HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Minggu, 2024/05/05 13:16 WIB
Ruben Onsu Tanggapi Soal Kabar Pisah Rumah dengan Sarwendah
-
Kamis, 2024/05/03 11:37 WIB
Heboh Gugatan ke Ruben Onsu di PN Jaksel, Ini Klarifikasi Sarwendah
-
Kamis, 2024/05/03 11:32 WIB
Ria Ricis Resmi Cerai dari Teuku Ryan, Ini Isi Putusannya
-
Senin, 2024/04/30 14:50 WIB
Via Vallen Usir Adik dari Rumah Usai Kejadian Gadai Barang
-
Minggu, 2024/05/05 13:09 WIB
Dikabarkan Terserang Stroke, Kondisi Betharia Sonata Sudah Membaik
-
Minggu, 2024/04/29 11:13 WIB
Kabar Bahagia, Virzha Resmi Nikahi Wanita Keturunan Arab
|
Thread Tools |
13th December 2020, 00:21 |
#5631
|
Mania Member
|
SABTU, 15 MEI 1993, CORY MUNCUL LAGI DI TPI
SABTU (15/5/93) ini, acara TPI (Televisi Pendidikan Indonesia), Sorotan Pekan Ini (SPI), kembali menghadirkan hasil wawancara dengan mantan Presiden Filipina, Corazon Aquino. Setelah sebelumnya memunculkan sosok Cory di acara Jendela, 11-13 Mei 1993 lalu, belakangan TPI mengambil sebagian cuplikan hasil wawancara yang dilakukan reporter TPI, Suyanto dengan Corazon "Cory" Aquino di SPI.
Menurut Haris Jauhari, koordinator liputan TPI, pernyataan Cory mengenai peranan wanita dan pembangunan (waktu itu) akan ditanggapi langsung oleh Ir. Erna Witoelar (mantan ketua YLKI/tokoh LSM), Prof. DR. Saparinah Sadli (guru besar psikologi UI), Santi Puspo Sucipto (tokoh wanita), dan Tuti Adhitama (tokoh pers). Topik yang (waktu itu) akan diketengahkan ialah tentang berbagai pemikiran wanita dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta koperasi sebagai alternatif mengentas kemiskinan. Pandangan Cory yang dianggap penting, antara lain, mengenai wanita dan peningkatan peran wanita ASEAN. Berikut ini sebagian kutipan wawancara yang dilakukan Suyanto dari TPI dengan Cory (dalam bahasa Inggris, sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, red): "Saya sangat bahagia dapat berkunjung kembali ke Indonesia. Selama ini, kami menganggap Indonesia adalah mitra kami di Asia. Saya tahu, kita dapat saling membantu dalam berbagai aspek. Misalnya, saya mengharapkan kita lebih meningkatkan pertukaran tenaga kerja, seperti yang telah ada selama ini. Masyarakat Indonesia banyak yang belajar di Filipina. Saya juga tahu secara pasti terdapat 4.000 tenaga profesional Filipina bekerja di sini. Pertukaran tenaga kerja ini sangat baik untuk mempererat hubungan. Kita dapat saling belajar. Saya berharap, masing-masing pemerintah dapat meneruskan peningkatan kunjungan organisasi kemasyarakatan di antara Filipina dan Indonesia." Menanggapi Qory secara langsung, Suyanto bilang, "Qory, bagi saya adalah wanita yang luar biasa. Ia begitu terbuka dan tulus menjawab. Tak sedikit pun terlintas rasa bosan dari dirinya ketika saya wawancarai." Sementara itu, koordinator bidang liputan, Haris Jauhari secara jujur mengatakan bahwa TPI bangga karena berhasil mewawancarai Qory lebih dulu dibanding RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) dan TVRI. "Sejak Senin (10/5/93), begitu dia mendarat di bandara, kami dari TPI sudah melakukan wawancara. Dan pada hari itu, Qory hanya mau diwawancarai TPI di hotel," kata Haris. Kehadiran tokoh-tokoh dunia di TPI, menurut manajer PR ('public relation') TPI, Henny Elvandari, sudah sering. "Sebelum Cory, sudah ada beberapa tokoh dunia tampil di TPI. Tradisi wawancara itu memang sudah sering kami lakukan." Bagaimana hasil lengkap pemikiran Cory, dan bagaimana tanggapan para tokoh wanita di Indonesia mengenai Cory plus topik yang diajukan, sebaiknya (waktu itu) Anda saksikan saja di layar TPI. Dok. Jawa Pos, 15 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:21 |
#5632
|
Mania Member
|
PARA PENYANYI DUNIA DALAM PAKET MUSIK
PENYANYI kulit hitam dari negeri Paman Sam, Bobby Brown, yang belum lama (waktu itu) ini tampil di sebuah hotel mewah di Jakarta, Sabtu (15/5/93) sore menjumpai pemirsa layar kaca RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia)/SCTV (Surya Citra Televisi) dalam kemasan paket Trend Musik. Dalam kesempatan ini, Bobby yang diwawancarai khusus, (waktu itu) akan membeberkan tentang sukses kariernya, sekaligus komentarnya mengenai musik dunia.
Sangat menarik menyimak perjalanan karier penyanyi ini. Karena kepopuleran Bobby sempat menggeser kedudukan MC Hammer yang lebih dulu eksis di jalur musik rap. Dan Bobby yang saat itu berpredikat bapak dari seorang anak, Bobby Christina Brown, dari istrinya (waktu itu), Whitney "Bodyguard" Houston. Ketika manggung di Indonesia, dia mengatakan "'I love Indonesia'," meskipun dia mengakui bahwa udara di sini sangat panas menurut ukurannya. Penyanyi jebolan New Edition ini, sangat menyukai lagu-lagu yang bertemakan cinta. Alasannya, cukup ringan, yakni karena cinta adalah kebahagiaan. Dan dia suka membuat orang bahagia dengan keberadaannya. David Bowie (saat itu) akan tampil dengan 'single' Jump They Say. Ketika datang ke sini, dia memuji keindahan Indonesia. Bahkan karena rasa fanatisnya terhadap keindahan Indonesia ini, David membangun rumah mewah dengan arsitektur Jawa dan Bali, dan kayu yang digunakan untuk membangun rumah itu didatangkan dari Indonesia. Pirsawan yang pernah menyimak Beauty and The Beast, pasti kenal dengan Celine Dion yang membawakan lagu tersebut dengan pas bersama Peabo Bryson. Dalam kesempatan ini, Celine Dion (waktu itu) akan tampil dengan album terbarunya (kala itu), Nothing Broken But My Heart. Sementara itu, Wendy dan Lisa jebolan kelompok Price & The Revolution, mengawali karier duet mereka dengan lagu The Closing of The Year yang merupakan 'soundtrack' film anak-anak Toys dengan pemeran utama Robin William yang dikenal dengan perannya, Peter Pan dalam Hook. Sedangkan kelompok Milli Vanilli yang pernah menghebohkan dunia musik dengan kasus lipsingnya, kali ini (waktu itu) akan tampil untuk unjuk kebolehan dengan vokalnya sendiri. Bob dan Fab memang sudah waktunya (kala itu) menunjukkan kebolehan mereka dalam We Can Get It On yang dikemas dengan musik 'rhythm & blues' (RnB) yang manis. Rolling Stones dalam kesempatan ini mengisahkan adanya cerita cinta yang tertinggal di Vietnam, setelah perang berkecamuk pada 1960an, lewat lagu Rudy Tuesday. Dan hampir semua tentara Vietnam bisa menyanyikan lagu yang mengalun dari vokal "serak" Rod Stewart, dalam paduan musik opera. Dan Whitney Houston (waktu itu) akan tampil dengan lagu ciptaan Linda Thompson/David Foster, I Have Nothing yang diambil dari film Bodyguard yang melambungkannya dalam dunia layar perak. Dok. Jawa Pos, 15 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:22 |
#5633
|
Mania Member
|
INFO BUGAR DEWI YULL
MULAI hari Rabu (19/5/93), TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) menayangkan acara Info Bugar tiap hari. Dr. Sadoso ditunjuk sebagai pemandu tetapnya. Kerjasama TPI dengan Medifarma ini pelaksanaan produksinya dipegang sebuah 'production house' pimpinan Dewi Yull. "Kami hanya sebagai pelaksana produksi," kata Dewi Yull. "Materi acara dan lainnya ditentukan pihak TPI."
Menyinggung soal materi acara, kepala bidang liputan TPI, Mirza Kumala mengatakan bahwa selama itu paket acara olahraga senam kesegeran jasmani (SKJ) terkesan monoton dan kurang variatif. "Hal itu terjadi karena gerakannya tak banyak berubah," kata Mirza. "Oleh karena itu, semoga acara Info Bugar lebih punya daya tarik dan tidak monoton." Lebih lengkapnya, Dr. Sadoso menjelaskan isi acara utama Info Bugar yang ditayangkan tiap pagi selama empat menit itu. "Secara gampang, Info Bugar merupakan informasi singkat mengenai kebugaran." Pakar dan spesialis 'sport medicine' di Indonesia itu menambahkan, "Sejak pemerintah mencanangkan panji olahraga, banyak masyarakat yang melakukannya. Entah itu olahraga untuk tujuan kesehatan atau prestasi." Meski olahraga sudah memasyarakat, menurut pengamatan Dr. Sadoso, masih banyak terjadi salah kaprah dalam berolahraga. Misalnya, "Latihan yang kurang benar atau berlebihan. Penyimpangan dalam olahraga itu justru tidak meningkatkan prestasi, malah menurunkan," kata Dr. Sadoso. "Atau bukannya sehat. Tapi malah pegal linu." Menghindari kesalahpahaman dalam berolahraga dan kesalahan dalam persepsi itulah, menurut Dr. Sadoso, acara Info Bugar (IB) diluncurkan. Misalnya, dalam salah satu paket, dijelaskan secara singkat bahwa dengan berolahraga tentu secara teratur, seseorang yang menderita tekanan darah tinggi tahap sedang dan ringan, bisa sembuh dengan sendirinya. "Sebenarnya olahraga itu pun ada takarannya. Setiap orang berbeda usia dan kemampuannya," katanya. Dok. Jawa Pos, 19 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:23 |
#5634
|
Mania Member
|
DISPENDA SURABAYA KEBERATAN MEMBAGI PAJAK REKLAME SCTV, SARAN GUBERNUR AKAN DIBAHAS
DINAS Pendapatan Daerah (Dispenda) Kotamadya Surabaya keberatan jika diharuskan membagi pajak reklame dari stasiun Surya Citra Televisi (SCTV) dengan daerah-daerah lain. "Rasanya tidak mungkin, kalau pajak yang dipungut dari siaran iklan di SCTV tersebut harus dibagi dengan Dispenda lainnya," kata kepala Dispenda KMS, Moch. Raoyani, SH, kepada wartawan di Grahadi, 17 Mei 1993.
Pasalnya, lanjut Raoyani yang ditemui saat mengikuti pembukuan rapat konsultasi tersebut Dispenda Tk. I dan Tk. II se-Indonesia di Grahadi, 17 Mei 1993, pengenaan pajak tersebut didasarkan pada tempat reklame yang dipungut pajak tersebut disiarkan. "Jadi, bukan di mana tayangan reklame tersebut diterima," katanya. Penegasan Raoyani itu disampaikan sehubungan saran Gubernur Jatim, Sularso, saat memberikan sambutan pada pembukaan rapat yang (waktu itu) akan berlangsung hingga hari Selasa (18/5/93) tersebut, yang menyarankan pajak reklame dari SCTV bisa dibagi ke daerah lain yang terjangkau siaran SCTV. Alasannya, menurut Gubernur (Sularso), untuk pemerataan pendapatan daerah. Pungutan pajak terhadap siaran iklan di SCTV sendiri sudah ditetapkan sejak empat tahun sebelumnya (1989) dan nilainya menurut Raoyani setiap bulan rata-rata Rp 3 juta. Dan sejak ditetapkan hingga 1993 ini, pungutan itu masuk di Dinas Pendapatan Daerah KMS, sebagai pihak yang mengeluarkan peraturan tentang pungutan tersebut. Menurut Raoyani, jika pungutan pajak reklame didasarkan atas sampai di mana siaran iklan tersebut ditangkap, nantinya (waktu itu) akan bisa merembet ke siaran-siaran iklan di media elektronik lainnya. "Kalau begitu, bagaimana dengan siaran iklan di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) atau siaran iklan TV swasta lainnya (RCTI dan ANTV), termasuk yang dari luar negeri. Apa kami juga berhak menerima pajak dari situ?", katanya dengan nada tanya. Namun, lanjut Raoyani, karena hal ini merupakan saran gubernur, nantinya (waktu itu) akan dibahas dalam rapat. "Yang jelas, penjelasan saya ini bukan merupakan koreksi atas saran gubernur tadi, lho," tambahnya. Sementara itu, ketua Dispenda Jatim, R. Jatmiko Sumodiharjo, yang ditemui secara terpisah juga membenarkan, kemungkinan berat saran gubernur itu untuk dilaksanakan. Untuk itu, dia memberi contoh kasus pungutan pajak terhadap penyebaran pamflet reklame dari PT Gudang Garam. PT Gudang Garam, sebagai penyebar pamflet waktu itu menyetorkan pajak reklame atas pamflet yang disebarkan kepada Dispenda Kabupaten Kediri. Padahal, peneybaran pamflet menjangkau hampir semua daerah di Jatim. Namun seperti halnya Raoyani, Jatmiko juga mengatakan bahwa saran gubernur tersebut bagaimanapun, (kala itu) akan dibahas dalam rapat yang (ketika itu) akan berlangsung di Kantor Dispenda Jatim. Kebetulan salah satu materi yang (waktu itu) akan dibahas dalam rapat yang diikuti 7 Kadispenda Tk. I dan 37 Kadispenda Tk. II di Indonesia itu, juga membicarakan masalah pajak reklame. Dok. Jawa Pos, 18 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:24 |
#5635
|
Mania Member
|
ANTEVE BANGUN TRANSMISI DI SEMBILAN PROVINSI, MENJELANG SIARAN NASIONAL MULAI AGU 93
SEJUMLAH sutradara sinetron mengimbau pihak PT Cakrawala Andalas Televisi (ANteve) bersama TVRI, RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia), dan TPI (Televisi Pendidikan Indonesia), ikut meningkatkan mutu kualitas sinetron, selain memperkukuh ketahanan budaya nasional.
"Sebagaimana selektivitas ketat yang mulai diterapkan pihak RCTI terhadap sinetron-sinetron yang akan ditayangkan, saya pikir ANteve, bila mau menayangkan sinetron-sinetron bermutu, harus ketat menyeleksi setiap sinetron yang akan ditayangkan. Termasuk terhadap pihak 'production house' yang akan ditunjuk untuk bekerjasama," kata seorang sutradara sinetron senior kepada Jawa Pos, yang ditemui di TVRI Senayan, 17 Mei 1993. Sebagai televisi swasta yang (saat itu) masih baru, menurut sutradara yang enggan namanya dikorankan ini, sejumlah program tayangan ANteve sudah bisa dinilai baik sejak beroperasi pada 1 Januari 1993 lalu. "Termasuk beberapa program tayangan yang ditujukan bagi anak muda, walaupun gambarnya agak kabur bila disaksikan penonton Jakarta," lanjutnya. "Diancam" TV asing Sementara itu, kepada Menpen Harmoko yang melakukan peninjauan di stasiun ANteve, Bandar Lampung, Minggu (16/5/93), presdir ANteve, Agung Laksono (saat itu) melaporkan, pihaknya (kala itu) akan memulai siaran nasional pada Agustus 1993 yang saat itu akan datang. Dalam waktu dekat (setelah itu) ini, ANteve (waktu itu) akan membangun stasiun transmisi di sembilan provinsi, yakni Palembang (Sumsel), Lampung, Sumut, Jakarta, Jabar, Jateng, Yogyakarta, Jatim, dan Sulsel. Stasiun yang berdiri di areal seluas 4.300 meter persegi di Lampung ini baru didukung pemancar berkekuatan satu kW. Dalam waktu dekat (setelah itu), kekuatan pemancarnya (kala itu) akan ditambah menjadi 10 kW, dan 23 personil. Menurut Harmoko, salah satu kebijaksanaan pemerintah mengembangkan televisi swasta secara nasional, antara lain untuk mengimbangi derasnya siaran televisi asing ke wilayah Indonesia. Karena itu, "Saya tidak ingin masyarakat Indonesia hanya menonton tayangan TV asing. Masyarakat Indonesia harus menonton tayangan TV sendiri," tegas Harmoko. Kebijaksanaan program penyiaran TV swasta secara nasional, menurut dia sangat penting. Karena dalam era globalisasi dewasa itu, setiap negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, dapat menerima siaran TV mancanegara. "Transponder pemancar TV asing, yang peralatannya diarahkan ke Indonesia, sudah melebihi jumlah televisi swasta yang ada di Indonesia. Ini harus diantisipasi oleh televisi swasta," imbau Harmoko. Supaya masyarakat Indonesia senang menonton TV nasional, menurut dia, pengelola TV swasta harus bisa menyajikan mata acara yang sesuai dengan aspirasi masyarakat Indonesia. "Di sini, sangat dibutuhkan kejelian, sehingga tayangan lokal dapat diterima masyarakat. Saya yakin, jika acaranya dikemas secara baik, persentase penonton TV lebih banyak ke TV kita sendiri," kata Harmoko. Lebih lanjut diakuinya, mendirikan TV swasta memerlukan modal yang tidak sedikit, selain harus dibekali keterampilan modalnya. Munculnya stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia, tambah Harmoko, (waktu itu) akan sangat membantu dalam menyalurkan banyak tenaga kerja, yang antara lain ditandai berdirinya 300 rumah produksi penyiaran di Jakarta, teknisi, dan grup-grup yang akan mengisi siaran. Keberadaan TV swasta, menurut Harmoko, harus memperkukuh ketahanan budaya nasional, menegakkan harga diri, mempererat persaudaraan, dan kesatuan antar bangsa Indonesia. Dok. Jawa Pos, 18 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:25 |
#5636
|
Mania Member
|
RIA ENES BINTANG TAMU KETOPRAK SAYEMBARA
RIA Enes dipastikan menjadi bintang tamu ketoprak sayembara berjudul Ampak-Ampak Singgelopuro yang (waktu itu) akan diproduksi TVRI Stasiun Surabaya bersama kelompok Siswobudoyo pimpinan Ki Siswondo.
"Kami minta doa restu agar paket yang kami produksi ini tidak ada hambatan. Karena itu, malam ini (18/5/93) kami mengundang rekan-rekan wartawan serta beberapa mitra kerja TVRI dalam acara tasyakuran," tutur Drs. Djamiris Nyaman, kepala stasiun TVRI Surabaya, kepada Jawa Pos, 18 Mei 1993 malam. Paket yang dikemas dalam 4 episode tersebut keseluruhannya mengambil lokasi di Jawa Timur, tepatnya di daerah Trowulan dan sekitarnya. Setiap episodenya ditayangkan 60 menit. Acara 19 Mei 1993 malam itu, kata Djamiris, di antaranya (waktu itu) bakal memperkenalkan tokoh dan pemain yang (kala itu) akan mendukung paket tadi. Naskah ditulis Ki Siswondo sendiri. Menurut Djamiris, ketoprak yang (waktu itu) akan diproduksi mulai 29 Mei 1993 tersebut (waktu itu) bakal direlai TVRI Stasiun Yogyakarta. Sesuai janji kepsta Yogya, jika ada paket menarik dari TVRI Surabaya, TVRI Yogya akan merelainya, seperti kerjasama terdahulu dalam ketoprak sayembara Siung Macan Kumbang. Ditanya kenapa stasiun Surabaya getol memproduksi paket berbau tradisional, Djamiris menegaskan bahwa paket semacam inilah yang tampaknya dibutuhkan dan disukai masyarakat Jatim dan sebagian Jateng. Apalagi TVRI mengemban misi melestarikan serta membudayakan kesenian tradisional di tengah gencarnya budaya asing dalam tayangan stasiun swasta. "Ini harus kami imbangi agar kesenian tradisional tidak makin hilang. Apalagi saat ini (1993) sudah banyak stasiun luar negeri yang bisa ditangkap dengan parabola. Jika bukan TVRI yang menyelamatkan tayangan semacam ini, siapa lagi?", tutur kepsta yang (waktu itu) bakal menunaikan ibadah haji bersama istrinya ini. Yang menarik, paket ini (waktu itu) akan diproduksi eksklusif sesuai dengan skenario yang ditulis Ki Siswondo. Trik-trik yang ditonjolkan meliputi teknik perang atau pertengkaran antar tokoh, yang tentu dengan mempergunakan adu kesaktian tingkat tinggi. Untuk itu, kru TVRI (saat itu) bakal membuat sajian ini dengan sistem 'chromakey' serta beberapa teknik terbaru (waktu itu) yang dimiliki awak TVRI Surabaya. Selain itu, acara 19 Mei 1993 malam, memperkenalkan seluruh kru ludruk sayembara berjudul Harta Karun Nyi Blorong, yang (waktu itu) akan dimainkan gabungan pemain ludruk di Jawa Timur. Kesenian khas 'Suroboyo' tersebut juga diproduksi dalam 4 episode, dengan materi per episodenya 60 menit. Selain seniman ludruk, acara ini melibatkan bintang tamu artis Jatim. Namun sejauh itu, Djamiris belum menyebutkan siapa saja artis tersebut. "Datang saja besok (19 Mei 1993 malam, red) deh. Anda bisa wawancarai langsung para artis dan seniman tersebut. Juga mekanisme kerja kru TVRI-nya," kata pria kelahiran Padang itu. Dok. Jawa Pos, 19 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:26 |
#5637
|
Mania Member
|
RI-JEPANG JAJAKI BIDANG PENYIARAN, HARMOKO: "TV TRANSNASIONAL SERING ABAIKAN ETIKA SI
PEMERINTAH Jepang (waktu itu) akan mengirim satu tim peneliti ke Indonesia untuk menjajaki kerjasama penyiaran antar kedua negara. Hal itu terungkap dalam pertemuan Menpen Harmoko dan Wakil Menteri Pos dan Telekomunikasi Jepang, Tetsuo Marimoto, di Jakarta, 19 Mei 1993.
Kedatangan Marimoto ke Indonesia, serangkaian dengan kunjungan tidak resminya ke beberapa negara di kawasan ASEAN. Walaupun kunjungannya ke Indonesia bersifat tidak resmi, tetap penting bagi Indonesia. Marito ingin melihat langsung kemajuan yang dicapai Indonesia, terutama di bidang penyiaran. Apa yang sudah dilakukan Indonesia, khusus di bidang penyiaran. "Sangat tepat, terutama yang berkaitan dengan mengantisipasi era globalisasi sekarang (1993) ini," kata Marimoto (waktu itu). Jepang, menurutnya, ingin menjalin kerjasama di bidang penyiaran dengan Indonesia, terutama dalam meningkatkan kualitas piranti keras maupun lunak di Pusat Pendidikan dan Latihan Multimedia (MMTC), Yogyakarta. Sementara itu, Harmoko mengatakan, pemerintah Indonesia sangat berterima kasih atas perhatian Jepang dalam mengantisipasi dampak negatif siaran TV transnasional. Kaitannya dengan hal itu, pemerintah Jepang siap mengadakan panel diskusi untuk membahas masalah tersebut di Jepang, 3-6 Juni 1993 yang waktu itu akan datang. "Antisipasi terhadap dampak negatif ini sangat penting, mengingat ada kecenderungan para penyelenggara siaran TV transnasional sering mengabaikan etika penyiaran maupun materi siaran," tegas Harmoko. Hal ini hampir sama dengan pernyataan Harmoko ketika meninjau stasiun ANteve (Andalas Televisi) di Bandar Lampung, Minggu (16/5/93). Menurutnya, salah satu kebijaksanaan pemerintah mengembangkan TV swasta secara nasional, antara lain untuk mengimbangi derasnya siaran televisi asing ke wilayah Indonesia. "Saya tidak ingin masyarakat Indonesia hanya menonton tayangan TV asing. Masyarakat Indonesia harus menonton siaran TV sendiri," tegasnya. Kebijaksanaan program penyiaran TV swasta secara nasional, menurutnya sangat penting. Karena dalam era globalisasi dewasa itu, setiap negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, dapat menerima siaran TV mancanegara. Menurut Harmoko, transponder pemancar TV asing, yang peralatannya diarahkan ke Indonesia, (waktu itu) sudah melebihi jumlah stasiun TV swasta yang (waktu itu) ada di Indonesia. "Ini harus diantisipasi oleh stasiun TV swasta (RCTI, SCTV, TPI, dan ANTV)," katanya. Supaya masyarakat Indonesia senang menonton TV nasional, pengelola TV swasta diimbau (waktu itu) agar menyajikan mata acara yang sesuai dengan aspirasi masyarakat Indonesia. Mendirikan TV swasta, tambah Harmoko, memerlukan modal yang tidak sedikit. Selain harus dibekali keterampilan mengelolanya. Karena itu, keberadaan TV swasta harus memperkokoh ketahanan budaya nasional, menegakkan harga diri, mempererat persaudaraan, dan kesatuan antar bangsa Indonesia. Dok. Jawa Pos, 19 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:27 |
#5638
|
Mania Member
|
EMPAT EPISODE KETOPRAK, DIUNGGULKAN UNTUK FSI
EMPAT episode sinetron tradisional, Ampak-Ampak Singgelopuro yang (waktu itu) bakal diproduksi bulan Mei 1993 ini, rencananya (waktu itu) dijagokan sebagai salah satu sinetron unggulan TVRI Surabaya pada Festival Sinetron Indonesia (FSI) yang saat itu akan datang.
"Insya Allah, paket empat episode yang ditayangkan Juli mendatang (1993) itu akan kami kemas menjadi satu paket dan bakal dikirim sebagai salah satu unggulan peserta FSI dari TVRI Surabaya," kata Asmayadi, pengarah acara paket ketoprak sayembara tersebut (waktu itu). Dia katakan, paket berdurasi 60 menit setiap episodenya itu (waktu itu) bakal diproduksi dengan teknik modern pertelevisian, dipadu dengan trik panggung gaya Siswo Budoyo yang dikenal dahsyat dalam gelaran setiap pertunjukannya. Untuk itu, bisa dipastikan paket berwarna tradisional tersebut (waktu itu) akan punya warna lain dibanding paket-paket sinetron yang dimiliki TVRI selama itu. Sebab, meski paket ini bertema tradisional, segala trik yang diperlukan dibalut dengan teknik modern visualisasi. Tujuan utamanya, membuat takjub penonton. "Selama ini, kita selalu dicengangkan kehebatan film-film asing yang selalu menghadirkan teknik canggih. Untuk itu, lewat sinetron tradisional ini, kami ingin menunjukkan bahwa kita pun mampu menandingi sajian itu, tanpa melupakan ketradisionalan dan akar budaya Indonesia," ujar Djamiris Nyaman, kepala stasiun TVRI Surabaya, yang dijumpai Jawa Pos secara terpisah. Bisa dimungkinkan, paket yang digarap dengan seluruh kru Siswo Budoyo tersebut merupakan langkah awal TVRI dalam melestarikan ketoprak di TVRI. Sebab, selama itu Siswo Budoyo yang dikenal besar di masyarakat hampir tidak pernah lagi mengisi acara-acara TVRI Surabaya, seperti 5 tahun sebelumnya (1988). Padahal, sajian Siswo Budoyo selalu dinanti masyarakat Jawa Timur. Cerita yang ditulis Ki Siswondo sendiri itu, merupakan perwujudan nyata Ki Siswondo dalam menunjukkan eksistensi kelompok tradisional Jatim yang (waktu itu) masih hidup. Sebab, dengan masuknya paket ketoprak yang dimainkan kelompok luar daerah Jatim beberapa saat sebelumnya bagai mencolok sendiri. Karena Jatim punya kelompok ketoprak yang telah mumpuni dan beken dibanding kelompok lainnya. Untuk itu, dengan ketoprak sayembara ini, Siswo Budoyo (waktu itu) akan tampil lebih sempurna dengan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. "Pokoknya, kami akan melaksanakan kepercayaan yang diberikan TVRI Surabaya dengan sebaik-baiknya. Karena bagaimanapun, kelestarian kesenian tradisional merupakan tanggung jawab saya sebagai seniman ketoprak," tutur Siswondo. Bintang tamu yang (waktu itu) bakal menjadi penyedap lakon ini adalah Ria Enes, penyanyi yang dikenal lewat suara anak-anaknya, Suzan. Selain Ria memang punya pengalaman bermain satu panggung dengan kelompok ini, skenario yang ditulis Siswondo menyamai karakter permainan Ria. Untuk inilah, Ria ditawari dan bersedia main menjadi bintang tamu. Ditanya kesediaannya bermain ketoprak ini, Ria Enes yang sebelumnya dalang dalam acara tasyakuran produksi paket ini, menyatakan siap bermain dengan segala kemampuan yang dimiliki. "Bagaimanapun, sebagai artis saya juga ingin tampil di mana saja. Jika saya dibutuhkan dalam ketoprak, saya akan berusaha bisa. Demikian juga jika diminta bermian ludruk serta seni di luar menyanyi. Namun, tentu saja itu sebatas kemampuan saya sebagai ratis penyanyi," jelas penyiar (radio) Suzana tersebut. Dok. Jawa Pos, 21 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:27 |
#5639
|
Mania Member
|
MUSIK BARU TVRI SESUAI IMBAUAN MENPEN
IMBAUAN Menpen Harmoko agar televisi meningkatkan acara yang mengangkat budaya nasional, rupanya cepat diantisipasi oleh berbagai pihak, khususnya dari TVRI Stasiun Jakarta. Kepala Dinas Kebudayaan, Mochtar Effendi, menyambut baik hadirnya sebuah acara musik baru (waktu itu) di TVRI, Wajah-Wajah Indonesia. Sebuah paket yang tak hanya berisi hiburan, tetapi juga mengangkat sejarah dan akar kebudayaan nasional di Indonesia.
"Kami menyambut gembira kehadiran acara Wajah-Wajah Indonesia. Karena materi isinya bisa mendukung program pemerintah untuk memperkokoh dan melestarikan budaya Indonesia." Komentar serupa juga banyak bermunculan dari kalangan musisi dan artis penyanyi. Termasuk Titiek Puspa, yang mengatakan bahwa acara tersebut bisa memberi rangsangan kepada generasi yang saat itu akan datang, untuk turut mempelajari dan melestarikan budaya nasional. "Saya salut dan bangga kepada ibu Isti Dari Sofia (koordinator acara tersebut, selain paket Pesona Nada-red), yang punya berjuta-juta karsa," kata Titiek Puspa. "Karena acara itu bisa dijadikan tuntunan, dari nenek-nenek seperti saya sampai pada generasi mudanya." Acara yang diproduksi atas kerjasama TVRI dan Yayasan Jodi Utomo dan PT Summarecon Agung itu, menurut Isti Dari, sengaja mengambil tema: Kebesaran suatu bangsa terletak pada kepribadian dan budaya bangsa itu sendiri. "Kami mempercayakan penggarpaannya kepada pihak TVRI," kata Dari. "Semua peralatan dan krunya berasal dari TVRI. Kami hanya menyediakan materi dan idenya." Dan yang lebih penting, "Mengangkat dan melestarikan budaya nasional itu bukan semata-mata tanggung jawab kami atau TVRI, tetapi juga sudah jadi tanggung jawab kita bersama," kata Isti. "Untuk itulah, kami mengimbau semua pihak untuk turut membantu menyukseskannya." Acara Wajah-Wajah Indonesia (WWI) itu (waktu itu) akan dikemas dengan unsur hiburan sebanyak 50% dari persentase masa tayangnya yang 55 menit itu. "50%-nya lagi, yakni yang kami angkat dari akar budaya Indonesia, tokoh-tokoh sejarah, dan beberapa peristiwa bersejarah lainnya." Tentu saja, jelas Isti, kemasannya tidak seperti film dokumenter. Mereka (waktu itu) akan menyesuaikannya dengan ramuan hiburan yang enak ditonton. "Tugas kru TVRI yang meraciknya, sehingga enak ditonton." Di segi hiburannya, tentu saja (waktu itu) akan ditampilkan berupa lagu-lagu yang (waktu itu) akan dinyanyikan oleh beberapa artis ternama dan penyanyi muda (kala itu) yang dianggap cukup potensial. Lagu-lagu yang (waktu itu) akan dibawakan, menurut Isti, bisa saja berupa lagu-lagu perjuangan atau yang bernafaskan semangat perjuangan. Misalnya, lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki, Ibu Soed, atau Titiek Puspa. "Bisa saja lagu baru yang diciptakan khusus untuk itu. Asal sejalan dengan isi temanya." Acara yang (waktu itu) akan digelar dua bukan sekali pukul 20.00 WIB itu, menurut Isti, (waktu itu) belum bisa dipastikan kapan jadwal penayangannya yang pasti. "Kami masih mencari kesepakatan jadwal yang tepat dengan pihak TVRI. Menyinggung soal pendanaan, Ferry Fadli (salah satu tim produksi, red) mengatakan, "Relatif sih ya. Nanti, kalau kami sebutkan 10 juta, bisa saja membengkak menjadi 100 juta. Khan nggak enak jadinya." Dok. Jawa Pos, 21 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
13th December 2020, 00:28 |
#5640
|
Mania Member
|
FARIZ KEMAS PAKET MUSIK DI ANTEVE, SETELAH YANG TERPILIH DIHENTIKAN SCTV
OBSESI Fariz RM mengemas paket musik di layar kaca, tampaknya (waktu itu) akan kembali terwujud. Setelah paket Yang Terpilih tidak dilanjutkan oleh SCTV (Surya Citra Televisi), belakangan dia menangani acara musik di ANteve (Andalas Televisi). "Proyeksi paketnya sih, tidak jauh berbeda dengan yang di Surabaya. Hanya saja, tentu di beberapa sisi kami kemas beda. Apalagi, bentuk dan sajiannya jelas tidak sama," kata Fariz yang dijumpai Jawa Pos belum lama (waktu itu) ini di Surabaya.
Paket musik yang diproduksi itu, merupakan tawaran pihak ANteve pada PT Artha Pola Selaras yang dipimpinnya. Melihat suksesnya dia mengemas paket Rhapsodia milik TVRI Stasiun Surabaya dan Yang Terpilih kemasan SCTV. Karena itu, saat itu dia sedang disibukkan dengan proyek musiknya di Bandar Lampung ini. Berarti ia harus mondar-mandir Jakarta-Lampung. Mengenai artis yang (waktu itu) akan ditampilkan, Fariz mengaku menanganinya sendiri. Karena yang ini tidak bisa diwakilkan, seperti istrinya yang waktu itu dia angkat sebagai manajernya. "Kalau artis saya yang pilih sendiri, karena sayalah yang harus menentukan karakter artis yang akan ditampilkan dalam paket itu. Jika tidak, mungkin acara itu akan melenceng dengan obsesi dan warna yang telah saya garisnya. Bukan saya tidak percaya dengan anak buah saya lho, sebab mengemas paket itu harus selaras dengan yang ditampilkan," katanya lagi. Ditanya siapa saja yang akan ditampilkan dalam paket ini untuk pertama kali, Fariz (waktu itu) masih belum mau menyebutkan nama-nama mereka. Selain karena kontrak itu (kala itu) belum final, dia juga takut jika nantinya disebutkan tidak jadi mendukung acaranya. "Nanti kalau sudah positif kami akan undang wartawan. Karena mungkin paket ini salah satu paket andalan ANteve di bidang musiknya," jelas suami Oneng yang jadi manajernya itu. Paket berdurasi 60 menit itu, (waktu itu) akan ditayangkan secara kontinyu setiap bulan. Namun sejauh itu, Fariz belum menyebutkan kapan dan tiap tanggal berapa acara itu ditayangkannya. Sampai saat itu, diakui dia telah mengontak beberapa artis besar dari berbagai jenis aliran musik. Seperti juga dalam Yang Terpilih, di situ juga ada warna rock serta pop. "Pokoknya, tidak berbeda dengan yang telah saya buat. Hanya konsepnya, paket itu kita kemas lain dari yang sudah ada. Ditambah beberapa sentuhan lain khas dari ANteve. Bagaimana bentuknya, ya ditunggu saja. Percuma kalau saya hanya cerita, iya khan?", katanya meminta persetujuan dengan wartawan. Dok. Jawa Pos, 22 Mei 1993, dengan sedikit perubahan |
detikHot
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer