HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Selasa, 2024/04/25 15:15 WIB
Atalia Praratya Mundur dari Pilwalkot Bandung
-
Selasa, 2024/04/25 17:35 WIB
Penampilan Mengejutkan YouTuber Dulu Beratnya 329 Kg, Kini Jadi Begini
-
Selasa, 2024/04/25 14:28 WIB
ABG 16 Tahun Tewas Usai Dibawa Ngamar 2 Pria Dewasa di Hotel Jaksel
-
Selasa, 2024/04/25 12:33 WIB
Ganjar Sebut Bu Mega Pilih PDIP di Luar Pemerintah
-
Senin, 2024/04/24 11:29 WIB
KPU Tetapkan Prabowo Jadi Presiden dan Gibran Wakil Presiden Baru RI
-
Senin, 2024/04/24 11:47 WIB
Ganjar Mengaku Tak Diundang ke Penetapan Prabowo-Gibran
|
Thread Tools |
7th July 2008, 09:57 |
#1
|
Groupie Member
|
Mohammad Natsir : seorang pemikir, dai, politisi, dan pendidik Islam
“Mengenang Seabad Mohammad Natsir”
Senin, 19 November 2007 Bagi umat Islam Indonesia, nama Natsir tentu sudah sangat tidak asing. Seabad pemikiran Islam ini dibedah. Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke 213 Oleh: Adian Husaini Kamis (15 November 2007), di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, digelar sebuah acara peluncuran panitia Refleksi Seabad Moh. Natsir: Pemikiran dan Perjuangannya. Sejumlah tokoh Islam dan pejabat tinggi negara tampak hadir, diantaranya Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Syuhada Bahri, Ketua MUI KH Khalil Ridwan, Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr. Jimly As-Shiddiqy, Menteri Sosial Bakhtiar Chamsah, Wakil Ketua MPR AM Fatwa, dan sebagainya. Tampil sebagai pembicara dalam seminar Prof. Dr. Ichlasul Amal, Ketua Dewan Pers yang juga mantan rektor UGM Yogya. Moh. Natsir lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat, 17 Juli 1908. Karena itu, puncak peringatan seabad Moh. Natsir akan dijadwalkan pada 17 Juli 2008. Tetapi, berbagai persiapan telah dilakukan oleh panitia. Duduk sebagai ketua kehormatan dalam panitia ini adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Bagi umat Islam Indonesia, nama Natsir tentu sudah sangat tidak asing. Ia adalah seorang pemikir, dai, politisi, dan sekaligus pendidik Islam terkemuka. Ia dikenal sebagai tokoh, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di dunia Islam. Dalam sambutannya, Ketua Umum Dewan Da’wah, Syuhada Bahri menggambarkan Natsir sebagai pribadi yang sangat unik. Menurut Syuhada, bidang apa pun yang digeluti Moh. Natsir, visinya sebagai dai dan pendidik senantiasa menonjol. Secara panjang lebar Syuhada menceritakan pengalaman pribadinya selama lima tahun bekerja satu ruang dengan Natsir. Jika kita membuka lembaran hidup Natsir, kita memang menemukan sebuah perjalanan hidup yang menarik. Sebagai politisi, Natsir pernah menduduki posisi Perdana MenteriRI pertama tahun 1950-1951, setelah Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jasa Natsir dalam soal terbentuknya NKRI ini sangat besar. Pada 3 April 1950, sebagai anggota parlemen, Natsir mengajukan mosi dalam Sidang Parlemen RIS (Republik Indonesia Serikat). Mosi itulah yang dikenal sebagai ”Mosi Integral Natsir”), yang memungkinkan bersatunya kembali 17 Negara Bagian ke dalam NKRI. Ketua Mahkamah Konstitusi, dalam sambutannya, juga menekankan jasa besar Natsir dalam soal NKRI ini, sehingga bangsa Indonesia sangat layak memberi penghargaan kepada Natsir. Selain itu, Natsir juga berulang kali duduk sebagai menteri dalam sejumlah kabinet. Dalam kesempatan itu, Mensos Bachtiar Chamsah mengakui, bahwa dirinya, sebagai Menteri, sudah mengajukan Natsir agar diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional. Usulan itu didasarkan atas usulan dari Pemda Sumatera Barat. Tetapi, tahun ini, usulan itu masih terganjal. Bachtiar tidak menjelaskan mengapa usulan itu Natsir ditolak oleh pihak Istana Kepresidenan. Yang jelas, katanya, tahun depan, dia akan mengajukan usulan yang sama. Banyak yang menduga, keterlibatan Natsir dalam PRRI merupakan faktor utama terganjalnya usulan tersebut. Tetapi, baik keluarga maupun para pelanjut perjuangan Moh. Natsir tidak terlalu mempersoalkan hal itu. Natsir bukan hanya pahlawan bagi Indonesia. Tetapi, dunia Islam sudah mengakuinya sebagai pahlawan yang melintasi batas bangsa dan negara. Tahun 1957, Natsir menerima bintang ’Nichan Istikhar’ (Grand Gordon) dari Presiden Tunisia, Lamine Bey, atas jasa-jasanya dalam membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Tahun 1980, Natsir juga menerima penghargaan internasional (Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah) atas jasa-jasanya di bidang pengkhidmatan kepada Islam untuk tahun 1400 Hijriah. Penghargaan serupa pernah diberikan kepada ulama besar India, Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan juga kepada ulama dan pemikir terkenal Abul A’la al-Maududi. Karena itulah, hingga akhir hayatnya, tahun 1993, Natsir masih menjabat sebagai Wakil Presiden Muktamar Alam Islami dan anggota Majlis Ta’sisi Rabithah Alam Islami. Adalah menarik jika menilik riwayat pendidikan Natsir. Tahun 1916-1923 Natsir memasuki HIS (HollandsInlandscheSchool) di Solok. Sore harinya, ia menimba ilmu di Madrasah Diniyah. Tahun 1923-1927, Natsir memasuki jenjang sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang. Lalu, pada 1927-1930, ia memasuki jenjang sekolah lanjutan atas di AMS (AlgemeneMiddelbareSchool) di Bandung. Lulus dengan nilai tinggi, ia sebenarnya berhak melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum di Batavia, sesuai dengan keinginan orang tuanya, agar ia menjadi Meester in de Rechten, atau kuliah ekonomi di Rotterdam. Terbuka juga peluang Natsir untuk menjadi pegawai negeri dengan gaji tinggi. Tetapi, semua peluang itu tidak diambil oleh Natsir, yang ketika itu sudah mulai tertarik kepada masalah-masalah Islam dan gerakan Islam. Natsir mengambil sebuah pilihan yang berani, dengan memasuki studi Islam di ‘Persatuan Islam’ di bawah asuhan Ustad A. Hasan. Tahun 1931-1932, Natsir mengambil kursus guru diploma LO (Lager Onderwijs). Maka, tahun 1932-1942 Natsir dipercaya sebagai Direktur Pendidikan Islam (Pendis) Bandung. Natsir memang seorang yang haus ilmu dan tidak pernah berhenti belajar. Syuhada Bahri menceritakan pengalamannya selama bertahun-tahun bersama Natsir. Hingga menjelang akhir hayatnya, Natsir selalu mengkaji Tafsir Al-Quran. Tiga Kitab Tafsir yang dibacanya, yaitu Tafsir Fii Dzilalil Quran, Tafsir Ibn Katsir, dan Tafsir al-Furqan karya A. Hasan. Kecintaan Natsir di bidang pendidikan dibuktikannya dengan upayanya untuk mendirikan sejumlah universitas Islam. Setidaknya ada sembilan kampus yang Natsir berperan besar dalam pendiriannya, seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Islam Bandung, Universitas Islam Sumatera Utara, Universitas Riau, Universitas Ibn Khaldun Bogor, dan sebagainya. Tahun 1984, Natsir juga tercatat sebagai Ketua Badan Penasehat Yayasan Pembina Pondok Pesantren Indonesia. Di bidang pemikiran, tahun 1991, Natsir menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universiti Kebangsaan Malaysia. Natsir memang bukan sekedar ilmuwan dan penulis biasa. Tulisan-tulisannya mengandung visi dan misi yang jelas dalam pembelaan terhadap Islam. Ia menulis puluhan buku dan ratusan artikel tentang berbagai masalah dalam Islam. Menurut Mensos Bachtiar Chamsah, tulisan-tulisan Natsir menyentuh hati orang yang membacanya. [Depok, 16 November 2007/www.hidayatullah.com] Bagi yang punya cerita mengenai M. Natsir, silahkan posting di sini |
Habit is second nature, or rather, ten times nature |
7th July 2008, 10:02 |
#4
|
Groupie Member
|
|
"My Strength comes from forgiveness of those who hurt me" |
7th July 2008, 10:03 |
#5
|
Groupie Member
|
Selasa, 12 Februari 2008 22:37 WIB
Wapres Minta Buku Karya M Natsir Diterbitkan Kembali Reporter : Hillarius U Gani JAKARTA--MI: Wakil Presdiden (Wapres) Jusuf Kalla menyarankan agar buku-buku karya M Natsir, mantan Perdana Menteri RI diterbitkan kembali, sehingga bangsa ini bisa menarik teladan dari sikap dan perjuangan tokoh tersebut. "Yang mengesankan dari Natsir ialah kesantunannya. Di tengah perilaku bangsa ini yang tiba-tiba menjadi sangat pemarah, kita memerlukan lahirnya kembali tokoh-tokoh yang cerdas , berfikir integral, dan santun seperti Natsir," ungkap sekum panitia peringatan Seabad M Natsir, Lukman Hakiem kepada wartawan di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (12/2). Menurutnya, ucapan Wapres tersebut dilontarkan saat menerima rombongan panitia Seabad M Natsir di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (12/2). Dalam kesempatan itu, kata Lukman yang juga anggota F-PPP DPR, Wapres menyatakan kesediaannya menjadi Ketua Kehormatan Panitia Seabad M Natsir. Dengan masuknya Wapres di jajaran kepanitiaan, ujarnya, menambah jumlah tokoh dan kalangan pejabat negara dalam jajaran kepanitiaan. Sebelumnya, Mensos Bahtiar Chamsyah dan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshidiqie juga menyatakan kesediaan masuk dalam kepanitiaan. Sedangkan dari kalangan politisi terdapat sejumlah nama seperti Ketua Panitia Laode M Kamaluddin, Imam Suhardjo (PPP), AM Fatwa (PAN), Yusril Ihza Mahendra (PBB), dan Irmadi Lubis (PDIP). Panitia Seabad M Natsir yang diterima Wapres, yakni Laode M Kamaluddin, Lukman Hakiem, AM Fatwa, A Fauzi Natsir, Harry Azhar Aziz, Imam Suhardjo, Ida Hasyim Ning, dan Usman Ali. Peringatan Seabad M Natsir, menurut Lukman, sudah dilakukan berupa seminar tentang pikiran dan perjuangan tokoh yang dikenal pemikirannya dapat diterima oleh semua golongan maupun agama itu. "Kita dari kepanitiaan merefleksikan kembali sikap M Natsir sebagai politisi dapat menyelesaikan persoalan yang rumit tanpa menyakiti hati yang protes. Sebagai pendakwah beliau bisa diterima oleh siapapun, termasuk ketika keberhasilannya tetap menyatukan Aceh yang ketika itu ingin berpisah dari NKRI," ungkapnya. Puncak acara Seabad M Natsir akan berlangsung pada 17 Juli 2008 yang disesuaikan dengan tanggal kelahiran M Natsir, 17 Juli 1908. Mengenai permintaan Wapres Jusuf Kalla, Lukman memastikan panitia akan menerbitkan kembali karya-karya utama M Natsir ,seperti Capita Selecta dan membuat film dokumenter tentang M Natsir. (Hil/OL-03) |
Habit is second nature, or rather, ten times nature |
7th July 2008, 10:03 |
#6
|
Medal Winner
|
Pak Natsir dan Jihad Palestina
Orang banyak mengenalnya sebagai Pak Natsir. Nama lengkapnya Muhammad Natsir, bergelar Datuk Sinaro nan Panjang, lahir di Minangkabau tanggal 17 Juli 1908, tepatnya di kampung Jembatan Berukir, Alahan Panjang, Sumatera Barat, dari pasangan Sutan Saripado dan Khadijah. Beliau adalah tokoh bangsa, tokoh umat, dan tokoh dunia Islam, karena aktifitas dan peran yang telah dilakukannya untuk Islam dan umat tanpa mengenal lelah. Pada tahun 1945-1946, pak Natsir menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP), tahun 1946-1949 menjabat sebagai Menteri Peneranan RI, tahun 1950-1951 menjadi Perdana Menteri RI. Dalam percaturan dunia Islam, khususnya di negara-negara Arab, pak Natsir sangat dikenal, dihormati dan disegani, beliau ikut serta dan terlibat pada beberapa organisasi Islam tingkat internasional, tahun 1967 diamanahkan menjabat Wakil Presiden World Muslim Congress (Muktamar Alam Islami), Karachi, Pakistan, tahun 1969 menjadi anggota World Muslim League, Mekah, Saudi Arabia, tahun 1972 menjadi anggota Majlis A’la al-Alam lil Masajid, Mekah, Saudi Arabia, tahun 1980 menerima “Faisal Award” atas pengabdiannya kepada Islam dari King Faisal, Saudi Arabia, tahun 1985 menjadi anggota Dewan Pendiri The International Islamic Charitable Foundation, Kuwait, pada tahun 1986 menjadi anggota Dewan Pendiri The Oxford Centre for Islamic Studies, London, Inggris dan angota Majelis Umana’ International Islamic Univesity, Islamabad, Pakistan. Ketika Subandrio naik haji dan ingin bertemu dengan Raja Faisal, Raja Faisal tidak mau menerimanya. Setelah diusahakan oleh pihak KBRI Jedah dan prosesnya agak lama, akhirnya Raja Faisal mau juga menerima Subandrio yang saat itu menjadi orang penting di Indonesia. Subandrio menceritakan tentang Islam di Indonesia, juga menceritakan perannya membela Islam, kisah naik haji dan lain-lain. Tanpa disangka dan diduga oleh Subandrio, Raja Faisal langsung bertanya, “Kenapa saudara tahan Muhammad Natsir?”. Pak Natsir pernah diasingkan oleh pemerintah Orde Lama ke Batu Malang, Jawa Timur (1960-1962) dan menjadi “tahanan politik” di Rumah Tahanan Militer (RTM) Keagungan Jakarta (1962-1966). “Saudara tahu”, kata Raja Faisal. “Muhammad Natsir bukan pemimpin umat Islam Indonesia saja, tetapi pemimpin umat Islam dunia ini, kami ini!”. Dalam bidang akademik, Pak Natsir menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang Politik Islam dari Universitas Islam Libanon (1967), dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia, dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Saint dan Teknologi Malaysia (1991). Perhatian dan kepedulian Pak Natsir terhadap Palestina terus bergelora, tak lapuk karena hujan, tak lekang karena panas, walau usianya sudah uzur, lah laruik sanjo istilah orang Minang, beliau masih memiliki semangat yang tinggi dan kepedulian yang besar terhadap urusan umat khususnya Palestina. Pak Natsir banyak meninggalkan karya tulis yang berkaitan dengan dakwah dan pemikiran, sebagiannya diterbitkan dalam bahasa Arab, misalnya Fiqh Da’wah, dan Ikhtaru Ahadas Sabilain (Pilih Salah Satu dari Dua Jalan). Beliau juga menulis buku khusus yang membahas permasalahan Palestina dengan judul Qadhiyatu Falisthin (Masalah Palestina). Menurut Al-Mustasyar Abdullah Al-‘Aqil, mantan wakil Sekretaris Jendral Rabithah Alam Islami di Mekah Al-Mukaromah, “Dr. Muhammad Natsir sangat serius memperhatikan masalah Palestina. Ia temui tokoh, pemimpin dan dai di negara-negara Arab dan Islam untuk membangkitkan semangat membela Palestina, setelah kekalahan tahun 1967”. Ketika redaktur majalah “Al-Wa’yul Islami” Kuwait, ustadz Muhammad Yasir Al-Qadhami bersilaturrahim ke rumah pak Natsir, Februari 1989, dan bertanya tentang tokoh-tokoh yang berpengaruh pada dirinya dan mempengaruhi perjuangannya, pak Natsir menjawab, “ Haji Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, Imam Asy Syahid Hasan Al-Banna, dan Imam Hasan Al-Hudhaibi. Sedang tokoh-tokoh Indonesia adalah Syekh Agus Salim dan Syekh Ahmad Surkati.” Di hadapan sekitar 2.000 orang yang hadir dalam acara Tasyakur 80 Tahun Muhammad Natsir, di Masjid Al-Furqan, Jalan Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, 17 Juli 1988. Pak Natsir menyampaikan kepada jama’ah, founding fathers, tokoh dan pendiri Republik ini, ulama, zuama, cendikiawan, dan generasi muda Islam tentang perjuangan anak-anak dan pemuda Palestina melawan penjajah Zionis Israel. “Soal Palestina yang selama ini macet, hidup kembali dengan demonstrasi, pemuda-pemuda dan anak-anak sekolah yang secara spontan menyatakan protes dengan beramai-ramai melempari dengan batu (bukan granat) dengan seruan Allahu Akbar, ke arah tentara Israel yang bersenjata lengkap. Sudah delapan bulan yang demikian itu berjalan, sudah banyak yang syahid ditembaki oleh tentara Israel. Tetapi mereka tak berhenti. Siapa yang mnenyangka tadinya akan demikian semangat jihad anak-anak belasan tahun berhadapan dengan angkatan bersenjata Israel…Demikianlah. Tak ada yang tetap di dunia ini. Innazzamaana Qadistadaara (Zaman beredar, musim berganti)”. Walau dikenal luas oleh para tokoh dunia, Pak Natsir tetap menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan. Pak Natsir merupakan salah satu dari sedikit tokoh Islam Indonesia yang sungguh-sungguh berjuang menghidupi Islam, bukan sungguh-sungguh hidup dari memanfaatkan Islam, sehingga menjadi gemuk di jalan dakwah, seperti yang sekarang banyak dikerjakan orang-orang yang mengaku tokoh Islam. Bagi Pak Natsir, dunia dengan segala gemerlapnya adalah kepalsuan, bukan hakikat. Tokoh yang sederhana ini wafat pada hari Sabtu tanggal 6 Februari 1993 pukul 12.10 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam usia 84 tahun. Semoga Allah ampuni segala dosanya, diterima segala amal ibadahnya dan dilapangkan kuburnya, dikumpulkan bersama para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih di dalam surga. “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauhmahfuz).”(QS: Yaasin/36: 12). H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA email: ferryn2006@yahoo.co.id |
7th July 2008, 10:09 |
#7
|
Groupie Member
|
UII Gelar Seminar Membedah Pemikiran Politik M. Natsir
Jun 12, 2008 at 10:02 AM UII bekerjasama dengan Panitia Peringatan Satu Abad M. Natsir, menyelenggarakan seminar nasional "Membedah Pemikiran Politik M. Natsir" pada 10 Juni 2008. Seminar diselenggarakan di Auditorium Kahar Muzakkir UII dengan menghadirkan beberapa pembicara yang berbicara dalam berbagai perspektif, mulai Sri Sultan Hamengkubuwono X, Prof. Joko Suryo (sejarawan UGM), Prof. Fachry Ali (UIN Syarif Hidayatullah), Habib Chirzin (tokoh pergerakan Islam), dan Prof. Edy Suandi Hamid (Rektor UII). M. Natsir adalah manusia langka. Salah satu tokoh terbaik yang diberikan Allah kepada bangsa ini. M. Natsir adalah tokoh yang pemikirannya melebihi zamannya. Dia seorang multi-linguist, menguasa banyak bahasa: Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan Arab. Dari pemikiran dan tekatnya lah, UII lahir. M. Natsir adalah sekretaris Dewan Kurator UII ketika pertama kali di dirikan dengan nama Sekolah Tinggi Islam, di Gondangdia, Jakarta pada 27 Rajab 1364 H yang bertepatan dengan 8 Juli 1945. Ketua Dewan Kurator adalah bapak bangsa Dr. Moh. Hatta, dan Rektor pertama UII adalah Prof. K. H. Abdul Kahar Mudzakkir. M. Natsir agalah negarawan, intelektual, dan pendakwah yang disegani tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kalangan internasional. Seminar yang dihadiri sekitar 200 peserta dari berbagai daerah di Indonesia ini juga disiarkan menggunakan jaringan INHERENT untuk bisa diikuti oleh perguruan tinggi dan lembaga lain yang terhubung dengan INHERENT. |
Habit is second nature, or rather, ten times nature |
7th July 2008, 10:12 |
#8
|
Groupie Member
|
Karir Natsir sebagai politikus mengalami pasang surut. Oposisinya terhadap Presiden Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin dan sikap terhadap komunisnya yang keras, mendiringnya untuk bergabung dengan kaum pembangkang yang pada mulanya digerakkan oleh panglima-panglima militer di daerah. Oposisi ini akhirnya merebak menjadi pergolakan bersenjata setelah mereka membentuk PRRI - pemerintah tandingan pemerintah pusat RI di Jakarta -- di SumBar.
Alasan pembentukan PRRI ini : 1. Pemerintah RI di bawah pimpinan PM Juanda merupakan pemerintahan tidak sah karena dibentuk oleh Presiden Soekarno dengan cara-cara yang menyimpang dari aturan-aturan konstitusi yang berlaku. 2. Mereka menuduh pemerintah pusat terlalu toleran terhadap golongan komunis, memfokuskan pembangunan ekonomi hanya di pulau Jawa dan mengabaikan daerah lain di Indonesia. |
"My Strength comes from forgiveness of those who hurt me" |
7th July 2008, 10:17 |
#9
|
Groupie Member
|
Mohammad Natsir
Rabu, 10 November 2004 Mohammad Natsir merupakan seorang pejuang yang konsisten dalam memegang prinsip perjuangan, beliau putra kelahiran Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat 17, Juli 1908, dengan gelar Datuk Sinaro Panjang. Kiprah Natsir sebagai tokoh intelektual, politikus, pemimpin negara, maupun tokoh dunia islam yang terkemuka di abad ini tak pernah selesai menjadi buah pembicaraan. Padahal dari segi asal-usul dan fisiknya, Natsir hanyalah orang biasa dengan temperamen yang lemah lembut bicara penuh sopan santun dan kadang-kadang gemar bercanda dengan siapa saja yang menjadi teman bicaranya. Sewaktu berusia delapan tahun Mohammad Natsir belajar di HIS (Hollandsch Inlandsche School) Adabiyah, padang dan tinggal bersama makciknya. Kemudian Natsir dipindahkan orang tuanya ke HIS pemerintah di Solok dan tinggal di rumah Haji Musa, seorang saudagar. Disini ia menerima cukup banyak ilmu. Pada malam hari ia belajar Al-Qur'an sedang paginya belajar di HIS. Pada tahun 1923 ia meneruskan sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs/ setingkat SMP sekarang di Padang di situ ia menjadi anggota JIB (Johg Islamieten Bond) Padang dan bersentuhan langsung dengan gerakan perjuangan pada 1927 ia melanjutkan ke AMS setingkat SMA sekarang di Bandung. Selama di AMS ia sangat tertarik pada ilmu agama waktu luangnnya di gunakan untuk belajar agama di Persatuan Islam (PERSIS) dengan bimbingan pendiri dan pemimpinnya Ustadz a. Hasan. Lulus AMS pada 1930 prestasi yang diperolehnya memungkinkannya ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, sejak di MULO ia sudah mulai mengenal perjuangan. Buktinya selain pernah mengetuai JIB Bandung 1928-1932 Natsir pernah pula aktif di Partai Islam Indonesia PII. Kegiatan politiknya terus berkembang setelah lebih jauh berkenalan dengan tokoh-tokoh gerakan politik seperti H. Agus Salim. Hal itu pula yang membuat Natsir muda menolak setiap tawaran beasiswa dari Pemerintah Belanda untuk meneruskan Pendidikan Fakultas Hukum Jakarta, Fakultas Ekonomi Rotterdam Belanda atau menjadi pegawai Pemerintah. Di dunia pendidikan Natsir sempat mendirikan Pendidikan Islam di Bandung sebuah bentuk Pendidikan Islam (Pendis ) moderen yang bernafas agama. Di Pendis ini Natsir menjadi direktur selama sepuluh tahun sejak 1932. Selain itu Natsir pernah pula menjadi anggota Dewan Kabupaten Bandung 1940-1942. Ia pun pernah aktif sebagai anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) 1945-1946 dan menjabat sebagai Menteri Penerangan tiga priode pada era kabinet Syahrir dan Hatta 1946-1949. Kemudian menjadi ketua DPP Masyumi 1949-1958. Pada saat Indonesia menjadi negara serikat atau RIS sebagai produk Konfrensi Meja Bundar ( KMB). Natsir menolak tawaran Bung Hatta menjadi Perdana Menteri Negara bagian RI di Yogya. Dalam Pemilu 1956 ia terpilih menjadi anggota DPR. Dari 1956 hingga 1958 ia menjadi anggota konstituante RI. Pada 1950 -1951 tokoh kita ini mendapat amanah menjadi Perdana Menteri. Hubungannya dengan Presiden Soekarno sempat merenggang selama penyelesaian Irian Barat. Puncaknya terjadi setelah pristiwa Cikini November 1957.Dalam perjalanan selanjutnya, Natsir dan Bung Karno makin sering bersilang pendapat. Sementara Bung Karno semakin perkasa di puncak kekuasaan dan akrab dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), Natsir menjaga jarak dengan Soekarno dan kian menyisih sambil tetap memimpin fraksi Masyumi di parlemen 1950-1958. Di samping menjadi anggota konstituante 1956-1958 Pada 17 Agustus 1959,Bung Karno secara sepihak membubarkan Masyumi dan memaklumatkan pengampunan pada Natsir dan kawan-kawan. Natsir terkecoh tiba di Jakarta Natsir dan Sjafrudin serta kawan-kawan lainnya di tangkap atas tuduhan terlibat pemberontakan rakyat RI atau disingkat PRRI Permesta. Natsir di asingkan dengan menjalani karantina politik di Batu Malang Jatim 1950-1962 dan menjadi tahanan politik di rumah tahanan militer atau RTM Keagungan Jakarta 1962-1966 hingga akhirnya pada Juli 1966 Natsir di bebaskan tanpa melaui proses pengadilan. Sementara di luar keadaan telah berubah kemudian politik telah berganti. Orde lama dari Soekarno tumbang Orde Baru lahir dan Soeharto muncul memimpin. Pada tahun 1957 misalnya Natsir memimpin sidang Muktamar Alam Islamy di Damaskus. Pada Tahun 1967, Natsir bersama Ulama dan Zuama mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di Jakarta, dan dipercaya menjadi Ketua DDII sejak 1967 sampai masa tuanya. Dan sejak tahun itu pula, Natsir menjabat Wakil Presiden Muktamar Alam Islami yang bermarkas di Karachi, Pakistan dan Anggota Liga Muslim Dunia bermarkas di Makkah, Saudi Arabia. Lalu sejak 1972, ia menjabat sebagai anggota Majlis A'la al-Alamy lil Masajid, Makkah, Saudi Arabia. Tidak mengherankan bila banyak penghargaan yang diperoleh sepanjang hayatnya. Satu diantaranya adalah "Faisal Award " dari King Faisal, Saudi Arabia, Suatu Penghargaan atas pengabdian Natsir pada Islam. Selain itu beliau juga telah mewariskan ide dan pemikiran yang mahal dan langka. Semuanya telah tertuang dalam beberapa artikel yang jumlahnya tak terhitung. Untuk buku saja tak kurang dari 20 judul. Mohammad Natsir wafat di Jakarta, Tahun 1993. Sumber foto majalah SABILI* Pada Januari 1985, Mohammad Natsir jatuh sakit. ''Cuma terserang flu. Menurut dokter, Bapak memang perlu istirahat,'' tutur istrinya, tentang sang suami yang rambutnya sudah memutih. Sudah lama bekas Ketua Umum Partai Masyumi itu tidak lagi berceramah -- biasanya di Masjid Alfurqon, Kramat, Jakarta. Tetapi, Natsir masih membaca, dan malah tetap menulis untuk dua majalah yang dipimpinnya, Media Da'wah dan Suara Masjid. Bekas Perdana Menteri RI 1950-1951 ini sudah berusia 76 tahun. ''Perbanyaklah ibadah,'' katanya tentang ''resep'' panjang umurnya. ''Yang jelas, orang setua saya ini yang paling tepat mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu Wa Ta'ala,'' tambah Natsir, yang pernah tiga kali menjadi menteri penerangan. Yaitu dalam Kabinet Syahrir I dan II, dan Kabinet Hatta. Ayah empat anak, hasil pernikahannya dengan Ummi Nur Nahar, dan kakek 15 cucu ini dilahirkan di Alahan Panjang, Sumatera Barat. Setamat HIS (SMP), ia merantau ke Bandung, dan masuk AMS ''klasik Barat'' yang mengutamakan pelajaran bahasa Inggris, Belanda, dan Latin. Rektor (direktur) AMS bernama Dr. van Bessem, ternyata, sangat progresif. Sebagai segelintir orang Indonesia yang terdidik, kata Van Bessem kepadanya, ''Kamu harus memerdekakan bangsamu!'' Malah, konon, sang rektor memberi kesempatan kapada para murid Indonesia berapat di dalam kelas -- ditamengi Van Bessem dengan berpura-pura mengerjakan sesuatu di depan kelas. Putra pegawai kecil ini sendiri, waktu itu, aktif di organisasi pemuda Jong Islamieten Bond. Jepang datang, Natsir, yang sudah merampungkan AMS, lalu bekerja di kantor Gubernur di Bandung. Gubernurnya, Jenderal Anea, anehnya, juga bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Gubernur Jepang berusia 70 tahun itu suatu hari selepas jam kerja (pukul 16.00) mencegat Natsir ketika ia hendak pulang. ''Gunakanlah waktu luang sebaik-baiknya,'' kata Natsir mengulangi ucapan Anea, yang lalu menambahkan, ''Ini isyarat agar kita menyusun kekuatan.'' Yang mengharukan tokoh ulama Islam ini ialah, anjuran seperti itu justru dikemukakan ketika kekuasaan penjajah sedang tangguh-tangguhnya. Natsir, yang mendirikan dan mengetuai Yayasan Pendidikan Islam di Bandung, 1932, mulai menulis di majalah Pembela Islam dan Pedoman Masyarakat. Ia memakai nama samaran A. Moechlis. Pada 1936, lahirlah buku Cultuur Islam, yang ditulisnya bersama Porf. C.P. Wolf Kemal Schoemaker dalam bahasa Indonesia. Lalu Mohammad als Proveet, 1931, Gauden Regels Regels uit den Quran, 1932, dan De Islamietische Vrouw en haar Recht, 1933. Pada 1954, muncul Some Observations concerning the Role of Islam in National and International Affair, yang merupakan bagian dari program Asia Tenggara Universitas Cornell, Ithaca, AS. Tahun- tahun berikutnya terbit Capita Selecta, Islam dan Kristen di Indonesia, dan The New Morality. Bekas murid ulama Hassan yang terkenal di Bandung ini mengecam pendapat sementara ilmuwan bahwa ilmu fiqih sudah tidak relevan. ''Kepandaian mereka belum cukup untuk menghayati Islam secara benar.'' Untuk mengembalikan Islam ke masa jayanya, seperti di zaman Khalifah Umar, ufuk dakwah harus diperluas, sambil kembali kepada Quran dan Hadis. Natsir gembira dengan semakin banyaknya pemuda Indonesia menggemari buku Islam. ''Lihatlah, para pembeli buku Islam umumnya kaum muda,'' kata penerima hadiah Malik Faisal, Arab Saudi, bidang pengembangan Islam, 1980, itu. Menjadi menteri penerangan sekarang dinilai Natsir lebih gampang dibandingkan dengan 35 tahun yang silam. ''Menteri penerangan dulu harus keliling, kini cukup duduk-duduk ditemani komputer,'' ujar Ketua Dewan Da'wah Islamiah Indonesia itu. Antara 1961 dan 1966 ia pernah ditahan. Konon, bukan karena Natsir pernah menjadi Deputi Perdana Menteri PRRI, tetapi karena ia konsisten anti-Soekarno |
Habit is second nature, or rather, ten times nature |
7th July 2008, 10:18 |
#10
|
Groupie Member
|
Biografi
Nama : MOHAMMAD NATSIR Lahir : Alahan Panjang, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 Agama : Islam Pendidikan : - HIS, Padang (1923) - Madrasah Diniyah, Solok (1923) - MULO, Padang (1927) - AMS, Bandung (1930) - Studi Islam di Persatuan Islam Bandung (1932) - Kursus guru diploma LO (1932) Karir : - Ketua Jong Islamieten Bond, Bandung (1928-1932) - Direktur Pendidikan Islam, Bandung (1932-1942) - Anggota Dewan Kabupaten Bandung (1940-1942) - Kepala Biro Pendidikan Kota Madya (Bandung Shiyakusho) (1942- 1945) - Anggota Badan Pekerja KNIP (1945-1946) - Menteri Penerangan (1950-1951) - Ketua Umum Partai Masyumi (1949-1958) - Anggota Parlemen (1950-1958) - Anggota Konstituante (1956-1958) - Deputi Perdana Menteri PRRI (1958-1960) - Dikarantina di Batu, Ja-Tim (1960-1962) - Ditahan di RTM/Keagungan Jakarta (1962-1966) - Vice President World Muslim Congress (1967-sekarang) - Ketua Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah, Jakarta (1967) - Anggota World Muslim League (Rabithah Alam Islamy) (1969) - Anggota Majelis Ala Al-Alamy lil Masajid (Dewan Masjid Sedunia) (1976-sekarang) Karya : - antara lain: Cultuur Islam, bersama CP Wolf Kemal Schoemaker, Pendidikan Islam, 1936 - Persatuan Agama dengan Negara, Padang, 1968 - Islam dan Kristen di Indonesia, Pelajar, 1969 - Capita Selecta, Bulan Bintang, 1973 - The New Morality, Disusun bersama SU Bajasut, 1969 - Islam dan Akal Merdeka, Hudaya, 1970 Sumber www.pdat.co.id dan www.manajemenqolbu.com |
Habit is second nature, or rather, ten times nature |
detikNews
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer