otak kiri Katie kini rusak setelah ditabrak mobil ketika mabuk. Pastor yang terlibat, Kevin O’Donnell, meninggal pada tahun 1997 setelah dipenjara karena tuduhan melakukan pelecehan seksual berulang kali. Keluarga Foster harus berjuang selama delapan tahun untuk mendapatkan kompensasi dari Gereja. Koordinator Hari Pemuda Sedunia Uskup Anthony Fisher marah kepada Foster karena berbicara kepada media mengenai kasus itu ketika orang-orang berkonsentrasi pada aspek positif dari kunjungan Paus. |
|
17th February 2010, 00:06 |
#6
|
Addict Member
|
Paus Sembuhkan Korban Pelecehan Seksual
Minggu, 13 Juli 2008 | 09:21 WIB DARWIN, MINGGU - Paus Benediktus XVI yang tiba di Australia, Minggu (12/7), menegaskan akan mencoba melakukan penyembuhan dan rekonsiliasi terhadap para korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pastor di negeri itu. "Dalam 10 hari kunjungan saya di Australia, saya akan melakukan penyembuhan dan rekonsiliasi dengan para korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor Katholik Roma seperti apa yang saya lakukan di AS," katanya saat berbincang dengan wartawan dalam penerbangan menuju Australia. Sebelumnya, dalam kunjungan ke Amerika Serikat ia sempat mengungkapkan perasaan malunya atas skandal tersebut dan ia pun berjanji untuk memastikan bahwa kaum pedofil tidak menjadi pastor. Kelompok aktivis yang bekerja menangani korban akibat pelecehan seksual oleh pastor telah meminta Benediktus untuk meminta maaf dalam kunjungannya kali ini. Jumlah korban tidak diketahui, walaupun para aktivis mengatakan mencapai ribuan orang. Pemimpin senior pastor Katholik Roma, Cardinal George Pell, dinilai tidak becus menangani kasus pelecehan seksual dan setuju untuk membuka kembali investigasi terhadap kasus pelecehan seksual yang berusia 25 tahun ini. |
|
17th February 2010, 01:01 |
#7
|
Addict Member
|
gw kirain gw orang paling katro ternyata ada yang lebih katro, punya otak cuma dipake buat baca ar-rahmah.. gimana kalo kita ngomongin taliban yang dibante marinir as di helmand kemaren? kakakakak mampus semua tu jenggot kambing fans club!! mampus semampus2 nya! hahahaha..
|
|
17th February 2010, 10:49 |
#9
|
|
Mania Member
|
Quote:
pengetahuan apa yang anda miliki tentang itu? anda jangan ngaco. sebelumnya saya bertanya dulu: anda ini agama apa? agama kristen atau agama lainnya? saya sejak dulu dari kecil hingga sekarang TIDAK PERNAH MENDAPAT PENGAJARAN BAHWA RASUL PAULUS MELEGALKAN PERBUATAN ZINAH. jadi saya sangat mengkhawatirkan kewarasan anda dalam berpendapat. |
|
Last edited by tafiaro; 17th February 2010 at 12:38.. |
17th February 2010, 11:01 |
#10
|
|
Addict Member
|
Quote:
|
|
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer