HOT TOPICS :
Gosip | COVID-19 | Ayo Vaksin
|
Thread Terpopuler
-
Kamis, 2024/04/27 14:21 WIB
Anwar Fuady Jatuh Cinta Lagi di Usia 77 Tahun, Siap Nikahi Wiwiet Tatung
-
Selasa, 2024/04/25 11:31 WIB
Pengacara Ungkap Ada Perjanjian Pisah Harta Harvey Moeis dan Sandra Dewi
-
Rabu, 2024/04/26 11:29 WIB
Momen Azizah Salsha Peluk Pratama Arhan Usai Indonesia Kalahkan Korsel
-
Selasa, 2024/04/25 11:21 WIB
Komentar Baim Wong, Saat Paula Verhoeven Mulai Berhijab
-
Jumat, 2024/04/22 15:00 WIB
Unggahan Natasha Rizki di Hari Anniversary Pernikahan dengan Desta Jadi Sorotan
-
Senin, 2024/04/24 11:14 WIB
Polisi Sebut Chandrika Chika 1 Tahun Gunakan Narkoba
|
Thread Tools |
23rd September 2020, 18:10 |
#5261
|
Mania Member
|
SCTV UMUMKAN PENGURUS BARU, PAK NOER DIMINTA TETAP JADI PRESKOM
WAKIL komisaris utama SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia), Sudwikatmono bersama anggota komisaris Peter F Gontha, secara khusus, 15 Maret 1991 datang di SCTV Surabaya untuk mengetahui lebih jelas persoalan pengunduran diri H. Moh. Noer sebagai presiden komisaris. Yang mengejutkan, Sudwikatmono ternyata juga mengumumkan pengurus baru SCTV.
Dia menjelaskan, perubahan pengurus baru itu bukan karena adanya persoalan mundurnya Moh. Noer, tapi semata-mata untuk penyegaran. Pak Noer sendiri dalam kepengurusan baru (waktu itu) itu, masih tetap dicantumkan sebagai preskom. Namun, ada beberapa nama baru (waktu itu) yang muncul dalam kepengurusan itu. Untuk jabatan direktur utama, misalnya belakangan dijabat oleh "orang baru" (waktu itu), Drs. S. Supoyo, Ak., seorang akuntan ternama Surabaya yang banyak terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam kepengurusan sebelumnya, pekerjaan sehari-hari dirut ini ditangani oleh DR. Ir. Agus Mulyanto. Sedangkan dalam kepengurusan baru (waktu itu), Agus duduk sebagai direktur bersama Henry Pribadi, Indriena Basarah (dari RCTI), dan Teuku Syaiful Azwar (dari RCTI). Sedangkan dalam jajaran dewan komisaris, muncul nama-nama baru (waktu itu) antara lain Drs. Husein Suryopranoto, Tanri Abeng, dan Herman Djuhar. "Perubahan pengurus itu, sekali lagi hanya untuk penyegaran, bukan karena pengunduran Pak Noer," ujar Sudwikatmono. Pak Noer sendiri, menurut Sudwikatmono (waktu itu) tetap akan diminta untuk duduk sebagai preskom. Sebagaimana diberitakan harian ini (Jawa Pos), 15 Maret 1991, Moh. Noer mengajukan surat pengunduran diri sebagai presiden komisaris SCTV. Surat tertanggal 7 Maret 1991 itu telah diterima para pimpinan SCTV, dan 15 Maret 1991 dibahas dalam rapat staf. Dalam pertemuan tersebut, Pak Dwi bersama Peter memperoleh banyak masukan, sekaligus penjelasan secara gamblang berbagai masalah yang dialami SCTV, khususnya soal pengunduran diri tokoh Jatim itu. Sudwikatmono, yang tidak bersedia berbicara dengan wartawan saat tiba dari Jakarta, segera memberikan penjelasan setelah memperoleh masukan dari hasil rapat yang menghabiskan waktu satu jam itu. Dikatakannya, surat pengunduran diri Pak Noer (waktu itu) baru saja dibacanya. Demikian halnya dengan berita surat kabar yang memuatmasalah tersebut. "Saya terkejut dengan adanya berita ini. Kedatangan saya ke sini sebetulnya juga akan saya manfaatkan untuk 'suwan' Pak Noer. Saya ingiin bertemu dengan beliau," katanya. Sayang sekali, lanjutnya, ternyata Pak Noer (waktu itu) pergi ke Jakarta. Sehingga niat ini tidak bisa kesampaian. "Pak Noer baru pulang siang nanti (15 Maret 1991, red.), sementara saya terpaksa sudah harus di Jakarta. Jadi 'sliringan'," ucapnya (waktu itu). Keinginan bertemu Pak Noer tak lain untuk mendapatkan penjelasan secara langsung apa yang menjadi latar belakang sebenarnya 'uneg-uneg' mantan gubernur Jatim dan mantan Dubes RI di Perancis ini, sehingga tidak ingin lagi membantu SCTV. "Saya ingin masalah ini bisa 'clear'." Oleh karena itulah, lanjutnya, kalaupun pada kesempatan kunjungannya ke Surabaya belum bisa bertemu muka dengan Pak Noer, dalam waktu dekat (setelah itu), dia (waktu itu) akan memprogramkan kegiatan itu. Sudwikatmono pada prinsipnya tetapmenginginkan Pak Noer tetap memangku jabatannya semula. Oleh karena itulah, dalam susunan kepengurusan komisaris dan direksi SCTV yang disahkan 15 Maret 1991, Pak Noer masih tetap tercatat sebagai komisaris utama. "Sampai kami mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari keinginan Pak Noer itu," katanya. Kalau memang keinginan Pak Noer itu tidak bisa diubah lagi, lantaran sudah merupakan prinsip, maka SCTV tetap akan menganggap Pak Noer sebagai sesepuh. Karena ikatan historis yang kuat sekali antara Pak Noer dengan pendirian SCTV. "Kita akan berusaha meminta, tapi khan tidak bisa memaksa. Kalau nggak mau ya tidak bisa 'digondoli' khan," tambah pengusaha nasional itu. Soal keberatan Cak Noer terhadap paket program siar, khususnya terhadap beberapa jenis film yang dinilai kurang sesuai untuk ditampilkan, Sudwikatmono yang pada kesempatan itu berbicara bergantian dengan direksi atau komisaris lainnya, mengatakan bahwa untuk mengubah program siaran secara cepat tidak mudah. Masalahnya, perencanaan program itu sudah dilakukan dalam waktu enam bulan sebelumnya. Soal keberatan Pak Noer atas program siaran yang dinilai kurang bisa mewakili kultur dan budaya Indonesia, khususnya Jatim, yang sebagian besar masyarakatnya kuat terhadap hal-hal yang religius, Pak Dwi bisa memahami. "Kami bisa memahami kalau ada kontradiksi. Sementara di usia pihak, keberadaan beliau dalam satu badan pendidikan, di sisi lain ada desakan terhadap keberatan siaran SCTV," kata Sudwikatmono. Dia berharap masalah pengunduran diri Cak Noer tidak diperuncing. Apa yang terjadi merupakan satu koreksi atas kesalahan yang (waktu itu) akan diupayakan untuk segera dibenahi. Ditanya Jawa Pos seberapa jauh kewenangan seorang presiden komisaris mengoreksi paket siaran yang akan ditayangkan, Sudwikatmono mengatakan bahwa dalam AD/ART memang ada kewenangan untuk itu. Hanya saja, kembali pada penjelasan sebelumnya, kadang kala memang agak sulit mensinkronkan. Masalahnya, ada manajemen yang mengatur program siaran agar dipola dalam bentuk paket-paket. Butuh waktu untuk mengubahnya. Sudwikatmono pada kesempatan itu mengumumkan dewan direksi dan komisaris yang (waktu itu) baru, yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan reorganisasi. Bukan karena adanya pengunduran. Dirut Drs. S. Supoyo, Ak., direktur Henry Pribadi, DR. Ir. Agus Mulyanto, Indriena Basarah, Teuku Syaiful Azwar. Dewan komisaris, preskom: H. Moh. Noer, wakil komisaris: Sudwikatmono, komisaris: Drs. Husein Suryopranoto, Aziz Moechdar, DR. A. Fuad, Peter Gontha, Herman Djuhar, Tanri Abeng. Dok. Jawa Pos, 16 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 18:12 |
#5262
|
Mania Member
|
PAK NOER BELUM TANGGAPI PERMINTAAN SUDWIKATMONO
H. Moh. Noer (waktu itu) masih belum bersedia memberikan jawaban, atas permintaan wakil komisaris SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia), Sudwikatmono, agar tetap duduk sebagai presiden komisaris televisi swasta kedua di Indonesia itu. "Saya belum bisa menjawab pertanyaan itu," katanya kepada Jawa Pos, 15 Maret 1991 petang di kediamannya.
Pak Noer, 15 Maret 1991 petang baru tiba dari Jakarta untuk urusan keluarga. Didampingi istrinya, mantan gubernur Jatim ini memang tidak begitu banyak berkata, apalagi berkomentar tentang permintaan agar dia tetap memperkuat SCTV Surabaya. "Sudahlah, nanti saja," balasnya. Demikian juga ketika disinggung adanya keinginan Sudwikatmono untuk bertemu secara langsung dalam kunjungannya ke Surabaya, 15 Maret 1991, Pak Noer hanya senyum. Dikatakannya, bahwa tidak ada pemberitahuan soal rencana pembicaraan itu dengannya. Sepengetahuannya, kedatangan komisaris SCTV itu ke Surabaya berkaitan dengan penyelesaian gedung baru (waktu itu) dan rencana pertemuan dengan Gubernur Jatim, Sularso. Ditanya masalah yang sebenarnya menjadi dasar pengunduran dirinya, Cak Noer sambil tersenyum mengelak untuk menjawabnya. Demikian pula ketika didesak tentang keterkaitan pengunduran dirinya dengan penayangan program siaran mimbar agama di media kaca itu. Soal penayangan mimbar agama ini, menurut sumber Jawa Pos, konon merupakan klimaks dari keberatan-keberatan yang disampaikan Pak Noer, atas rencana penayanagn program siaran SCTV. Masalahnya, program itu dikemas dengan siaran komersial (iklan). Rencana pemaketan seperti itu dinilai tidak patut dilakukan khususnya untuk konsumsi masyarakat Jatim, yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Pak Noer - menurut sumber Jawa Pos - merasa kecewa setelah mendapatkan surat dari MUI Jatim ayng pada prinsipnya berisikan keberatan paket program semacam itu. Sesepuh Jatim ini, kata sumber itu merasa terkejut dengan surat dari MUI Jatim. Masalahnya, Pak Noer merasa belum pernah diajak bicara dengan adanya rencana penayangan program yang ditanggapi MUI itu. Sayangnya, tidak dijelaskan masalah apa tanggapan MUI tersebut. Peter Gontha, salah seorang komisaris SCTV yang datang bersama Sudwikatmono mengatakan bahwa paket siaran semacam itu (waktu itu) masih merupakan rencana saja, yang (waktu itu) akan diproduksi oleh Index Production House. Sehingga (waktu itu) belum ada dibicarakan dengan direksi maupun komisaris. "Nggak tahunya, sudah keekspos," tambahnya. Pak Noer - menurut sumber itu - memang sudah seringkali mengingatkan agar sebelum program siaran itu ditayangkan, dikonsultasikan terlebih dahulu. Permintaan ini, menurut sumber itu sangat wajar sekali. Masalahnya, dialah tokoh masyarakat Jatim yang tentunya mengetahui dengan baik sifat dan karakter psikologis masyarakat provinsi ini. Sementara itu, ketua MUI Jatim, KH Misbach mengharapkan (waktu itu), agar Pak Noer tetap duduk sebagai preskom SCTV. "Atau sebagai apa saja asal tetap di SCTV," ujarnya kepada Jawa Pos, 15 Maret 1991 malam. 15 Maret 1991 sore, tiga orang utusan dari SCTV bertemu dengan ketua MUI tersebut untuk membicarakan program kerjasama yang bersifat konsultatif dan operasional. Khususnya, program-program agama. Dok. Jawa Pos, 16 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 18:13 |
#5263
|
Mania Member
|
SURABAYA KITA: SCTV AKAN SELEKSI ACARA DI SURABAYA, HIKMAH PENAYANGAN WOK WITH YAN
DIREKTUR utama SCTV (Surya Citra Televisi), Drs. S. Supoyo, Ak. mengatakan, penayangan acara Wok With Yan, Senin sore (18/3/91) lalu, sebenarnya merupakan acara rutin. "Tapi kalau ada sebagian warga yang menilai acara tersebut kurang tepat, kami minta maaf sebesar-besarnya," ujarnya kepada Jawa Pos, 19 Maret 1991.
Supaya diwawancarai berkaitan dengan tayangan acara Wok With Yan, yang mempreragakan menu masakan babi, Senin (18/3/91) sore. Acara itu disayangkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim karena waktunya dinilai kurang tepat. "Kami tidak protes, sayang acara itu ditampilkan pada saat puasa," ujar ketua MUI Jatim, KH Misbach kepada SCTV. Dia menyarankan agar di waktu yang saat itu akan datang, lebih hati-hati. Menanggapi hal tersebut, Supoyo mengatakan, SCTV (waktu itu) akan mengambil tindakan para 'programmer'. "Masalah itu akan kami bicarakan, terutama untuk mengambil hikmahnya agar SCTV lebih berhati-hati," ujar Supoyo yang (waktu itu) baru pekan sebelumnya menjabat dirut SCTV. Supoyo menjelaskan, materi acara yang ditayangkan Senin (18/3/91) sore itu tidak diberitahukan kepadanya selaku dirut SCTV. "Setelah tahu ada reaksi terhadap acara itu, saya langsung adakan pertemuan dengan beberapa staf. Dari situ kami ketahui, bahwa selama ini paket-paket acara tersebut diterima secara mendadak dari Jakarta (RCTI). Lha, kalau begini, bagaimana bisa menyeleksi program?", katanya. Sementara itu, sumber Jawa Pos mengatakan bahwa paket acara SCTV biasanya datang dari Jakarta (RCTI) satu atau dua hari sebelum ditayangkan. Dia memberi contoh acara Rocket yang ditayangkan Sabtu sore, materinya baru diterima SCTV Jumat sore. Agar tidak terjadi kesalahan serupa, kata Supoyo, SCTV (waktu itu) akan membentuk tim seleksi ulang untuk program yang ada, khususnya materi dari luar negeri. "Selama ini, semua materi diseleksi di Jakarta (RCTI), dan Surabaya (SCTV) tinggal putar saja," katanya (waktu itu). Tentang adanya beberapa pakar TV dari Amerika yang bekerja di SCTV, misalnya Cattie Mories sebagai 'advisor program', Supoyo mengatakan bahwa mereka hanya bertindak sebagai pemberi saran. "Sedang semua 'policy' kami sendiri yang menentukan." Dok. Jawa Pos, 20 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 18:15 |
#5264
|
Mania Member
|
SCTV: "PAK NOER TIDAK MUNDUR"
"TIDAK, Pak Noer tidak mengundurkan diri kok," kata 'general manager operation' DR. Ir. Agus Mulyanto, M.Sc, menjawab pertanyaan mengenai pengajuan surat permohonan pengunduran diri preskom SCTV, Moh. Noer, 14 Maret 1991. "Itu tidak benar, malah saya baru dengar masalah ini," ujarnya (waktu itu). Karena itu, lanjut Agus, ia tidak merasa perlu memberikan jawaban rinci mengenai hal ini. "Tidak ada bantahan. Jadi, ya tidak ada apa-apa," katanya singkat.
Ketika dijelaskan bahwa Pak Noer menyarankan wartawan agar menanyakan kejelasan ini pada SCTV (Surya Citra Televisi), Agus justru menyarankan agar menanyakan langsung kepada yang bersangkutan. "Sementara dari saya, ya seperti yang saya katakan tadi, semuanya saya anggap tidak benardan saya sampai saat ini (Maret 1991) saya belum tahu," ujarnya (waktu itu). Saat dikejar pertanyaan apakah dia tahu bahwa Pak Noer kecewa lantaran usulan-usulannya mengenai program SCTV kurang memperoleh tanggapan sebagaimana mestinya, Agus juga menolak menjawab. Dia mengatakan bahwa selama itu antara SCTV dengan Pak Noer tidak ada masalah apa-apa. Sebagai bukti bahwa antara SCTV dan Pak Noer tidak ada apa-apa, Agus menjelaskan bahwa dalam acara tumpengan 15 Maret 1991 siang, Pak Noer juga hadir. Acara tersebut sebagai syukuran atas selesainya beberapa ruangan studio siar milik SCTV. "Ini acara biasa, acara intern kami sendiri. Sebagai layaknya orang timur yang syukuran setelah melaksanakan kaulnya," jelasnya, sambil senyum. Mengenai kritik dan usulan masyarakat, Agus menjelaskan, selalu memperoleh tanggapan yang baik dari masyarakat. "Dalam setiap evaluasi dan perencanaan program, kami selalu memasukkan unsur saran masyarakat sebagai salah satu bahan pertimbangan," ujarnya. Jadi, lanjutnya, tidak benar kalau ada yang menganggap SCTV tidak mengacuhkan saran-saran dari masyarakat. "Kami sadar tanpa masyarakat, kami tidak akan dapat berbuat apa-apa. Dan yang perlu Anda ketahui, SCTV secara terus menerus selalu melakukan langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan, sesuai dengan keinginan masyarakat," ujarnya. Meski begitu, diakuinya, pro-kontra dalam hal apa saja pasti ada. "Termasuk soal acara-acara yang ditayangkan di SCTV. Ada yang senang film ini, tapi tidak menutup kemungkinan ada yang kurang senang," jelasnya. Karena itu, selalu dilakukan evaluasi secara periodik. Dalam usia yang masih tergolong muda (waktu itu) ini, kata Agus, SCTV (saat itu) akan selalu membuka diri terhadap masukan dari luar. "Kami tahu bahwa belum semuanya dapat kami sajikan dengan baik. Tapi, pasti kami senantias amelakukan pembenahan diri," tegasnya. Dok. Jawa Pos, 15 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
23rd September 2020, 18:17 |
#5265
|
Mania Member
|
DIDI PETET BUAT GEBYAR LEBARAN, DISIARKAN RCTI-SCTV BERSAMAAN
DI Lebaran 1991, RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) Jakarta dan SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia) Surabaya, (waktu itu) akan menyiarkan paket Lebaran, terdiri atas dua paket, yaitu musikal dan gebyar Lebaran. "Belasan artis kita libatkan untuk acara itu," kata Bobby Sael, staf humas RCTI kepada Jawa Pos, 22 Maret 1991. Dua paket itu (waktu itu) akan disiarkan dalam waktu bersamaan antara RCTI dan SCTV.
Paket musikal penggarapannya dipercayakan kepada artis Roy Yulius Tobing, sedangkan operetnya ditangani Didi Petet. Untuk paket yang digarap Didi Petet, banyak kreasi-kreasi baru (waktu itu). Ada keperluan unsur teateral dan filmis, komedi murni, komedi satire. Semua itu digarap secara halus oleh Didi Petet bersama-sama Teater Populer, sehingga membuahkan tontonan tidak sekadar operet yang sering muncul di TV. Keduanya proses syutingnya mengambil lokasi berbeda. Paket musikal 'setting'-nya di dalam studio dan suasana kompleks RCTI, sedangkan operet yang mengangkat cerita komedi situasi, syutingnya dilakukan di luar studio. Artis-artis yang ikut mendukung tersebut antara lain Chintami Atmanegara, Camelia Malik, Hetty Koes Endang, Minati Atmanegara, Sam Bimbo, Marissa *****, dan lain-lain. Paket ini diakui Bobby merupakan produksi hiburan Lebaran yang pertama bagi RCTI. Masing-masing paket nantinya ditayangkan dalam dua hari. "Bagus tidaknya paket ini, penilaiannya kami serahkan kepada pemirsa," ujar Bobby. Dengan adanya paket ini, maka TVRI tersaingi. "Tapi yang untung khan pemirsanya," ujar seorang staf yang lain. TVRI memang (saat itu) sudah menyiapkan paket rutin yang cukup bagus dibanding Papiko-nya Titiek Puspa. Sayangnya, untuk paket televisi swasta (RCTI/SCTV) ini, dua nama besar berhalangan, yakni Achmad Albar dan Fariz RM. Namun demikian, penggarap musiknya cukup andal, yakni Raidy Noor dan Nana Noor. Paket musik ini berlangsung sekitar 1,5 jam dan dari awal sampai akhir berisikan lagu-lagu yang lirik-liriknya mengetengahkan kisah tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad. Cerita yang ditampilkan didasarkan dari buku Hamka: Kisah Nabi Muhammad, dan buku Jalaluddin Rachmat, yaitu Rintihan Suci Ahli Bait Nabi. Disajikan dalam bentuk narasi dan lirik-lirik lagu. Sementara yang dikerjakan Didi Petet diberi judul Gebyar Lebaran. Paket ini berlangsung lebih lama, yaitu dua jam. Ceritanya mengangkat cerita tentang situasi Lebaran yang terjadi di masyarakat kota. Karena banyak menyisipkan unsur-unsur komedi, sehingga operet ini terkesan segar. Selain menampilkan dialog, juga menyisipkan nyanyian-nyanyian. Dua paket ini saat itu dalam proses 'editing'. Namun demikian, sudah tampak bahwa paket tersebut (waktu itu) akan tersaji cukup bagus. Khususnya operet yang dibuat oleh Didi. Pengalaman yang dimiliki Didi baik dari pengalaman panggung, teater, maupun film telah mendasari penggarapan operet tersebut. Operet ini terasa lebih segar ketimbang film-film Didi. Dok. Jawa Pos, 23 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
Last edited by MrRyanbandung; 23rd September 2020 at 18:20.. |
23rd September 2020, 18:22 |
#5266
|
Mania Member
|
OPERA TIGA JAMAN, SINETRON RCTI/SCTV
OPERA Tiga Zaman (OTZ), serial sinetron untuk televisi swasta, (saat itu) segera hadir lewat penayangan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) Jakarta pada 15 Maret 1991 hari Jumat, disusul di SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia) Surabaya sepekan kemudian (22 Maret 1991). "Kami membuat dua 'copy' untuk ditayangkan di RCTI dan SCTV," demikian staf humas RCTI, Drs. Bobby Sael, 14 Maret 1991.
OTZ yang bertema komedi hasil produksi lokal ini ditayangkan tiap Jumat pukul 17.00 dengan masa putar 30 menit. Ini untuk sedikit mengatasi keluhan pemirsa yang sering protes akibat terlalu banyak materi impor yang berisi seni kebudayaan barat. "Kami berusaha memenuhi keinginan pemirsa," tutrnya. Menurut rencana (waktu itu), RCTI dalam waktu dekat (setelah itu, waktu itu) akan memproduksi sinetron menjelang Lebaran. "Kami sudah mulai persiapan," tandasnya. Naskah OTZ yang (saat itu) sudah masuk RCTI 13 episode, namun materi yang siap ditayangkan (waktu itu) baru Guruku Tampan Sekali (ditayangkan 15 Maret 1991), Sepatu Pengacau (22 Maret 1991), dan Nenek Sok Tahu (29 Maret 1991). Untuk 3 episode selanjutnya, syuting (waktu itu) akan dilakukan mulai 22 Maret 1991 di studio RCTI. OTZ bercerita tentang keluarga Gondar yang diperankan Wawan Wanisar sebagai Pak Gondar, CIni Gunarwan sebagai Bu Gondar, dengan dua anaknya, Upay (Firdha Razak) dan Oling (Anto Lupus). Ide cerita berasal dari Santri Novaris dan penulis skenario Guntur Novaris, dengan pengarah acara Pandu Sunarya. Menurut penulis skenario OTZ, Guntur Novaris, naskah OTZ ini memang (waktu itu) telah disiapkan setahun sebelumnya, sejak ada keinginan RCTI membuat sinetron sendiri. Dalam OTZ ini diselipkan budi pekerti dan ajaran religi dengan tidak mengesankan menggurui. "Untuk menyiasatinya, kami bungkus dengan semi komedi," tutur Guntur. Dalam ajarna budi pekerti itu, misalnya diselipkan seorang anak yang menghormati orangtua. "Di Indonesia seorang anak masih dituntut membungkukkan badan bila lewat di depan orangtuanya. Atau seorang anak Indonesia masih belum lazim memanggil orangtuanya dengan nama, kendati hal seperti ini ada dalam kehidupan. Tapi tetap kita pertahankan deh ajaran timur bahwa seorang anak harus memanggil panggilan apa saja asalkan tidak nama," tutur Guntur. Yang ingin disampaikan dalam OTZ? "Yah, beginilah Indonesia, inilah sinetron yang menggambarkan karakter Indonesia. Makanya, sampai detil dekor dan set kami menggunakan ciri khas Indonesia." Guntur lantas mencontohkan hiasan dinding kain soal Tapanuli atau daerah lainnya. OTZ ini merupakan produksi RCTI bekerjasama dengan 'production house' Adhiyasa Citraswara (ACS) pimpinan Ukie Jalal. Menurut sumber dari ACS, dana untuk pembuatan satu episode sekitar 15 juta rupiah. "Sampai sekarang (Maret 1991), kami sudah mengeluarkan biaya 45 juta rupiah untuk 3 episode," tutur sumber tersebut. Tidak dijelaskan, biaya ini sudah termasuk honor pemain atau belum. Bayaran pemain? "Kami tidak mau menyebutnya secara pasti. Tapi, menurut pemain sendiri, bayaran kami lebih besar dari biasanya." Biaya produksi yang ada kebanyakan untuk 'setting' yang syutingnya yang selalu diadakan di studio RCTI. "Kalau ada syuting lain, terpaksa set dan dekornya kita bongkar lagi. Habis, studionya cuma satu," tutur Bobby, yang dibenarkan salah seorang kru OTZ. Bentuk kerjasamanya, RCTI menyediakan seluruh peralatan teknis, sementara ACS menyiapkan naskah, pemain, dan setengahnya mencari iklan. Dok. Jawa Pos, 15 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
24th September 2020, 00:39 |
#5267
|
Mania Member
|
SURABAYA KITA: SIDANG BUMJ HARI JUMAT (28/3/91) DILIPUT SCTV DAN RCTI
SIDANG pidana pertama kasus BUMJ di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya hari Kamis (28/3/91) diliput SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia) dan RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia). Yang (waktu itu) akan diperiksa dalam kasus ini adalah terdakwa Lady Djunaedi dan Ny. Lilis Dian Anggraeni.
Permohonan izin dua televisi swasta ini, 27 Maret 1991, diajukan kepada ketua Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Sekitar pukul 12.00, 27 Maret 1991, Sirikit, bagian pemberitaan SCTV yang juga mewakili RCTI, menyampaikan permohonan izin kepada ketua PN IB Ngurah Adnyana, untuk bisa meliput jalannya sidang BUMJ tersebut. "Hasil liputan ini nanti ditayangkan serentak oleh SCTV dan RCTI pada pukul 14.00, Minggu, 31 Maret (1991). Penyiaran akan dilakukan dalam acara Seputar Indonesia," kata Sirikit, menjawab pertanyaan Jawa Pos, saat menghadap ketua PN Surabaya. "Pada penayangan itu, film jalannya sidang akan kami gabung dengan peristiwa-peristiwa lain yang berkaitan dengan kasus BUMJ, seperti saat penyegelan dilakukan. Dokumentasi lainnya tentang BUMJ ini sudah kami miliki secara lengkap, tinggal jalannya sidang pertama saja," sambungnya. Menurut Sirikit, SCTV memutuskan untuk meliput sidang pidana BUMJ pertama ini, karena dua pelaku yang disidang adalah tokoh yang sangat dikenal di Surabaya. "Meski kejadiannya di Surabaya, gema kasus ini sampai ke seluruh Indonesia," ujarnya. Adnyana sendiri sangat terkejut dengan permohonan televisi swasta ini, karena umumnya peliputan oleh TV dilakukan saat sidang putusan. "Besok (28 Maret 1991, red) adalah sidang pertama lho, bukan sidang putusan. Apa itu sudah dimengerti oleh pihak Anda?", tanya Adnyana kepada Sirikit (waktu itu) di ruang kerjanya. Sidang (waktu itu) akan dipandu majelis hakim yang dipimpin IB Ngurah Adnyana, SH dengan dua hakim anggota majelis masing-masing Djautan Purba, SH dan Didit Ahmad, SH. Meski banyak pengamat hukum menilai sidang kasus BUMJ tidak akan banyak mengundang masyarakat datang ke PN Surabaya, PN Surabaya ttap mempersiapkan diri terhadap sidang ini. "Ini sebagai antisipasi kami, kalau-kalau masyarakat membanjiri PN Surabaya untuk menyaksikan sidang ini," tutur Adnyana. Dok. Jawa Pos, 28 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
24th September 2020, 00:40 |
#5268
|
Mania Member
|
MOH. NOER USULKAN SUPOYO MENGGANTIKAN DIRINYA
H. Moh. Noer yang telah mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai preskom SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia) mengusulkan Drs. S. Supoyo, Ak., FBIM mengganti dirinya untuk jabatan tersebut. Selain itu, Pak Noer - panggilan akrab Moh. Noer - mengusulkan beberapa acara yang sering dikritik masyarakat Jawa Timur ditinjau kembali.
"Pada prinsipnya kami dapat menerima dengan baik kedua usul tersebut. Tetapi, sebetulnya kami masih menginginkan Pak Noer tetap menjabat preskom SCTV," kata Sudwikatmono, wakil presiden komisaris SCTV kepada Jawa Pos di Jakarta, 22 Maret 1991 malam. Untuk memperoleh penjelasan langsung mengenai jadi tidaknya Pak Noer mundur, Sudwikatmono bersama beberapa anggota komisaris SCTV (waktu itu) akan berkunjung ke kediaman tokoh Jatim itu pada Senin (25/3/91) pukul 13.00 WIB. Supoyo sendiri sebenarnya termasuk orang baru (waktu itu) di SCTV. Mantan dirut BPD Jatim yang juga pimpinan Supoyo Management Center tersebut (waktu itu) baru sekitar sepekan (ketika itu) ini menjabat direktur utama SCTV. "Kalau Pak Noer memang menghendaki digantikan Supoyo, kami tidak berkeberatan. Kami sudah melihat 'background' dan karakter orangnya. Dia cukup baik. Khan Supoyo itu termasuk salah satu tokoh di Jawa Timur," kata Sudwikatmono. Diakui Dwi, SCTV tidak dapat memaksakan kehendak agar Pak Noer tetap menjabat preskom SCTV, jika didukung dengan alasan yang kuat. "Selama ini, masalahnya hanya 'misunderstanding', soal siaran SCTV yang sudah dipaket itu. Hal ini sudah kami jelaskan dan Pak Noer sudah memakluminya," katanya. Mungkin, lanjut Dwi, Pak Noer sangat sibuk. Kalau itu alasannya, bisa dimaklumi. "Ya, mungkin Pak Noer sangat sibuk. Beliau khan juga duduk di MDI (Majelis Dakwah Islamiyah) dan organisasi lainnya," ujarnya. Mengenai usul Pak Noer yang kedua, agar peninjauan kembali beberapa paket acara yang selama itu mengundang kritik masyarakat Jatim, kata Dwi, dalam pertemuan dengan Pak Noer yang juga dihadiri pejabat terkait Pemda Jatim itu (saat itu) akan dibahas secara rinci. "Saya sendiri yang akan memimpin pertemuan itu," kata Dwi. "Kami tidak menginap kok. Senin (18/3/91) itu juga, saya harapkan semuanya bisa diselesaikan secara tuntas," tambah Dwi yang juga dirut PT Indocement Tunggal Prakarsa itu. Paket siaran SCTV, tutur Dwi, selama itu sudah diprogram secara 'computerized'. "Kesulitan kami dalam menyerasikan siaran yang sudah 'computerized' itu juga akan dijelaskan lagi pada pertemuan nanti. Untuk itulah semua perangkat teknis SCTV akan diikutsertakan," ungkapnya. Contoh paket siaran yang (saat itu) sudah 'computerized' yang dikritik warga Jatim itu, kata Dwi, adalah film anak-anak berjudul Wonder Woman. Di RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) Jakarta, film tersebut tidak dipersoalkan. "Bagi warga Jatim, barangkali film itu memang kurang sesuai dan kurang baik," ujarnya. Atas kritik tersebut, menurut Dwi, SCTV sudah sepakat untuk menggantinya dengan film anak-anak lainnya berjudul Wonderful World of Disneyland. "Kedua film itu prinsipnya sama. Hanya saja, film penggantinya itu lebih sopan," katanya. Sasaran kedua film itu buat pemirsanya, menurut Dwi, secara keseluruhan bertujuan memperkenalkan sikap arif seseorang yang mampu mendidik anak nakal menjadi seorang yang berguna, misalnya melalui prestasi olahraga. "Sebenarnya, sasarannya cukup baik. Tapi yang dilihat orang, malah yang buka-bukaan sehingga film itu dinilai tidak baik," katanya. Dok. Jawa Pos, 23 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
24th September 2020, 00:41 |
#5269
|
Mania Member
|
MINGGIR DARI OTZ (RCTI/SCTV)
WAWAN Wanisar, pemeran tokoh Pak Gondar dalam Opera Tiga Zaman (OTZ) yang ditayangkan oleh RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia) dan SCTV (Surya Citra Televisi Indonesia), tak merasa sakit hati karena tidak "dipakai" lagi dalam OTZ "generasi baru". "Mau apalagi kalau memang sudah ganti 'policy'. Saya nggak kecewa, sekarang (Juli 1991) saya sudah menerima tawaran dari Alex Suprapto Yudho untuk main miniseri produksi TVRI Stasiun Ujungpandang," kata Wawan, 27 Juli 1991.
"Tentang honornya, ya cukup lumayan. Apalagi kualitas Alex bisa dipertanggungjawabkan. Tapi yang penting, buat saya sesungguhnya adalah misi keagamaan yang saya bawakan bisa tersalurkan," sambungnya. OTZ "generasi lama" diproduksi untuk 13 episode. Komsit (komedi situasi) itu digarap oleh Novaris dengan mengangkat tema keluarga Gondar. Tokoh lain yang muncul adalah Bu Gondar (Cini Gunarwan) dan kedua anaknya yang manis-manis: Upay (Firdha Razak) dan Oling (Anto Lupus). Di RCTI dan SCTV, OTZ mulai ditayangkan Maret 1991. Sebenarnya, (waktu itu) masih ada 13 episode lagi yang disiapkan untuk keluarga Gondar itu. Tapi, rencana untuk memproduksi 13 episode tambahan itu berkembang dengan mengganti semua pemain OTZ, kecuali Merry Sanger yang berperan sebagai Bu Monet. Novaris - yang ikut membidani OTZ - tak "dipakai" lagi. Penggarapan OTZ generasi baru dipercayakan kepada Jay Subiyakto. Artis pendukungnya adalah Iyut Bing Slamet, Gusti Randa, dan Ria Irawan. Jay Subiyakto yang keren itu selama itu dikenal sebagai pacar Ria Irawan. Sedangkan Iyut Bing Slamet sejak beberapa tahun belakangan itu berhubungan intim dengan Gusti Randa. Buat Wawan, main di OTZ sangat menyenangkan. "Saya bisa membawakan misi Islam ke dalamnya. Misalnya, mengucapkan 'assalamualaikum'," katanya. "Saya nggak tahu, bagaimana bentuk OTZ "generasi baru". Sebab, saya memang nggak pernah ketemu lagi dengan orang-orang produksinya sih," kilahnya. Wawan yang (waktu itu) baru menunaikan ibadah haji itu mengakui, dia tak tahu persis kenapa OTZ berubah "haluan". Menurut pengamatannya, OTZ yang dibintanginya berhasil meraih simpati banyak orang. "Tak apa-apa kalau kualitas penggarapan dan akting pemainnya dinilai belum sempurna," katanya. Beberapa sumber Jawa Pos mengatakan, OTZ "bubar" karena perbedaan prinsip dalam masalah keuangan. "Ada pihak yang merasa dirugikan dalam pembagian uangnya," kata sumber Jawa Pos itu. "Tapi saya tak tahu masalah yang sebenarnya. Pokoknya saya diberi informasi bahwa saya tak dipakai lagi, begitu saja," ucap Wawan. Dok. Jawa Pos, 28 Juli 1991, dengan sedikit perubahan |
24th September 2020, 00:41 |
#5270
|
Mania Member
|
SURABAYA KITA: SCTV ADAKAN PERTEMUAN DENGAN TOKOH-TOKOH JATIM
SETELAH "digoyang" surat pengunduran diri Muhammad Noer, kemudian dikritik masyarakat karena menayangkan acara Wok With Yan dalam waktu yang kurang tepat, SCTV (Surya Citra Televisi) - waktu itu - akan mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat Jawa Timur. "Pertemuan itu rencananya di rumah saya, Senin depan (25/3/91)," ujar Muhammad Noer kepada Jawa Pos, 21 Maret 1991.
Moh. Noer mengatakan, pertemuan nantinya selain diikuti para direksi komisaris SCTV, juga beberapa instansi di antaranya dari Kodam V/Brawijaya yang rencananya (waktu itu) diwakili Kasdam V/Brawijaya Brigjen TNI Jacob Dasto, Kakanwil Deppen Jatim Drs. Acik Sudiono, Kakanwil Depag Jatim Drs. Subirin, dan ketua MUI Jatim, KH Misbach, serta pengurus lainnya. "Wartawan boleh saja datang, kalau tidak salah SCTV yang akan mengundang," tambahnya (waktu itu). Cak Noer tidak menjelaskan apa saja yang (waktu itu) akan dibahas dalam pertemuan nantinya. Hanya saja, kalau ditilik dari instansi yang diundang, kemungkinan besar pertemuan itu berkaitan dengan penayangan acara Wok With Yan yang memperagakan menu/masakan babi, Senin (18/3/91) lalu. Ketika ditanya apakah dia akan memenuhi permintaan SCTV agar jadi preskom SCTV, Moh. Noer (waktu itu) hanya tersenyum. "Belum ada jawaban dari saya, tunggu saja dulu." Lantas apakah dalam pertemuan itu dibahas soal keinginan itu? Masih dengan senyum, Cak Noer (waktu itu) mengatakan, "Semuanya bergantung saya." Dok. Jawa Pos, 22 Maret 1991, dengan sedikit perubahan |
detikHot
- detikNews · Berita · Internasional · Kolom · Wawancara · Lapsus · Tokoh · Pro Kontra · Profil · Indeks
- detikSport · Basket · MotoGP · F1 · Raket · Sepakbola · Sport Lain · Galeri · Profil · Fans Area · Indeks
- Sepakbola · Italia · Inggris · Spanyol · Jerman · Indonesia · Uefa · Bola Dunia · Fans Area · Indeks
- detikOto · Mobil · Motor · Modifikasi · Tips & Trik · Konsultasi · Komunitas · OtoTest · Galeri · Video · Forum · Indeks
- detikHot · Celebs · Music · Movie · Art · Gallery · Profile · KPOP · Forum · Indeks
- detikInet · News · Gadget · Games · Fotostop · Klinik IT · Ngopi · Produk Pilihan · Forum · Indeks
- detikFinance · Ekonomi Bisnis · Finansial · Properti · Energi · Industri · Sosok · Peluang Usaha · Pajak · Konsultasi · Foto · TV · Indeks
- detikHealth · Health News · Sexual Health · Diet · Ibu & Anak · Konsultasi · Health Calculator · Foto Balita · Bank Nama Bayi
- detikTravel · Travel News · Destinations · Photos · d'Trips · Hotels · Flights · ACI · d'Travelers Stories
- Wolipop · Fashion · Photos · Beauty · Love & Sex · Home & Family · Wedding · Entertainment · Sale & Shop · Hot Guide · d'Lounge · Indeks
- detikFood · Resep · Tempat Makan · Kabar Kuliner · Halal · Komunitas · Forum · Konsultasi · Galeri · Indeks
- detikSurabaya · Berita · Bisnis · Society · Foto · TV · Indeks
- detikBandung · News · Sosok · Info · Pengalaman Anda · Lifestyle · Iklan Baris · Foto · TV · Info Iklan · Forum · Indeks
Iklan Baris · Blog · Forum · adPoint · Seremonia · Sindikasi · Info Iklan · Suara Pembaca · Surat dari Buncit · detikTV · Cari Alamat
Copyright © 2019 detikcom, All Rights Reserved · Redaksi · Pedoman Media Siber · Karir · Kotak Pos · Info Iklan · Disclaimer