HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Rabu, 2024/05/02 11:57 WIB
Polisi: Pembunuh Wanita dalam Koper di Cikarang Sempat Setubuhi Korban
-
Rabu, 2024/05/02 17:01 WIB
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Ngaku Sungkan Minta Jatah Menteri
-
Minggu, 2024/04/29 11:39 WIB
Bobby Nasution Tunjuk Pamannya Jadi Plh Sekda Medan
-
Rabu, 2024/05/02 11:52 WIB
Fahri Hamzah Ikut Dampingi Jokowi Resmikan Bendungan di Sumbawa Barat, Calon Menteri?
-
Rabu, 2024/05/02 16:19 WIB
Jakarta Bakal `Gabung` Bekasi-Cianjur Setelah Tak Jadi Ibu Kota
-
Minggu, 2024/04/29 11:51 WIB
Kronologi Kecelakaan Maut Rombongan Harley Tewaskan Dokter dan Istrinya
|
Thread Tools |
22nd April 2008, 18:44 |
#1
|
Registered Member
|
[merged] Ahmadiyah & Jaringan Islam Liberal
Sejak kelahirannya, Islam dalam perkembangannya selalu mendapatkan tantangan sehingga tidak selalu berjalan mulus dan lancar. Tantangan tersebut datang baik dari dalam (internal) dan luar (eksternal), dari pihak umat Islam itu sendiri ataupun dari musuh-musuh Islam yang terang-terangan ingin menjegal. Baik dengan cara terang-terangan seperti pemurtadan atau mendistorsi dan memanipulasi pemahaman serta mendustakan al-Quran dan al-Hadits.
Salah satu duri dalam daging perjuangan umat adalah aliran sempalan Islam yang bernama Ahmadiyah. Menilik sejarah kemunculannya, Ahmadiyah yang sekarang berpusat di Delhi, lahir dan tumbuh di Qadiyan India (sekarang Pakistan) pada tahun 1889. Pencetusnya adalah Mirza Ghulam Ahmad yang mengklaim diri sebagai Nabi terakhir dan juga al-Mahdi al-Muntadzar. Ahmadiyah berkembang menjadi dua aliran, yaitu Anjuman Ahmadiyah (Ahmadiyah Qadiyan) dan Anjuman Ishaat Islam Lahore (Ahmadiyah Lahore). Kedua aliran tersebut mengakui kepemimpinan dan mengikuti ajaran Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku menerima wahyu-wahyu kenabian via wahyu dan ilham. Yang mana dengan tegasnya dia (Mirza) berkata:” Bahwasannya Allah sendirilah yang memberi nama ‘Ahmad’ padaku, ini sebagai pujian untukku di bumi serta di langit”. Namun sayang, Mirza dan Ahmadiyahnya tidak pernah menceritakan kepada kita bagaimana cara Tuhan memberikan nama tersebut kepadanya. Lebih lanjut, para mufassir Ahmadiyah berpendapat bahwa, ayat 6 dari surat ash-Shaf merupakan sinyalemen futuristik dari Tuhan untuk kenabian Mirza. Ayat tersebut berbunyi: “Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad “. Maka dengan penafsiran liar seperti ini mereka telah melakukan pemerkosaan terhadap ayat al-Quran dan melakukan penodaan agama. Para ulama sepakat bahwa aliran yang kini berpusat di London dan dipimpin oleh Khalifah ke-IV Thahir Ahmad ini adalah sempalan yang sesat dan menyesatkan, ditinjau dari seluruh aspeknya (akidah, syariah, dan lain-lain, lebih lanjut lihat wawancara kru dengan Hartono A. Jaiz). |
|
22nd April 2008, 18:46 |
#3
|
Mania Member
|
Ahmadiyah? itu BUKAN ISLAM
JIL...baru islam sesat |
|
22nd April 2008, 18:46 |
#4
|
Registered Member
|
Ahmadiyah & Jaringan Islam Liberal 2
Beberapa faham inti ajaran Ahmadiyah:
Aliran Ahmadiyah Qadiyani berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi dan Rasul, barangsiapa yang tidak mempercayainya adalah kafir murtad. Ahmadiyah Qadiyani mempunyai kitab suci tersendiri yaitu “Tadzkirah” Kalangan Ahmadiyah mempunyai tempat suci tersendiri untuk ibadah haji yaitu, Rabwah dan Qadiyan di India. Selama hidupnya “nabi” Mirza tidak pernah melakukan ibadah haji ke Mekkah. Dengan demikian, terdapat penyimpangan dari ajaran Islam berdasarkan al-Quran dan al-Hadits yang menjadi mainstream pemahaman umat islam pada umumnya. Sehingga tak aneh jika di kebanyakan negara-negara Muslim aliran ini mendapatkan kecaman yang cukup keras. Seperti di Malaysia, pemerintah telah melarang ajaran Ahmadiyah di seluruh Malaysia sejak tanggal 18 juni 1975, lalu Brunei Darussalam juga telah melarang aliran ini di seluruh Brunei, kemudian pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah adalah kafir dan tidak boleh pergi haji ke Mekkah. Bahkan di tempat kelahirannya Pakistan, pemerintah Pakistan telah mengeluarkan keputusan bahwa Ahmadiyah adalah golongan minoritas non muslim. Kemudian lembaga-lembaga keislaman pun tak ketinggalan untuk mengeluarkan berbagai fatwa tentang pengharamannya. Semisal keputusan Majma’ al-Islami Organisasi Kenferensi Islam nomor 4 dalam Muktamar II di Jeddah Arab Saudi 22-28 Desember 1985, lalu keputusan Majma’ al-Fiqh Rabithah ‘Alam Islami, keputusan Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah al-Azhar, dan fatwa Munas MUI tahun 1980 tentang Ahmadiyah Qadiyan, serta masih banyak lagi fatwa dan keputusan yang senada. Kendatipun demikian, sebuah pemikiran dan ideologi tidak akan bisa musnah begitu saja walaupun pendirinya telah mati. Layaknya bahaya laten, pemikiran dan ideologi akan selalu eksis dan suatu saat dimungkinkan untuk menyebar dan mewabah kembali. Begitu pula dengan Ahmadiyah, yang menurut Hartono Ahmad Jaiz, seorang pakar aliran keagamaan, lebih berbahaya daripada narkoba (lihat: wawancara). Karena walau bagaimanapun, para pengikutnya akan selalu mempertahankan dan menjajanya dengan berbagai cara lewat jalan internal ataupun eksternal seperti orang-orang Islam yang notabene adalah agen sekularisasi, liberalisasi, dan imperialisme kontemporer. Ahmadiyah Telanjang Bulat di Indonesia Aliran Ahmadiyah masuk dan berkembang di Indonesia sejak tahun 1920-an dengan menamakan diri Anjuman Ahmadiyah Qadiyan Departemen Indonesia. Dan kemudian dinamakan Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang dikenal dengan Ahmadiyah Qadiyan, dan Gerakan Ahmadiyah Lahore Indonesia yang dikenal dengan Ahmadiyah Lahore. Ahmadiyah kini sudah mempunyai sekitar 200 cabang di seluruh Indonesia, pusatnya sekarang di Parung Bogor jawa Barat. Geliat kontroversi Ahmadiyah di Indonesia bukanlah barang baru, pada akhir 1970-an fenomena ini pun telah terjadi hingga akhirnya disusul oleh fatwa haram MUI di Munas II pada tahun 1980. Namun akhir-akhir ini, yang terjadi di Indonesia, Ahmadiyah mulai gentayangan lagi dan mencoba menancapkan kembali kukunya di bumi persada Indonesia. Hingga membuat MUI merasa gerah dan klimaksnya adalah meluncurnya paket fatwa MUI baru yang menegaskan kembali pengharaman Ahmadiyah di Munas VII MUI, pada tanggal 29 Juli 2005 (dulu MUI pernah mengeluarkan fatwa pengharamannya pada Munas MUI nomor 05/Kep/Munas II/MUI/1980). Yang mana isinya adalah sebagai berikut: Menegaskan kembali keputusan fatwa MUI dalam Munas II tahun 1980 yang menetapkan bahwa aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam). Bagi mereka yang terlanjur mengikuti aliran Ahmadiyah supaya segera kembali kepada kepada ajaran Islam yang haq (al-ruju’ ila al-haq), yang sejalan dengan al-Quran dan al-Hadits. Pemerintah berkewajiban untuk melarang penyebaran faham Ahmadiyah di seluruh Indonesia dan membekukan organisasi serta menutup semua tempat kegiatannya. Selain pengharaman Ahmadiyah, paket fatwa tersebut juga berisi pengharaman aliran Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme. Merespon butir-butir fatwa tersebut, sontak saja banyak yang mendukung dan tidak sedikit yang kontra terhadapnya. Ulil Abshar Abdalla –founding father Jaringan Islam Liberal- dalam jumpa persnya bersama Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) di sekretariat P2D, senin (1/08/2005), mengatakan: “Argumennya sangat singkat. Fatwa-fatwa MUI itu sangat konyol, tidak masuk akal dan tolol “. Ketika ditanya lebih lanjut oleh para wartawan, “Berarti ulama-ulama yang ada di MUI tolol? ”, tanpa tedeng aling-aling Ulil menjawab: “ Iya, sangat tolol ”. Senada dengan Ulil, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra sangat menyayangkan munculnya fatwa-fatwa dari MUI tersebut, karena dinilai sangat potensial menciptakan konflik, bukan hanya dikalangan internal islam tapi juga eksternal. Dia menambahkan, fatwa seharusnya tidak dilihat dari sudut hukum islam saja, tetapi harus ada kontak sosial politik sehingga relevan dengan perkembangan masyarakat. Begitulah sikap intelektual-intelektual muslim liberal yang notabene adalah agen sekularisasi dan imperialis. Dalam mendiagnosa persoalan wacana keagamaan, mereka lebih bangga untuk menggunakan teori-teori sosial (sosio-historis), fenomenologi sebagai pisau bedahnya ketimbang al-Quran, al-Hadits dan khazanah turats islam lainnya. Dengan dukungan Jaringan Islam Liberal (JIL) kelompok Ahmadiyah makin gencar menyebarkan kebohongan di tengah masyarakat. Berbeda dengan kalangan liberal, banyak juga kalangan yang mendukung fatwa-fatwa tersebut dan menilai bahwa langkah MUI memang sudah tepat. Salah satunya adalah Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) dalam siaran persnya (27/07/2005) yang dibacakan oleh HM. Aru Syeif Asad, Humas KISDI yang isinya menyatakan dukungan untuk MUI, dan jawaban terhadap kebohongan-kebohongan Ahmadiyah dan JIL. Seirama dengan KISDI, berkenaan dengan hal itu, Sebagaimana yang dilansir oleh banyak media, Hizbut Tahrir Indonesia melalui juru bicaranya Muhammad Ismail Yusanto, menyatakan: Mendukung penuh fatwa-fatwa MUI tersebut. Bahwa fatwa tersebut adalah haq (benar), yang ditetapkan oleh orang-orang yang kompeten dengan dalil dan argumen yang shahih serta dikeluarkan dalam musyawarah ulama yang merupakan forum tertinggi para ulama dari berbagai kelompok di Indonesia. Melalui fatwa tersebut, HTI menilai, para ulama telah menunjukkan peran sebagai waratsatul anbiya (pewaris para nabi) secara tepat, yakni dengan tegas melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menegakkan kebenaran dan menolak kebatilan demi kemashlahatan agama Islam dan umatnya secara luas. Menanggapi persoalan tentang Ahmadiyah, 14 abad yang lampau al-Quran sendiri telah menegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 79 bahwa mereka adalah orang-orang yang celaka, begitu juga dalam ayat-ayat yang lainnya, seperti Ali ‘Imron: 78, al-A’raf: 177, dan az-Zumar: 32. Demikianlah realita Ahmadiyah di Indonesia akhir-akhir ini, alih-alih ingin memancing di air keruh dan kembali mencoba spekulasi menyebarluaskan paham dan ajarannya, mereka justru babak belur dan telanjang bulat mempertontonkan aibnya sendiri. Kontemplasi Paradigmatik Bila kita renungkan lebih jauh, pada fenomena epidemi Ahmadiyah ini sebenarnya terdapat warning dan wake up call bagi kita, betapa ternyata tantangan dakwah begitu berat. Ajaran Islam semakin hari semakin jauh dari frame pemahaman ajaran Islam aslinya, para musuh-musuh Islam tak pernah kenal lelah untuk menjauhkan umat Islam dari identitas keislamanya. Dalam rangka purifikasi ajaran Islam sebagaimana yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dakwah sebenarnya membutuhkan kerja kolektif, sulit untuk bisa berjalan sendiri-sendiri. Diracik dari berbagai sumber. (Gonz - Red). |
|
22nd April 2008, 23:20 |
#7
|
Addict Member
|
Kemarin saya lihat Metro TV tgl 20 april 2008 jam 6.30 malam, mengulas masalah ahmadiyah.. kalau tidak salah berjudul "Mirza Gulam Ahmad.. nabi para penjajah" cukup jelas n menarik.
Apa ada yg sempat merekamnya ya? Kalau ada bisa sharing ke sini. Makasih |
|
23rd April 2008, 00:02 |
#8
|
|
Banned
|
Quote:
Tapi saya pernah berselancar di situsnya JIL dan Ahmadiyah. |
|
|
23rd April 2008, 01:15 |
#10
|
Banned
|
|
|
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer